View Full Version
Selasa, 30 Nov 2021

Bukan Anti-Poligami

Oleh:

Keni Rahayu || Influencer Dakwah Milenial

 

SEMPET rame euy di TikTok. Sebut saja pak Yai. Beliau diwawancarai perihal pilihannya melakukan poligami. Gak cukup sampai situ, ternyata beliau juga sering membuat kelas tentang poligami. Tujuannya ya biar orang-orang yang terkait dengan poligami bisa belajar banyak dari beliau (baik suami maupun istri). Bukan tanpa alasan, tapi karena beliau dianggap pelaku poligami yang berhasil. Video ini viral sebab masuk FYP TikTok. 

Awalnya saya juga kurang mengerti fakta ini. Lha saya aja gak punya akun TikTok. Tapi tiba-tiba ada pesan masuk dari salah satu adik kajian. Ia menanyakan terkait dengan poligami. Yang heboh adalah, nada pertanyaannya nampak sekali berapi-api. Seperti ada sesuatu yang membakar amarah, kesal sekali di hatinya. Wah, saya siap-siap ambil air aja kali ya biar gak ikutan kebakar. 

Beberapa chat lain menyusul masuk, menyatakan hal serupa terkait ramainya video ini di FYP TikTok. Ada yang bilang kesal juga melihat respon pak Yai saat menjawab pertanyaan jurnalis. Kalau sudah begini, saya tidak bisa diam saja. Saya harus tahu dong videonya seperti apa. 

Baca: Urgen, Mari Support Dakwah Media Voa Islam

Setelah menonton videonya, saya belum menemukan kesalahan atau kekurangan syariat itu sendiri, termasuk yang diterapkan oleh pak Yai pada istri-istrinya. Beliau memberikan rumah sendiri-sendiri pada setiap istrinya, tidak dicampur. Hanya saja, memang beliau jawabnya dibawa bercanda gitu. Netizen yang udah igit-igit sama poligami, denger jawaban beliau jadi makin sensi. Yang dikesalkan dari teman-teman yang masuk ke saya tadi adalah keputusan pak Yai menceraikan istri pertama yang sudah menopouse, katanya. Kedua, pak Yai menikah lagi meski tanpa izin istri sebelumnya. 

Yuk kita cari tahu yang sebenarnya, bagaimana poligami dalam Islam!

1. Belajar dari akar. Kalau kita masih awam dengan Islam, kita masih baru hijrah, belajarlah dimulai dari akidah. Jangan lompat belajar syariat. Mengapa? Sebab akidah adalah pondasi, syariat adalah bangunannya. Bagaimana mungkin sebuah bangunan ditegakkan tanpa pondasi? Roboh. Minimal juga goyah. Jatuhnya kita jadi ragu dengan Islam itu sendiri. 

2. Hati-hati Islamophobia. Sudah gak belajar dari akidah, dengar berita-berita suuzan tentang Islam? Jadi minder deh sama agama risalah nabi Muhammad ini. Harus kita yakini bahwa Islam itu sempurna, pelaksananya yang mungkin saja tidak sempurna. Maka ketika ada hal-hal miring terkait dengan Islam, coretlah perilaku miringnya bukan syariat Islamnya. 

3. Poligami boleh, bukan harus. Dalam Islam, syariat poligami ini sejatinya dalam rangka membatasi keserahakan manusia. Dahulu sebelum Islam ada, laki-laki poligami sepuluh bahkan lebih juga bisa. Maka Islam datang untuk membatasinya, bukan dalam rangka memerintahkannya (poligami). Jadi, jangan suuzan dulu sama Allah, bukankah Allah sebaik-baik pengatur? 

4. Anti Poligami atau Anti Islam? Isu-isu terkait dengan poligami sejak dulu menjadi isu yang sangat renyah, ia produk yang digoreng krispi ke masyarakat. Tujuannya apa? Ya sengaja biar kaum muslim minder dengan agamanya. Akibatnya? Mereka tidak lagi jadi representasi Islam, meninggalkan kajian-kajian dan ajarannya. Kalau sudah begini, muslim atau kafir sudah tidak ada lagi bedanya. Nauzubillah

5. Mari belajar husnuzan. Kalau kita sudah kenal Allah, akidah kita sudah mantap, maka yang ada di hati kita hanyalah husnuzan. Kita percaya syariat Allah pasti menyelesaikan (bahkan mencegah) masalah. Ambil saja hikmahnya. Misalnya, kebolehan poligami dalam rangka mengimbangi populiasi perempuan yang berlebih. Hikmah lain, poligami memungkinkan kuantitas kaum muslimin membesar dengan bilangan anak yang dilahirkan. Bukankah jumlah umat yang banyak ini yang membuat nabi Muhammad bangga? 

Hati-hati dalam berprasangka. Mengapa kita julid sama syariat poligami, tapi diajak pacaran kok mau-mau aja? Padahal poligami boleh, pacaran haram. Mengapa kita julid sama syariat poligami, tapi toleransi ke orang kafir melebihi batas. Ya masuk rumah ibadah agama lain, mengucap selamat hari raya selain Islam dan sebagainya. Islam membolehkan pluralitas, bukan pluralisme. Padahal poligami boleh, pluralisme haram. 

Mengapa sebagai hamba Allah kita mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram? Jangan-jangan kita bukan (hanya) anti poligami, tapi juga anti Islam? Nauzubillahi min zalik. Wallahu a'lam bishowab.*


latestnews

View Full Version