View Full Version
Rabu, 24 Mar 2010

Jilbab Taklukkan Dunia Fashion Eropa?

Rancangan Jilbab hasil karya Fatimah Rafiee, 39 tahun, perancang busana Belgia dengan cepat memperoleh tempat di perhelatan mode Paris Fashion Week. Hari ini ia menulis tentang dirinya dan pekerjaannya untuk seluruh dunia.

Menurutnya sejak awal ia mengerjakan rancangan jilbab tersebut khusus untuk segmen muslimah muda, tapi selama perhelatan mode di Paris Fashion Week, rancangan jilbab tersebut ternyata mendapat apresiasi yang luar biasa dari semua kalangan. Bukan hanya dari kalangan muda saja, bahkan kalangan orang tua sampai laki-lakipun juga ikut terpesona." kata desainer dari Antwerpen, Belgia ini.

Di bawah merek Noor D'Izar, perancang wanita tersebut mendesain jilbabnya sesuai jilbab domestik dengan gaya modern tapi tetap nyaman. Dalam mengerjakan rancangannya, ia tidak bekerja sendiri tapi bekerja sama dengan Inge Rombouts, ahli rancang busana terkenal.

Duet mereka memunculkan ide untuk berpartisipasi dalam perhelatan Paris Fashion Week. "Saya selalu percaya pada gagasan Inge." kata Fatimah.

"Ketika apresiasi publik sangat positif, saya baru merasa kalau jilbab saya memang "keren", apalagi dalam perhelatan sekelas Paris Fashion Week, jarang sekali ditemukan rancangan jilbab terbaru. Tapi saya lebih tidak bisa membayangkan lagi, karena model jilbab tersebut justru muncul dari inspirasi wanita Barat seperti Inge." Ungkap Fatimah

"Jurnalis dari majalah-majalah mode penjuru dunia juga menyambut gembira." tambahnya. "Bahkan hasil rancangan kami secara ekslusif dicetak pada sampul depan sebuah majalah di Jerman, Denmark dan juga dipublikasikan oleh media Inggris.' Ungkap Fatimah gembira.

Namun Fatimah menekankan kalau rancangan jilbabnya tidak ia tujukan untuk orang Barat. "Saya merancang jilbab tersebut untuk diri saya pribadi dan untuk kalangan muslimah muda, karena saya melihat biasanya mereka tidak mendapatkan mode yang cocok dalam berjilbab. Selain itu, model jilbab yang ada saat ini sangat tidak nyaman, karena harus menggunakan pin dalam pemakaiannya.

"Oleh karena itu saya mencoba mengembangkan jilbab dengan pita yang dijahit tapi tidak perlu menggunakan pin dalam pemakaiannya." jelas Fatimah.

Selain mengikuti perhelatan busana, ternyata Fatimah juga sudah memiliki toko online sendiri lengkap dengan showroomnya, di mana setiap konsumen dapat mencoba desain favoritnya. Toko online miliknya juga menerima pesanan individu. Di masa mendatang, selain toko online Fatimah juga ingin membuka toko di dunia nyata.

"Saya ingin merintis jaringan bisnis jilbab di Arab. Saya ingin menjual jilbab dengan kesan dan kemasan yang mewah. Tapi saya tidak suka berdebat tentang jilbab. Bagi saya, siapa yang mau memakainya silahkan saja, dan bagi yang tidak mau ya silahkan. Saya hanya ingin hidup sebagai desainer layaknya desainer lain".

Namun sayang jilbab-jilbab modis ini  bisa menjadi masalah tersendiri di mata syariat Islam, karena intinya Muslimah yang berjilbab itu untuk taat pada syariat dan bukan karena modis. Dikhawatirkan nantinya masalah jilbab modis ini digunakan pihak-pihak sekuler dan liberal untuk membelokkan makna berjilbab yang benar dalam Islam.

[muslimdaily.net/Cno]


latestnews

View Full Version