Sejak zaman dahulu, jilbab sudah identik dengan para pelajar dan mahasiswi Indonesia. Bahkan untuk menambah bekal keIslaman sebagai basis ilmu pengetahuan, para pelajar turut mengambil kelas agama di sore hari – tradisi ini di berbagai daerah masih terus berlangsung hingga sekarang.
Mohammad Natsir dalam bukunya “Hidup Bahagia” tahun 1954, menerangkan, sadar minimnya tenaga pendidik, masyarakat Indonesia di era 1950-an secara swadaya mendirikan sekolah agama khusus wanita untuk menghasilkan calon-calon guru. Di sanalah mereka ditempa untuk memperkuat keilmuan Islam dan jiwa kepemimpinan.
Di tengah kesibukan belajar di sekolah, para mahasiswa Muslimah itu juga menghabiskan waktunya untuk mengunjungi pusat-pusat studi ilmu pengetahuan (sains) sebagaimana terlihat dalam foto. Kenapa? Karena dari pundak merekalah terbeban amanah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kelak dari tangan merekalah, buta huruf diberantas. Dari kampung dan desa, para pelajar berjilbab itu menyisir warga Indonesia untuk mengenal agama Islam dan ilmu pengetahuan.
Tidak ada kita dengar cibiran atau umpatan merendahkan atas perjuangan para pelajar berjilbab itu dalam memajukan taraf keilmuan bangsa Indonesia.
Karena, kata Natsir, “Dari dahulu sampai sekarang, madrasah-madrasah itu merupakan faktor pentjerdas jang penting sekali bagi bangsa kita.”
Sumber dan Foto: M Natsir, Hidup Bahagia, Bandung: Penerbitan Vorkink – Van Hoeve, 1954.
Sumber Tulisan: Facebook Pizaro
<iframe src="https://www.facebook.com/plugins/post.php?href=https%3A%2F%2Fweb.facebook.com%2Fgozaliindonesia%2Fposts%2F1675554596122238&show_text=true&width=500" width="500" height="807" scrolling="no" frameborder="0" allowfullscreen="true" allow="autoplay; clipboard-write; encrypted-media; picture-in-picture; web-share"></iframe>