Oleh: Aily Natasya
Ani-ani adalah sebutan lain untuk wanita simpanan. Perempuan-perempuan yang biasanya menjadi ani-ani pun kebanyakan anak yang masih remaja dan dewasa muda. Ada banyak sekali ani-ani di Indonesia, bahkan saking banyaknya, para wanita tersebut sudah tidak malu lagi menampakkan gaya hidupnya yang dibiayai seratus persen oleh suami orang di sosial media. Mereka justru bangga dan merasa puas dengan apa yang mereka lakukan. Bahkan, tak sedikit dari mereka yang sering memprovokasi para istri sah dan merasa lebih baik dari mereka karena berhasil merebut suaminya.
Demikianlah drama yang sering terjadi. Namun, tidak semua orang yang menjadi ani-ani, atau wanita simpanan, karena keinginan mereka sendiri demi ada yang memuaskan gaya hidup. Tak sedikit pula dari mereka yang terpaksa menjadi ani-ani karena dipaksa oleh keluarga atau orang lain karena dijebak dan ditipu oleh para germo.
Yang biasanya menjadi korban-korban ini adalah para remaja gadis dari desa yang belum menjamah kerasnya dunia, yang berusaha keluar dari desa mereka untuk mencari sumber penghidupan yang lebih baik. Kepolosan itulah yang membuat mereka ada di titik itu. Mau tidak mau, hidup mereka sudah terancam sehingga mau keluar dari lingkaran setan itu pun, rasanya sangat mustahil. Begitu pun bagi gadis-gadis yang dipaksa oleh keluarganya untuk menjadi ani-ani dengan alasan ekonomi.
Biasanya, para wanita simpanan atau ani-ani ini, mereka menargetkan laki-laki paruh baya yang memiliki status sosial yang tinggi seperti pejabat dan pengusaha yang kaya raya. Dan mayoritas dari pria-pria tersebut sudah beristri dan memiliki anak. Tujuannya adalah untuk mendapatkan uang dan berbagai macam hak istimewa dan koneksi. Bahkan, pendidikan yang baik pun bisa mereka dapatkan dengan menjadi ani-ani dari para pria hidung belang itu. Bagi mereka, itu adalah sebuah batu loncatan terbaik untuk memperbaiki kehidupan mereka dari segi ekonomi dan finansial.
Namun, jangan dikira bahwa menjadi ani-ani itu sangat mudah dan menyenangkan. Karena seperti yang tidak sudah disinggung, bahwa dunia tersebut pun tak kalah memiliki resiko dan sisi yang sangat gelap. Seperti pelecehan seksual, kekerasan seksual, penyakit menular seksual, dan lain sebagainya. Walau tidak semua mendapati tugas yang sama sebagai ani-ani, namun yang begitu hanya segelintir saja. Namanya juga wanita simpanan, yang dibutuhkan dari mereka tak lebih dari aktivitas seksual saja.
Dari rentetan masalah di atas yang bisa kita jabarkan, yang menjadi motivasi utama dan terkuat mereka mau menjual diri mereka kepada para pria hidung belang itu adalah ekonomi. Karena memang, menjadi ani-ani adalah salah satu jalan pintas yang sangat mudah untuk mengubah hidup. Walau pun dengan segala resiko dan sisi gelap yang harus dilewati, bagi mereka itu masih jauh lebih baik daripada harus terus-terusan terjerat dalam kemiskinan.
Lagi-lagi, di mana pemerintah? Bukankah ini tugas pemerintah untuk mensejahterakan kehidupan para wanita malang yang harus menjual harga dirinya demi kehidupan yang lebih baik itu? Mengapa ini justru malah semakin lama semakin menjamur?
Hm, jangan bertanya soal itu. Toh, kebanyakan yang biasanya menggaet para ani-ani itu justru para pemerintah itu sendiri. Mereka sudah melaksanakan tugas mereka, mensejahterakan kehidupan wanita-wanita malang itu, dengan cara dan jalan yang berbeda. Tapi ironisnya juga, mereka pulalah yang menyebabkan wanita-wanita malang itu harus menjual dirinya karena tiadanya peran pemerintah.
Di tengah kebobrokan negara akibat dari ulah pemerintah ini, semoga kita tetap bisa terus istiqomah untuk tidak mengambil jalan-jalan yang haram demi bertahan hidup. Dan bagi saudari-saudari kita yang terpaksa melakukannya, semoga mereka bisa segera keluar dari lingkaran setan tersebut. Aamiin yaa Rabbal ‘alamiin. Wallahua’lam. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google