View Full Version
Senin, 02 Dec 2024

Nikah Modal Cinta Doang, Mana Cukup?

 

Oleh: Ameena N

Pemerintah menerapkan batas minimal usia menikah bagi laki-laki dan perempuan menjadi 19 tahun, dan terus berupaya menekan angka pernikahan dini, namun Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024 menunjukkan bahwa sekitar 33,76% anak muda (baik laki-laki maupun perempuan) menikah pada usia 19-1 tahun. Lalu, sekitar 25,08% perempuan menikah di usia 16-18 tahun, dan 8,16% menikah di usia 10-15 tahun.

Alasan anak-anak Indonesia menikah dini sangatlah bervariasi. Ada yang karena ekonomi, ada yang karena sudah terlanjur hamil duluan, putus sekolah, merasa gabut saja, dan lain-lain. Namun yang mau kita bahas kali ini adalah alasan anak-anak usia dini menikah karena alasan cinta.

Menikah dengan alasan cinta ini terkesan jauh lebih baik daripada alasan-alasan yang umum terjadi. Namun sebenarnya, dampaknya tak kalah meresahkan. Masalahnya, tidak hanya anak usia dini yang terdampak oleh penikahan hanya modal cinta ini, namun juga orang-orang dewasa. Dan tentu saja, yang paling menjadi korban dalam pernikahan modal cinta doang ini adalah istri dan anak.

Namanya juga menikah modal cinta doang. Si laki belum mapan, bahkan ada yang belum punya pekerjaan, udah main nikah aja. Alasannya karena, ‘Yang penting kita saling cinta. Soal rezeki sudah ada yang mengatur”.

Benar, sih, rezeki itu sudah ada yang mengatur. Tapi duit kan, nggak serta merta jatuh dari atap rumah atau tinggal metik dari daun. Ya, yang logis dikit, dong. Minimal banget si laki udah punya kerjaan tetap walau penghasilannya masih rendah. Masak ini pengangguran mau aja diajak menikah. Beneran ada yang kayak gitu? Ada! Banyak!

Dan ketika udah beberapa bulan menikah dan punya anak, baru deh, kerasa kalau menikah modal cinta doang itu nggak cukup. Dan nggak tahu juga kalau si cowoknya nih, cinta beneran apa nggak. Mana ada orang cinta tapi membiarkan anak dan istrinya susah gitu, nggak mikirin ke depannya gimana. Cinta itu aksi, bukan kata-kata. Kalau ngomong, “Aku cinta banget sama kamu, ayo kita nikah,” doang mah, siapa sih yang nggak bisa. Ngibul mah, gampang.

Dalam Islam sendiri, syarat laki-laki boleh menikah itu kalau dia sudah punya pekerjaan tetap minimal. Ya, walau belum kaya-kaya banget, tapi setidaknya itu sudah punya pekerjaan. Lalu tak lupa pula, ini yang paling utama bagi laki-laki maupun yang perempuan, pembekalan ilmu pengetahuan soal kehidupan pernikahan dan parenting dalam Islam. Dan untuk lebih menguatkan, bisa ditambah dengan parenting-parenting dari pengetahuan umum. Jadi nggak ada itu menikah hanya modal ngomong cinta doang.

Di suatu postingan di sosial media, ada seorang anak yang menceritakan soal ibunya yang anti mokondo sedari muda sehingga mendapatkan lelaki yang provider mindset. Dia merasa sangat beruntung karena dengan memiliki orang tua yang mapan, dia bisa beli banyak buku-buku mahal dan mengikuti les apa pun. Bahkan ketika ayahnya meninggal, ibunya diwarisi kontrakan sebanyak 200 pintu. Di kolom komentar postingan ini, ada banyak sekali anak-anak yang mengeluh soal orang tuanya yang hanya menikah karena modal cinta. Mereka berharap bahwa orang tuanya bisa seperti orang tua pemilik postingan.

Anak-anak kita tidak bisa memilih siapa orang tua mereka. Namun kita bisa memilih pasangan yang seperti apa dan menjadi orang yang seperti apa untuk anak-anak kita nanti. Jadi, jangan termakan oleh buaian mesra laki-laki mokondo lagi, ya. Dear cewek-cewek, hargai dan sayangilah diri kalian. Pilih lelaki yang memiliki provider mindset dan pekerja keras. Percaya, deh, kalau kalian memilih pasangan kalian pakai logika dan bukan perasaan, tidak hanya anak-anak kalian yang akan berterima kasih pada kalian, tapi juga diri kalian sendiri.(rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google

 


latestnews

View Full Version