View Full Version
Rabu, 06 Jan 2010

Pengebom di Markas CIA Afghanistan adalah Agen Ganda

 

Washington - Sang pengebom yang meledakkan bom rompi dibalik seragam militer yang menewaskan delapan orang didalam markas CIA di Afghanistan adalah seorang teroris kelahiran Yordania yang disebut-sebut sebagai agen ganda, ia diundang ke basis tersebut karena ia mengklaim mempunyai informasi yang mengarah kepada Usamah bin Ladin, menurut konfirmasi mantan pejabat senior intelejen Amerika dan pejabat pemerintah asing hari Senin.

Aksi pengeboman itu sendiri menewaskan tujuh petugas CIA - empat orang merupakan petugas CIA, kemudian tiga orang lainnya adalah penjaga keamanan dan seorang agen intelejen asal Yordania bernama Ali bin Zaid, menurut mantan pejabat senior intelejen Amerika kedua. Pejabat ini berbicara dalam kondisi tidak resmi karena ia tidak mempunyai kewenangan untuk membicarakan insiden ini.

Mantan pejabat senior intelejen dan pejabat asing ini mengatakan bahwa yang melakukan pemboman tersebut bernama Humam Khalil Abu-Mulal al-Balawi, 36 tahun dan ia adalah seorang dokter dari Zarqa, Yordania, ia sebelumnya telah direkrut oleh intelejen Yordania.

Zarqa adalah kota kelahiran pemimpin Al Qaeda Irak, Abu Musab al Zarqawi. NBC News yang pertama kali melaporkan identitas pelaku pemboman.

Humam Khalil pernah ditahan lebih dari setahun yang lalu oleh intelejen Yordania, ia lalu dipaksa untuk membantu dan mendukung Amerika dan Yordania dalam mengatasi Al Qaeda, menurut laporan NBC. Ia diundang ke Camp Chapman, markas CIA di propinsi Khost yang dijaga sangat ketat, markas ini terletak di dekat perbatasan Afghannistan-Pakistan. Ia diundang ke markas tersebut karena ia menawarkan informasi penting yang dapat digunakan untuk melacak keberadaan Syaikh Ayman al-Zawahiri, tangan kanan Syikh Usamah bin Ladin.

CIA Menolak Berkomentar Mengenai Laporan Ini

Haji Yakub, seorang jurubicara Taliban Pakistan mengatakan jika pelaku pemboman pada markas CIA itu bernama Hammam Khalil Muhammad, atau juga dikenal sebagai Abu Dujana al Khurasani. Pernyataan ini disampaikan dalam sebuah situs yang biasa digunakan Taliban menyebarkan pesan-pesan mereka. Namun belum ada konfirmasi independen atas statemen Yakub ini.

Al Balawi tidak diperiksa apakah membawa bom saat ia di Camp Chapman, menurut penuturan kedua mantan pejabat dan pejabat intelijen itu.

Ia menarik picu bomnya sesaat setelah interview dimulai, menurut salah satu mantan pejabat intelejen tersebut. Disamping delapan orang yang tewas, terdapat enam orang lainnya yang terluka, menurut CIA.

Mayat ketujuh pekerja CIA tersebut tiba hari Senin di Basis Angkatan Udara Dover kemudian dilaksanakan sebuah upacara kecil yang dihadiri Direktur CIA Leon Paletta, beberapa agen dan pejabat keamanan nasional juga hadir, ini menunjukkan bukan orang biasa yang tewas dalam serangan ini. Keluarga semua korban dan teman-teman mereka turut pula hadir, kata jubir CIA George Little.

Salah satu mantan pejabat intelejen senior mengatakan, satu pertanyaan besar yang harus dijawab adalah, kenapa bisa ada begitu banyak orang yang hadir saat dilakukan interview dengan Al Balawi? Yang membuat banyak orang yang hadir disitu tewas.

Setengah lusin mantan perwira CIA mengatakan kepada The Associated Press bahwa dalam kebanyakan kasus, hanya satu atau dua petugas intelejen yang biasanya akan bertemu dengan informan dan hanya bersama seorang juru bahasa (penerjemah). Pertemuan kecil seperti itu biasanya digunakan untuk membatasi bahaya dan kemungkinan eksposur identitas dari kedua petugas dan informan.

Sebuah majalah jihad online yang terbit pada September 2009 pernah merilis wawancara dengan al-Balawi, menurut pernyataan SITE yang biasa memonitor pergerakan jihadis lewat dunia maya.

Website SITE hari Senin menyatakan bahwa al-Balawi menggunakan nama samaran "Khorsani" dalam wawancara di majalah online tersebut. Al Balawi mengatakan ia pergi ke Afghanistan untuk bertempur dan ia menyeru kepada yang lain untuk melakukan hal serupa.

"Tidak ada kata-kata yang lebih baik dari sebuah kata-kata yang dibuktikan dengan tindakan, jadi ketika Muslim yang mengatakan itu hidup ia benar-benar membuktikan kata-katanya dengan perbuatan. Jika ia mati itu adalah karena Allah, ia akan diganjar dengan kemuliaan yang abadi dalam jalan menuju jihad, dengan ijin Allah", kata al Balawi, menurut penerjemahan SITE Intelligence.

Juru bicara Taliban Pakistan, Haji Yakub mengatakan bahwa seorang intel asal Yordan bernama bin Zaid yang juga turut tewas dalam serangan itu adalah orang yang sering merekrut para agen agar mau bergabung dengan Al Qaeda di Afghanistan. Bin Zaid kemudian merekrut al Balawi yang malah melakukan serangan tersebut dan membunuh bin Zaid. Bin Zaid bekerja untuk CIA, disini terlihat kerjasama antara intelejen Yordania dan CIA Amerika.

Kematian intel asal Yordan yang tewas oleh orang yang ia rekrut sendiri menguak hubungan dekat antara intelejen Yordania dan CIA yang sedang melancarkan perang global melawan "teror". The New York Times, kelompok Hak Asasi Manusia dan beberapa kelompok pengawas hak asasi pernah mengungkap kasus bahwa Yordania mempunyai penjara yang terkenal sadis dan mempunyai cara-cara penyiksaan sistematis terhadap para narapidana kasus terorisme.

[muslimdaily.net/ap]


latestnews

View Full Version