Delapan tahun sudah Taliban digulingkan dari pemerintahan Afghanistan, kini gaya hidup masyarakatnya tampak ada yang berbeda, salah satu yang paling terlihat adalah kebebasan mereka dalam mengonsumsi televisi dan berbusana didepan umum, dua hal yang dulu diatur secara ketat pada masa pemerintah Taliban dimana mereka melarang televisi dan melarang perempuan keluar ke tempat umum tanpa burqa.
Larangan Taliban yang mungkin dianggap orang-orang "modern" sekarang sebagai kekolotan atau pemikiran konservatif justru menjadi hal yang sangat berharga buat kehidupan baru di Afghanistan, di mana untuk saat-saat ini kebebasan mengkonsumsi televisi justru menjadi bumerang buat masyarakat Afghanistan dan generasi mudanya, karena tayangan-tayangan yang ada di televisi mereka benar-benar bebas dan mengesampingkan norma-norma Islam, seperti menampilkan lekuk tubuh perempuan.
Pemerintah Afganistan yang baru sebenarnya sudah menerapkan larangan terhadap tayangan televisi yang mempertontonkan tubuh perempuan. Mereka sebenarnya juga memiliki kekuasaan untuk memberikan denda atau menutup stasiun televisi yang menampilkan tubuh perempuan. Walaupun dalam realita, mereka terlalu "lemah" untuk tindakan tersebut.
Masyarakat perkotaan Afgahnistan sekarang banyak dimanjakan dengan tayangan-tayangan yang beragam seiring dengan semakin panasnya kompetisi diantara stasiun-stasiun televisi yang ada. Kini dalam satu waktu, setiap pemirsa dapat memilih secara bebas tontonan yang dimaukan, baik berita, acara memasak, kartun, opera sabun Turki, drama Iran dan film-film India yang sedang populer dengan perempuan-perempuan yang menari-nari dengan pakaian mereka yang minim.
Untuk menyiasati larangan pemerintah dalam mempertontonkan tubuh perempuan, stasiun TV secara licik mendandani aktor-aktor perempuannya dengan make-make up yang seolah-olah menutupi tubuh mereka, tetapi jika dilihat secara seksama, sebenarnya tetap sama, tetap memperlihatkan lekuk tubuh mereka.
Menanggapi ancaman tayangan televisi tersebut, Menteri Kebudayaan Afganistan, Sayed Makhdoom Raheen bulan lalu memanggil seluruh direktur stasiun TV, baik dari stasiun TV swasta ataupun stasiun TV kabel yang berjumlah sekitar 20 stasiun. Raheen menuntut mereka merevisi program-program yang telah ada dan mengikuti larangan pemerintah .
"Saya katakan kepada mereka selain untuk kepentingan pribadi, anda juga tidak boleh melupakan kewajiban sosial dan ajaran Islam sehingga anda perlu bertindak secara bertanggung jawab dengan memperhatikan moral generasi muda kita" kata Raheen kepada Reuters dalam sebuah wawancara.
"Banyak keluhan dari masyarakat, terutama dari kalangan yang sudah berkeluarga kalau beberapa stasiun TV saat ini tidak memperhatikan tradisi kebudayaan Islam, yang mereka sebut sebagai ancaman yang berbahaya bagi generasi muda."
"Ini merupakan masalah serius bagi kami. Saat ini kami masih mengambil langkah dengan berdiskusi dan dengar pendapat, tapi jika hal itu tidak berhasil, maka kami akan mengambil langkah-langkah hukum."
Setelah pertemuan digelar Raheen, beberapa stasiun TV tampaknya mulai mematuhi larangan pemerintah, tetapi hanya berjalan beberapa hari saja. Bahkan pihak stasiun TV kabel tampak sedikit mengindahkan larangan tersebut.
Kondisi tersebut diperparah dengan opini-opini lucu dari perempuan-perempuan Afghanistan yang duduk di parlemen. Salah satunya adalah Kufi Fawzia, anggota parlemen perempuan yang menyebabkan gemuruh tawa di gedung parlemen saat melakukan instrupsi dalam sidang mengenai larangan terhadap eksploitasi tubuh wanita di TV. Saat itu ia menyarankan jika pemerintah melarang memperlihatkan tubuh wanita di TV maka pemerintah harus menerapkannya untuk laki-laki juga.
[muslimdaily.net/reuters]