Oleh: Rochma Ummu Arifah
Beberapa saat belakangan ini, publik kembali dikagetkan dengan viralnya berita bunuh diri seorang gadis di atas pusara ayahnya. Sejumlah fakta yang terungkap setelah kematiannya semakin menambah kegaduhan negeri ini.
Sistem Pergaulan yang Amburadul
Bunuh dirinya seorang mahasiswa ini disinyalir karena depresi. Keadaan hubungannya dengan sang pacar sangat tidak baik dimana dia sudah dua kali aborsi lantaran sang pacar tak mau mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pihak keluarga sang pacar juga tak ada pembelaan terhadap dirinya. Justru mereka lebih membela anaknya dan mendukung perbuatan anaknya yang tak mau bertanggung jawab.
Ditambah dengan meninggalnya ayah si gadis semakin menambah kekacauan dirinya. Seakan tak punya sandaran, akhirnya dia mengakhiri hidupnya dengan meminum racun di atas pusara ayahnya. Publik pun sontak menghujat sang pacar dan keluarganya. Memaki kebiadaban dan kepicikan mereka yang sampai akhirnya membuat si gadis bunuh diri.
Tak hanya fakta aborsi yang terungkap, dari sini juga muncul bagaimana perilaku keduanya kala pacaran. Walau sempat diduga ada kekerasan saat melakukan hubungan suami istri, dapat diketahui telah lepasnya norma agama dalam menjaga hubungan pria dan wanita ini.
Keduanya telah melakukan hubungan layaknya suami istri. Hubungan yang hanya bisa dijalankan saat ikatan suci pernikahan sudah terucapkan. Namun, sudah didahului tanpa ikatan resmi. Inilah yang menjadi pangkal sejumlah masalah yang mengikutinya.
Fakta ini tentu sangat mudah kita temukan di masyarakat saat ini. Mudahnya bagi seorang wanita untuk menganugerahkan perhiasaan terindahnya pada pria yang bukan seharusnya menerima. Entah dengan alasan cinta atau pun harta, hal ini seakan mudah saja dilakukan.
Terlebih karena harta. Hanya demi beberapa lembar uang merah, seorang gadis rela menampakan auratnya serta menyajikan pelayanan layaknya istri kepada pria asing. Alasan himpitan kehidupan atau pun tuntunan gaya hidup muncul belakangan.
Islam Menjaga Pergaulan
Keadaan ini jauh berbeda dengan pengaturan Islam. Islam tentu memiliki seperangkat aturan kehidupan yang mengatur tentang pergaulan pria dan wanita. Karena memang Islam menjaga keduanya saat menjalankan interaksi bersama di masyarakat.
Aturan individu mengatur tentang bagaimana pribadi muslim menjaga dirinya sendiri. Dengan dasar keimanan, pengaturan ini lebih mudah dijalankan. Bagi pria, ada aturan menahan pandangan sehingga dia tak jelalatan melihat beragam pemandangan indahnya kaum hawa di depannya. Hal ini dijelaskan dalam surat An-Nur ayat 30 yang berbunyi, "Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat."
Dengan menjaga pandangan, para pria akan lebih mudah menjaga kemaluan mereka. Di ayat selanjutnya, yaitu An-Nur 31, dijelaskan mengenai pengaturan wanita. Wanita sebagai objek yang penuh keindahan, pun diharuskan untuk menjaga dirinya, tidak menampakan perhiasannya yang nyata-nyata akan memberikan godaan bagi kaum pria.
Dengan penjagaan dari setiap individu muslim inilah, tatanan pergaulan masyarakat akan ditekan sedemikian rupa untuk memunculkan persoalan dan rusaknya pergaulan.
Tak berhenti pada ranah individu saja, masyarakat Islam yang tersusun atas individu-individu muslim yang memiliki keimanan dan menjalankan aturan Islam, salah satunya dalam ranah pergaulan yang sudah disebutkan di atas, akan dipenuhi dengan individu-individu yang beriman dan menjalankan syari'at. Sehingga terbentuklah masyarakat Islam. Mereka tak akan tinggal diam melihat ada sedikit kemungkaran di depan matanya. Keinginan untuk mencegah, menjaga dan mengoreksi kemungkaran itulah yang akan membuat sistem Pergaulan terjaga dengan baik.
Lapis ketiga dari penjagaan dalam sistem pergaulan muslim adalah negara. Menjadi tugas negara untuk mengawal penerapan syari'at Islam oleh setiap warga muslim. Jika ditemukan pelanggaran oleh satu individu muslim, negara akan memperbaikinya.
Selain untuk pengaturan individu, negara juga melindungi warganya dari setiap hal yang bisa memantik rusaknya pergaulan masyarakat. Tidak boleh ada kesempatan untuk khalwat dan ikhtilat yang sering kali menjadi awal rusaknya hubungan pria dan wanita di ranah publik.
Negara juga memberikan penjagaan agar syahwat tak mudah diumbar tanpa kontrol. Negara punya wewenang kuat menghilangkan konten-konten berisi pornografi di media sosial. Inilah yang ditenggarai menjadi pemicu maraknya aksi kekerasan seksual belakangan ini.
Negara juga menjaga pemenuhan kebutuhan dasar setiap warganya sehingga tak sampai ada wanita yang rela menjual harga dirinya demi seonggok harta.
Dari sini, terlihat peran strategis negara demi menjaga sistem pergaulan masyarakat. Negara juga akan berkerjasama dengan pihak individu dan masyarakat demi penjagaan masyarakat dari pelanggaran syari'at Islam. Dengan ini, akan tercipta masyarakat Islam yang dipenuhi dengan rasa keimanan dan kemauan keras untuk melaksanakan syari'at dalam setiap lini kehidupan.
Islam Menjaga Wanita
Pengaturan Islam mengenai sistem pergaulan sudah terbukti penerapannya dalam masa kejayaan Islam sejak jaman Rasulullah sampai Khalifah pengganti beliau. Pengaturan ini sudah terbukti dan tak hanya berhenti dalam tataran konsep semata.
Salah satu kisah masyhur yang terkenang sepanjang masa adalah apa yang dilakukan Khalifah Mu'tasim Billah saat ada wanita yang mengadukan tentara Yahudi yang mengusik kehormatannya. Khaifah pada saat itu tak tinggal diam namun menggerakan pasukannya demi menjaga kehormatan si wanita musimah.
Dari sini dapat kita lihat besarnya perhatian Islam dalam penjagaannya demi kemuliaan wanita. Islam dengan sistemnya tak akan tinggal diam atas kezaliman yang terjadi, khususnya untuk kalangan wanita. Memang, hanya sistem inilah yang akan mampu mengawal kemuliaan wanita, menjaga dengan sebaik-baiknya, serta menghilangkan setiap hal yang akan mengganggu eksistensinya. Itulah Islam dengan kesempurnaan aturannya. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google