Usamah bin Ladin lebih bernilai hidup daripada mati bagi Amerika, karena kematiannya bisa mengakibatkan serangan "sangat-sangat mengerikan" oleh para pendukungnya, menurut penuturan putra Usamah bin Ladin.
Dalam wawancara dengan majalah Rolling Stone yang dilakukan didalam sebuah klub malam di Damaskus, putra keempat pemimpin Al Qaida, Umar Usamah bin Ladin mengatakan bahwa ayahnya telah memenangkan Perang Melawan Teror karena ia telah mencapai tujuannya untuk merendahkan Amerika dan mungkin tidak merasa perlu untuk memulai serangan lebih besar.
Namun, ia mengatakan bahwa keputusan Presiden Barrack Obama untuk meningkatkan jumlah pasukan di Afghanistan adalah kesalahan besar yang akan merusak perekonomian Amerika.
"Ini seperti menambahkan air ke pasir, seperti yang kita katakan didunia Arab. Itu hanya membuat pasir tambah berat", kata putra bin Ladin kepada majalah tersebut.
"Jika aku berada pada posisinya, hal pertama kali yang kulakukan adalah melakukan gencatan senjata. Kemudian selama enam bulan atau satu tahun tak ada pertempuran, tak ada tentara. Afghanistan takkan pernah bisa dikalahkan. Ini tidak ada hubungannya dengan ayahku. Ini adalah orang-orang Afghanistan".
"Akan menjadi lebih buruk jika ayahku meninggal", tambahnya. "Dunia akan menjadi sangat-sangat caos. Akan terjadi bencana". Umar, yang dalam autobiografinya diceritakan dibesarkan di sebuah kamp militan di Sudan dan Afghanistan kemudian ayahnya melaksanakan rencana jihadnya dan meninggalkan Umar di Afghanistan tak lama sebelum serangan 11 September 2001.
Umar, putra bin Ladin ini menikahi seorang wanita Inggris yang usianya hampir dua kali lipat usianya. Saat ini ia menjadi pedagang besi tua di kota Jeddah Saudi. Umar telah dilarang memasuki Inggris bersama istrinya yang bernama Zaina, karena dikhawatirkan pemerintah Inggris kehadirannya akan menyebabkan "perhatian publik luas".
Umar mengatakan, bahwa ia menghormati keputusan mantan presiden Bill Clinton dengan keputusan "cerdasnya" untuk menyerang kamp pelatihan milik ayahnya menggunakan rudal jelajah sebagai pembalasan atas serangan terhadap kepentingan Amerika di Afrika.
"Dia tidak mendapatkan ayahku setelah semua perang di Afghanistan, mereka masih tidak bisa menangkap ayah saya", katanya. "Mereka telah menghabiskan ratusan miliar. Lebih baik bagi Amerika untuk menyimpan uang untuk perekonomiannya. Pada saat Clinton berkuasa di Amerika, ia sangat cerdas. Tidak seperti seekor banteng yang berjalan akibat bendera berwarna merah didepannya".
Umar mengatakan bahwa ayahnya sangat gembira ketika George W Bush terpilih sebagai presiden. "Ayah sangat senang. Ini adalah jenis presiden yang ia butuhkan - ini jenis presiden yang akan menyerang dan menghabiskan uang serta memecah negaranya sendiri".
"Saya yakin ayahku ingin McCain yang menggantikan Bush daripada Obama. McCain mempunyai mentalitas yang sama seperti Bush. Ayahku kecewa begitu yang mendapatkan posisi Obama". Kegagalan besar intelejen dan usaha militer dalam mencari dan membunuh Usamah adalah potongan keberuntungan bagi Amerika, kata Umar.
"Orang-orang selalu meminta ayahku untuk lebih banyak menyerang", katanya. "Mereka akan berkata, 'Syeikh, kita harus berbuat lebih'. Hal-hal gila. Padahal ayahku memiliki tujuan agama. Ia dikendalikan oleh aturan-aturan jihad. Ayahku hanya membunuh jika ia berpikir ada kebutuhan".
Umar menutup wawancara dengan mengatakan ia ragu jika ayahnya akan melakukan lagi serangan besar.
"Dia tidak perlu itu. Segera setelah Amerika datang ke Afghanistan, maka rencananya bekerja. Ayahku telah menang", tandasnya.
[muslimdaily.net/Times Online]