Serangan militer Israel baru saja menghentikan konvoi armada bantuan untuk Palestina di perairan internasional (kurang lebih 65km di lepas pantai Gaza). Tiba-tiba keheningan yang melanda dunia Internasional selama blokade di Gaza terpecah oleh tindakan militer Israel yang menggunakan kekerasan kepada para aktifis pro-Palestina sehingga menewaskan belasan orang dan melukai beberapa yang lain.
Militer Israel sendiri mengeluarkan jurus basi untuk membela diri, mengatakan kalau dalam insiden tersebut mereka hanya membela diri.
Juru bicara militer dan pejabat Israel juga mencoba membela pasukan Israel yang terlibat dalam insiden tersebut. Mereka mengatakan pelanggaran yang dilakukan oleh pasukan Israel adalah pertahanan terbaik, karena dalam insiden tersebut, pasukan Israel memang tidak punya pilihan lain kecuali menyerang.
Namun terlepas kejadian yang menimpa para aktifis pro-Palestina di kapal-kapal bantuan, penyerangan warga negara lain yang dilakukan Israel di perairan internasional hanya karena mereka menolak penangkapan tidak hanya ilegal, namun juga telah merendahkan norma-norma hukum internasional.
Ketua tim pencari fakta bentukan PBB, Richard Goldstone yang sedang fokus terhadap pelanggaran HAM di Gaza menganggap insiden tersebut kemungkinan akan masuk pada catatan kejahatan perang Israel.
Sementara itu, Benyamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel setelah insiden tersebut langsung membatalkan perjalanan ke AS. Tentu saja semua orang akan melihat Barack Obama, presiden AS dapat merasa sedikit lega karena tidak harus bersitegang dengan perdana menteri Israel atas insiden yang sedang menjadi sorotan dunia tersebut.
Bahkan para pemimpin Eropa juga tidak tahu malu. Hanya beberapa hari setelah mereka membuka tangan, menyambut partisipasi Israel di dalam Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD)akhirnya juga ikut mengutuk Israel yang tentu saja hanya akan menjadi pepesan kosong yang sama sekali tidak berguna.
'Masyarakat internasional', begitu media Internasional menyebutnya untuk menunjuk para pemimpin dari negara-negara besar di dunia yang tergabung dalam PBB, terutama dari negara Barat dan Eropa. Selama pendudukan Israel di Palestina yang telah berlansung sekitar 43 tahun, mereka sama sekali tidak banyak berbicara, atau kalaupun berbicara, pembicaraan mereka sama sekali tidak berarti.
Masyarakat internasional hanya akan bertindak setelah sekutu Israel, Amerika Serikat menyetujui. Hal itu tampak jelas dari resolusi yang diberikan kepada Irak atau Iran tentang kepemilikan nuklir dimana masyarakat Internasional menampakkan ketegasannya kepada kedua negara tersebut. Tapi ketegasan tersebut tidak berlaku ketika mereka berhadapan dengan Israel di mana mereka tidak menyikapi sama sekali kepemilikan nuklir Israel yang ilegal.
Sikap diam masyarakat Internasional tersebut barangkali menjadi faktor utama yang mendorong masyarakat sipil dari dunia Internasional (yang tergabung dalam aktifis pro-Palestina) berkomitmen untuk mengambil tindakan sendiri dengan mendatangi Gaza untuk misi penyelamatan dan penghentian blokade Israel. Kedatangan mereka ke Gaza adalah hasil ketidakmampuan masyarakat internasional untuk melakukan langkah yang lebih konkrit daripada hanya mengeluarkan resolusi dan kutukan.
Israel sendiri memang sering mengklaim gerakan solidaritas Palestina sebagai gerakan kelompok radikal dan teroris, tapi ketika mereka berhadapan dengan kelompok-kelompok aktifis pro-Palestina yang berangkat dari keragaman dan pluralitas, klaim sebagai gerakan radikal dan teroris tampak sangat konyol dan hanya mampu dimaklumi oleh orang-orang bodoh.
Sementara itu, anggota terlemah dari 'masyarakat internasional' tampaknya adalah para anggota dari Liga Arab semakin mengurangi peran mereka dalam masalah Palestina dan memilih menjadi penonton belaka. Dimana Liga Arab? Dimana PBB? Pernyataan itulah yang patut bergaung di dunia Internasional saat ini? [muslimdaily.net/Alj]