View Full Version
Senin, 06 Dec 2021

Berkaca Pada Pola Pendidikan Rasulullah Saw

 

Oleh: Widi

Pendidikan menjadi penentu gerak langkah bagi kemajuan suatu bangsa. Sejarah mencatat, ketika Jepang dijatuhi bom atom oleh Sekutu dalam perang dunia ke-2, yang dilakukan oleh  Kaisar Hirohito adalah memanggil para mentrinya dan bertanya, ”Masihkah ada guru yang tersisa?“

Hal ini mengindikasikan bahwa Jepang boleh saja hancur secara fisik,tetapi jiwa kependidikan tidak boleh runtuh. Biarlah buminya hangus dan hancur berantakan tetapi jangan biarkan pendidikan ikut-ikutan hancur. Karena hanya dengan kemajuan pendidikan, negeri yang porak poranda akan dapat dibangun kembali. Artinya pendidikan merupakan pilar penting untuk membangun kehidupan yang lebih baik.

Sekilas gambaran fenomena yang terjadi di Jepang tersebut menjadi contoh yang menggugah perasaan kita dewasa ini. Bahwa pendidikan memang merupakan pilar yang akan menentukan maju mundurnya suatu bangsa. Tolak ukur kemajuan memang terletak pada pendidikan.Oleh karenanya faktor guru, kurikulum, sarana dan prasarana pendukung pendidikan sangat penting untuk diperhatikan.

Jika kita menilik pada sistem pendidikan Islam pada masa Rasulullah Saw kita akan menemukan bahwa pendidikan pada masa itu memiliki perangkat yang sempurna. Dimulai saat Nabi Muhammad setelah diangkat menjadi Rasul yang otomatis saat itu beliau berperan sebagai guru bagi para pengikutnya. Darul Arqom yang menjadi tempat pertama terselenggaranya pendidikan pada masa Rasul.

Pendidikan di masa itu memiliki sebuah tujuan atau hasil akhir yang mulia yakni membentuk pribadi anak didik agar dapat menjadi pribadi muslim yang baik di dalam kehidupannya, tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat. Al-Quran dan Sunnah Rasul menjadi sumber ilmu bagi pendidikannya.

Rasulullah pun telah mengisyaratkan pentingnya ilmu dalam sabdanya, “Barangsiapa yang menginginkan dunia maka hendaklah dengan ilmu, barangsiapa yang menginginkan akhirat, maka hendaklah dengan ilmu, barangsiapa yang menginginkan keduanya, maka hendaklah dengan ilmu.”

Materi pendidikan Islam pada masa Rasulullah SAW terbagi menjadi dua periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa pendidikan pada masa rasul memiliki urutan yang tak boleh terlewatkan dan saling mendahului satu sama lain. Ada urutan, ada kualitas. Metode pendidikan Rasulullah tersebut terbukti berhasil dengan lahirnya generasi sahabat para pemakmur bumi.

Adapun pembinaan materi pendidikan Islam di Mekkah menitikberatkan pada penanaman iman ke dalam jiwa setiap individu muslim. Tujuannya ialah agar jiwa mereka kokoh dengan nilai-nilai ketauhidan sehingga kelak mereka akan menjalankan beban syariat dengan penuh keimanan.

Sedangkan pembinaan materi pendidikan Islam di Madinah pada hakikatnya adalah kelanjutan dari pendidikan tauhid di Mekkah. Yakni pembinaan dalam upaya penegakkan dan penerapan syariat, seperti tata cara ibadah, pendidikan akhlak, pendidikan kesehatan, dan pendidikan yang berkaitan dengan kemasyarakatan meliputi pada bidang pendidikan sosial dan politik. Dimana semua hal yang diajarkan pada periode Madinah tersebut haruslah terjiwai oleh ajaran tauhid. Itulah urgensi dari pendidikan iman sebelum Qur'an yang sebelumnya didahului dengan pendidikan adab sebelum ilmu.

Pola pendidikan pada masa Rasulullah tersebut masih sangat relevan untuk dipakai di masa sekarang. Mengingat dari pendidikan di masa Rasul lah lahir manusia-manusia terbaik yang namanya harum akan kegemilangan karyanya di sepanjang masa hingga hari ini.

Pendidikan bukanlah ajang uji coba secara terus menerus, dia harus terencana dengan baik. Semua yang terlibat di dalamnya harus benar-benar serius dalam mengemban tugas mulia ini. Lalu mengapakah kita tidak mengambil pola pendidikan yang telah terbukti sukses dalam pengajaran Rasulullah Saw? Wallahu'alam bish showab. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version