Seorang muslimah Amerika diperiksa sendirian untuk pemeriksaan tambahan keamanan bandara setelah menolak melepaskan jilbab.
Kejadian ini memunculkan kekhawatiran bahwa pakaian wajib bagi muslimah tersebut otomatis akan memjadi pemeriksaan tambahan bagi setiap muslimah yang bepergian dalam pengawasan keamanan bandara yang baru.
"Kami yakin ini merupakan diskriminasi," ujar Nihad Awad, Direktur Eksekutif Council on American-Islamic Relations (CAIR) kepada islamonline.
Nadia Hassan seorang muslimah dari Maryland, mengeluh karena menjadi target pemeriksaan seluruh tubuh di bandara Dulles di Washington hari Selasa 5 Januari lalu, saat dia akan terbang ke Los Angeles.
"Dia diberitahukan bahwa karena jilbabnya mereka menariknya keluar dan ini merupakan dampak kebijakan yang baru," kata Awwad. bagi wanita Islam, dia harus melalui penggeledahan di seluruh tubuhnya.
"Itu sangat menghinakan. Sangat tidak nyaman," ujar Nadia Hassan kepada The Detroit News dalam wawancara via telepon dari California.
Selain itu, baju, barang-barang, laptop dan handphonenya juga diperiksa apakah terdapat material bom di sana.
"Saya tidak mengatakan apapun. Saya tidak menginginkan masalah apa pun."
Transportation Security Administration/TSA atau Administratif Keamanan Transportasi beberapa waktu belakangan ini mengumumkan pemeriksaan tambahan terhadap seluruh penumpang beagama Islam dari 14 negara dan juga dari Kuba sebagai respon atas dugaan serangan yang dilakukan pemuda Nigeria di Detroit.
"Saya seorang Amerika. Saya bkan orang asing. Apakah negaraku memperlakukan ku dengan cara seperti ini?" keluh Nadia Hassan.
"Ada banyak wanita yang memakai rok wanita yang lebar dan panjang contohnya dan mereka tidak ditarik keluar, tapi dia (Nadia) ditarik. Penjelasan satu-satunya untuk hal ini adalah kerena dia seorang muslimah," terang Awwad.
[muslimdaily.net/IOL]