Pertarungan baik dan jahat akan selalu ada di negeri ini. Itu suatu hal yang lumrah. Tinggal siapa yang mau belajar dari yang sudah terjadi, agar kekalahan tidak lagi terjadi. Memoles, memikirkan dan mengevaluasi segala strategi dan amunisi, apa yang kurang, apa yang salah dan apa yang harus diperbaiki. Karena pertempuran haq dan batil adalah pertempuran panjang dan lama. Oleh karena itu, energi yang disiapkan juga energi yang banyak dan simultan. Bukan energi yang asal dan siap dikorbankan. Sekali lagi, bukan karena soal berani atau tidak berani, tetap soal bagaimana kita bisa memanfaatkan potensi yang dimiliki.
Tugas setiap kita—para pengusung al haq—adalah bersabar dalam berjuang. Menyusun kekuatan perlawanan dengan sangat rapi dan taktis. Bukan sekedar gagah-gagahan atau menakut-nakuti. Karena persoalannya bukan semata siapa yang takut, tetapi lebih kepada siapa yang akan memenangkan pertempuran ini. Energi harus benar-benar ditempatkan pada tempatnya. Perkecil kesalahan dan hilangkan kemubaziran. Pilih yang terbaik dari yang baik. Pertajam analisa, perkuat dukungan dan kuatkan pijakan. Karena ombak yang akan diterjang sangatlah kuat, maka tak mungkin sampan kecil mampu bertahan. Yang dibutuhkan adalah kekuatan yang seimbang, atau paling tidak menyerupai dengan apa yang telah musuh siapkan.
Proses ini harus dipahami sebagai sebuah peperangan semesta. Karena kebatilan juga punya tentara, yang selalu mengasah ketrampilannya membunuh, mengatasi, mengantisipasi, dan memusnahkan al haq di muka bumi ini. Sehingga otak kita yang mungil ini harus digunakan dengan maksimal. Berpikir dengan resiko yang terukur, apakah dengan resiko sebesar itu bisa diatasi dengan persiapan maksimal. Atau malah justru hanya menggunakan bahasa-bahasa takdir dan tawakal, sementara ikhtiyar masih sangat kurang! Kita memang punya Allah, yang akan selalu membantu perjuangan kita. Tapi sebagai hamba yang lemah kita diwajibkan berusaha semaksimal yang kita bisa lakukan. Semaksimal berarti mengukur kekuatan dari yang paling berat baru kemudian menurunkan sedikit demi sedikit sesuai dengan porsi kekuatan kita masing-masing.
Kalau pasukan batil saja mau menjalani proses bertahun-tahun untuk memenangkan pertempuran ini, kenapa pasukan al haq justru malah ingin segera menyudahi perlawanan dengan meletuskan sesuatu dengan gegap gembita dan mengharu biru. Menghardik pasukan lain yang tidak sepaham dengan umpatan tidak sopan dan menyakiti perasaan. Ini bukan cara yang tepat, karena merasa paling benar bukanlah pilihan yang dianjurkan. Bahu membahu saling memacu, semangat melawan kezaliman yang lebih besar. Bantu membantu mengatasi kekurangan, demi terciptanya barisan yang rapi tanpa celah tanpa lobang.
Al haq harus diperjuangkan hingga titik darah penghabisan. Dengan gigi geraham kita kan memegang tali kebenaran ini, sampai kemudian kita bisa melihat siapa yang mati dalam pertempuran ini. Bersiaplah maksimal, agar al haq benar-benar tegak, dan justru bukan menjadi bulan bulanan hanya karena persiapan dan strategi yang kurang. Jadikan prinsip di hati bahwa pilihan perjuangan ini yang kita cari. Mempersembahkan yang terbaik dari diri yang lemah dan hina. Untuk satu tujuan saja, ridha Allah subhana wa ta'ala.
Munajat doa kita panjatkan, dari lisan lisan lemah tanpa daya. Dari jiwa yang penuh salah dan dosa. Hanya mampu menulis kata dalam bilik yang tidak bernyawa. Semoga Allah menguatkan tali penghubung pasukan pasukan al haq, sehingga tidak saling serang, meski hanya dengan kata-kata berbumbu nafsu kedengkian. Sehingga ada hidayah yang menuntun, ada tujuan dan visi yang dituju, bukan semata bergerak dengan tanpa memedulikan kekompakan gerakan. Allahua'lam bishawab.
[muslimdaily.net]