SOLO NGRUKI - Hari Kamis 29 April 2010, sekitar pukul 11:00 WIB rombongan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat, Taufiq Kiemas, bersama empat orang wakilnya bersilaturahmi dengan Ustad Abu Bakar Baasyir di Pondok Pesantren Islam Al-Mukmin Ngruki, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Kedatangan lembaga MPR ini selain silaturahmi adalah untuk menanggapi surat dari ustad Abu Bakar Ba'asyir kepada MPR yang berisi "Tata Cara Bernegara Menurut Islam" yang pernah beliau kirimkan ke MPR sekitar tahun 2007. Ustad Abu mempunyai cara dakwah kepada pemerintah salah satunya dengan cara mengirimkan surat berupa nasihat yang beliau dasarkan kepada Al Qur'an dan Sunnah.
Taufiq Kiemas didampingi empat Wakil Ketua MPR yakni Melani Leimana (Partai Demokrat), Hajriyanto Y. Thohari (partai Golkar), Ahmad Farhan Hamid (unsur DPD), dan Lukman Hakim Saifuddin (PPP) melakukan dialog dengan pengasuh Pondok Pesantren Ngruki Ustad Abu Bakar Baasyir.
Sementara Wakil Ketua MPR Ahmad Farhan Hamid mengatakan, Ustad Abu Bakar Baasyir ini seorang tokoh yang mempunyai fikiran sangat jelas, tegas tentang bagaimana prinsip-prinsip bernegara berdasarkan keyakinan beliau sehingga dialog soal bernegara ini dianggap sangat penting.
Ahmad Farhan Hamid mengatakan MPR mendengarkan prinsip-prinsip ustad Abu dan telah direkam dengan baik untuk menambah pengetahuan MPR.
Sementara Wakil Ketua MPR dari Partai PPP Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, "ustad Abu Bakar Ba'asyir ini komitmennya kuat sekali untuk bagaimana bangsa dan negara ini bisa lebih baik.
Selain itu, Abu Bakar Baasyir juga menyatakan tidak sefaham adanya kekerasan dengan cara pengeboman yang terjadi beberapa waktu lalu.
"Ustad Baasyir tidak sepaham cara-cara yang dilakukan dengan kekerasan. Ini sekaligus menunjukkan kehadiran kita bahwa tidak benar tuduhan sebagian kalangan bahwa pesantren Al Mukmin Ngruki dan ustad Abu Bakar Ba'asyir adalah teroris, karena tidak mungkin lembaga seperti MPR mengunjungi tokoh kharismatik seperti ini yang dituduh teroris" katanya.
Sementara ustad Abu Bakar Baasyir mengatakan yang disebut bernegara baik itu kalau komitmen kepada Islam, jadi negara harus negara Islam, berlaku hukum Islam atau hukum-hukum buatan manusia meskipun buatan orang kafir asal tidak bertentangan dengan Islam itu yang dapat mewujudkan kebaikan.
Ustad Abu Bakar Baasyir mengatakan, cara kekerasan seperti pengeboman itu dilakukan jika negara ini diserang musuh dengan bersenjata, seperti Irak dan Afghanistan contohnya. Namun, jika negara atau Islam diserang dengan pikiran maka dibalas dengan cara dakwah, kata beliau.
Namun, ustad Abu mengatakan para pengebom itu "tetap seorang mujahid". Dan untuk yang kesekian kalinya, ustad Abu menjelaskan lagi didepan para tamu dari MPR dan puluhan wartawan di depan kediaman beliau yang berada didalam komplek Ponpes Al Mukmin Ngruki, bahwa siapa saja orang Islam yang menuduh mereka teroris hanya karena tidak setuju dengan cara mereka, orang yang menyebut mereka sebagai teroris bisa "batal syahadatnya atau murtad". Sebab ini sama dengan membantu isunya musuh dalam hal ini Amerika dan sekutunya. Sebab menurut penjelasan beliau, Amerika menuduh teroris itu tujuannya untuk mematikan semangat jihad, jadi kalau ikut-ikut menyebut teroris itu berarti membantu musuh dan bisa batal syahadatnya, tandas beliau.
Setelah dialog didalam rumah ustad Abu, kemudian rombongan MPR ikut melaksanakan sholat Dhuhur berjamaah di masjid pondok dengan imam sholat ustad Abu Bakar sendiri. Taufik Kiemas tampak turut sholat dengan menggunakan kursi duduk di shof pertama. Setelah sholat berjamaah ini kemudian dilanjutkan wawancara dengan para wartawan yang telah menunggu sebelumnya.
Kepada rombongan dari MPR ini ustad Abu memberikan oleh-oleh sekitar enam buah buku, yang diantaranya berjudul "Menghancurkan Demokrasi" dan "Nasihat Ulama Kepada Penguasa".
[muslimdaily.net]