View Full Version
Senin, 17 Jun 2024

Mencari Calon Suami; Baik pada Ibu, akankah Baik pada Istri?

 

Oleh: Ameena N

Pernah mendengar soal pernyataan bahwa laki-laki yang sayang dengan ibunya itu pasti sayang dengan istrinya? Seringnya yang mengatakan hal tersebut adalah ibu-ibu yang sedang mencari calon menantu bagi anak perempuannya. Mereka membujuk anak perempuannya agar menyaring calon suami dengan kriteria standar tersebut.  

Sayangnya, setelah perceraian pasangan selebriti Ria Ricis dan Teuku Ryan terjadi, standar tersebut langsung diragukan dan invalid. Ria Ricis yang awalnya disebut-sebut memilih Teuku Ryan sebagai suami lantaran mengagumi perilakunya terhadap ibunya, berakhir mengakhiri pernikahan mereka karena perilaku Teuku Ryan terhadap ibunya juga. Dia merasa bahwa mantan suaminya tersebut terlalu memprioritaskan ibunya dibandingkan dirinya.

Hal ini menuai banyak sekali diskusi di jagat maya soal manakah yang lebih harus diutamakan, apakah ibu dulu atau istri dulu. Padahal dalam Islam pun sudah jelas, keduanya adalah prioritas utama. Laki-laki mengemban amanah sebagai anak, lalu memilih mengambil amanah sebagai seorang suami, lalu ayah. Tidak ada peringkat dalam keutamaan dari ketiganya, karena ketiganya adalah sama-sama besar tanggung jawabnya.

“Kami memerintahkan manusia (untuk berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah kepayahan dan menyapihnya pada dua tahun. ‘Bersyukurlah kepadaKu dan kedua orangtuamu. Hanya kepadaKu tempat kembalimu.’” (QS. Luqman: 14)

“Takutlah kepada Allah perihal perempuan karena kalian mengambil mereka dengan amanat Allah dan menghalalkan farji mereka dengan kalimatNya... Kalian berkewajiban memberi makan dan pakaian secara baik.” (HR. Muslim, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).

Memilih calon suami dengan standar sederhana bahwa jika seorang laki-laki berperilaku baik pada ibunya maka ia akan berperilaku baik pada istrinya adalah dangkal. Mengapa? Karena memang kehidupan pernikahan itu tidak sesederhana itu. Buktinya, banyak juga anak laki-laki yang memperlakukan ibunya dengan baik itu justru ketika sudah menikah, memiliki istri dan anak, masih bingung dengan prioritasnya. Yang dia tahu hanya memprioritaskan ibunya. Selain ibunya, dia sama sekali tidak tahu harus meletakkan istri dan anaknya di skala prioritas yang mana.

Belum lagi jika kebetulan sekali ibunya itu tipe ibu yang sangat berlebihan dalam memperhatikan anaknya sehingga menantunya seringkali ditindas demi mementingkan kebahagiaan anak laki-lakinya. Sedangkan anak laki-lakinya, bukannya dengan bijak mendamaikan keadaan antara ibu dan istrinya, malah lebih membela ibunya. Di sisi lain ibunya juga salah karena memojokkan istrinya demi dia. Yang terakhir ini bahkan lebih sering terjadi.

Walau tidak semua kasus seperti itu, namun tidak ada salahnya berhati-hati dan tidak menyepelekan pernikahan hanya karena standar yang rendah seperti itu. Sekali lagi, pernikahan itu kompleks. Tidak hanya membutuhkan laki-laki yang paham bagaimana cara berbakti pada ibunya, tapi juga paham bagaimana membimbing istri dan anaknya. Karena bagaimana pun, keluarga barunya adalah tanggung jawab terbesarnya.

Begitu pula bagi ibu dari anak laki-laki yang kelak akan menikahi anak perempuan orang. Ingat bahwasannya kebahagiaan dari menantu itu juga penting. Alih-alih keras pada menantu perempuan kalian, keraslah pada anak laki-laki kalian. Karena dia adalah pemimpin dan pembimbing bagi istrinya. Jika istrinya salah, yang harus ditegur pertama kali justru anak laki-laki kalian terlebih dahulu.

Dan untuk para perempuan yang nantinya akan menikah, pilihlah laki-laki karena agama dan ibadahnya yang bagus. Itu adalah standar paling minimal. Dan jangan lupa pula bercermin pada kita sendiri. Apakah kita sudah layak mendampingi calon suami yang kita impikan atau tidak. Karena bagaimana pun, jodoh adalah cerminan dari nilai diri kita. Wallahua’lam. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version