Banyak mahasiswa yang berada di Jalur Gaza berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi ke luar negeri namun blokade yang dilakukan 2 sejoli Mesir-Israel telah melunturkan niat mereka untuk melakukan perjalanan jauh.
Banyak dari mahasiswa di Gaza menerima beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di luar negeri, namun mereka hanya bisa terperangkap di wilayah mereka sendiri. Mereka bisa kehilangan beasiswanya, demikian laporan koresponden presstv.
Ayman Quader adalah salah satu mahasiswa tersebut. Dia telah merampungkan studi kesarjanaannya dan menerima beasiswa, namun tidak bisa keluar dari Gaza. Masa pertama beasiswanya berlaku mulai Februari ini.
Quader mengatakan kepada bahwa dia tidak bisa meninggalkan Gaza karena kepungan total Mesir dan Israel. Dia menuntut bagi siapa saja yang peduli terhadap kondisi kemanusiaan di Gaza untuk mendukungnya dan rekan seperjuangannya untuk bisa mencapai cita-cita menempuh pendidikan di luar negeri.
Zionis Israel telah mulai melakukan blokade total sejak tahun 2007, menutup akses bahan makanan, bahan bakar dan kebutuhan penting lainnya di wilayah yang padat penduduk tersebut, dan semakin membuat penduduk Gaza dihantui bencana kelaparan.
Kondisi ini diperparah dengan keengganan Mesir membuka perbatasan Rafah atas desakan Israel, satu-satunya pintu masuk Gaza yang tidak dikendalikan oleh Zionis Yahudi.
Oleh karena itu para mahasiswa harus menunggu dibukanya pintu perbatasan Rafah, namun tidak ada jadawal pembukaan perbatasan itu untuk rakyat Palestina yang sedang menderita.
"Saya sangat kecewa dan frustasi sebagai dosen karena mahasiswa-mahasiswa saya kehilangan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan mereka di luar negeri," tutur seorang dosen di Universitas Gaza, Akreem Habeeb.
[muslimdaily.net/ptv]