Sebuah pengadilan militer Amerika Serikat menggelar pra peradilan untuk mengetahui apakah penjaga penjara Teluk Guantanamo menyiksa seorang remaja Kanada yang menjadi tersangka dalam interogasinya.
Omar Khadr, seorang remaja berkewarganegaraan Kanada, ditangkap pada bulan Juli 2002, setelah dituduh membunuh seorang tentara Amerika di Afghanistan. Dia kemudian mengakui tuduhan yang dialamatkan padanya.
Saat pra-peradilan dengar pendapat dalam kasus Omar Khadr dimulai, Khadr mengatakan pernyataannya kepada interogator adalah hasil yang ilegal, karena merupakan hasil dari praktik taktik penyiksaan oleh interogator Amerika, demikian lapor Reuter.
Barry Coburn, pengacaranya mengatakan bahwa ada negosiasi dari pihak interogator, akan adanya pengurangan hukuman jika Khadr mau mengakuinya.
Koran Toronto Star, yang mengutip sumber yang tak mau disebutkan namanya, mengatakan bahwa Khadr telah menolak tawaran yang akan membatasi hukuman sampai lima tahun lagi dalam tahanan di Guantanamo ataupun penjara Amerika.
Khadr bisa dipenjara seumur hidup jika lima dakwaan terhadap dirinya terbukti, termasuk pembunuhan dan bersekongkol dengan al-Qaeda.
Namun, agen FBI Robert Fuller menyatakan pada hari Rabu bahwa sesi interogasi Khadr berjalan "ramah, nyaman, dan bahkan termasuk snack dan ijin ke kamar mandi".
Fuller dilaporkan telah menginterogasi Khadr sebanyak tujuh kali saat ia ditahan di pangkalan udara AS Bagram di Afghanistan delapan tahun lalu.
Fuller adalah salah satu dari lebih 30 interogator AS yang bertanya pada Khadr dalam setidaknya 142 sesi di Bagram dan di Teluk Guantanamo, demikian menurut pengacara Khadr.
Kasus Kontroversi
Khadr ditangkap di Afghanistan pada bulan Juli 2002, ketika ia masih berusia 15 tahun.
Dia dituduh membunuh seorang tentara AS ketika ia melemparkan granat pada akhir sebuah pengepungan 4 jam markas al-Qaeda di kota Khost Afghanistan timur.
Dia telah ditahan di Guantanamo sejak Oktober 2002 dan sekarang berusia 23 tahun.
Sidang pra peradilan pada hari Rabu adalah untuk menentukan apakah pengakuannya kepada interogator dapat digunakan sebagai bukti terhadap Khadr di pengadilan pada bulan Juli.
Khadr mengaku dia diperlakukan dengan buruk selama di tahanan, di kamp militer AS di Bagram, Afghanistan, dan kemudian di Guantanamo. Dia juga mengaku disiksa dan dipaksa mengakui bahwa ia menggunakan granat untuk membunuh tentara Amerika.
[muslimdaily.net/ptv-aljzr]