View Full Version
Senin, 07 Jun 2010

Abu Mansur Al-Amriki, Tokoh Gerakan Jihad Selanjutnya, bagian 01 dari 11

 Kiri: Abu Manshur ketika SMA. Kanan: dalam sebuah video rilisan mujahidin al shobab shomalia pada Maret 2009

Pada suatu hari di musim gugur tahun 1999, Omar Hammami tersenyum bangga karena baru saja terpilih sebagai ketua OSIS di sekolahnya dan dirayakan dengan berpawai di sepanjang jalan utama bersama marching band dan seluruh pelajar sekolah itu. Pada saat itu, ia sedang berada di jenjang kelas 2 SMA. Dia menjadi bintang pelajar pada program siswa berbakat dan bercita-cita menjadi seorang ahli bedah. Untuk remaja berusia 15 tahun, dia memiliki karisma yang luar biasa.

Meskipun memiliki nama Arab yang diperoleh dari ayahnya, seorang imigran Suriah, namun Hammami memiliki karakter Alabama seperti ibunya. Ibunya merupakan wanita yg hangat, jujur, berbicara apa adanya dan sering mengucapkan panggilan ramah seperti "Manisku" dan "Sayang". Dibesarkan di sebuah tempat pembaptisan di bagian selatan, Omar tinggal di Asrama Sekolah Alkitab seperti anak laki-laki lainnya dan menyanyikan lagu "Away In A Manger" pada malam Natal. Sebagai remaja, dia mengidolakan Shakespare dan Kurt Cobain, suka sepak bola dan bermain Nintendo. Dalam masa-masa remajanya, ia terkenal sebagai orang yg berani, humoris, pemberontak, dan suka menentang. "Rasanya keren bila bisa dekat dengannya," kata salah seorang sahabat Omar pada waktu, Trey Hunter. Kata Trey selanjutnya, "Anda akan tahu bahwa dia akan menjadi pemimpin suatu saat nanti."

Satu dekade kemudian, Hammami memenuhi cita-citanya dengan cara yang tak terduga. Sekitar 8.500 mil dari Alabama, di tepi timur Afrika, ia telah menjadi tokoh kunci pada salah satu Harokah Jihad Islam yang dikenal sebagai Harokah Al Shabaab. Harokah jihad ini berjuang menggulingkan pemerintahan boneka Somalia yang rapuh karena dikendalikan oleh Amerika. Para mujahidin dikenal dengan sikap tegasnya seperti mengeksekusipara pengkhianat, memotong tangan pencuri (qishosh) dan merajam para pezina (rajam). Dengan bantuan Al-Qaidah, mereka telah berhasil mengubah Somalia menjadi bumi jihad yg diberkahi yg menjadi tujuan segenap pemuda dari seluruh dunia.

Lebih dari 20 kelompok mujahidin telah datang dari Amerika Serikat dan banyak di antara mereka merupakan pemuda keturunan Somalia-Amerika yang tinggal di Minneapolis. Hammami telah menempatkan pandangannya yang kontemporer di abad pertengahan dalam taktik perjuangan Al Shabaab saat itu. Dalam rilisan video yang terbaru (dapat dilihat di YouTube), beliau digambarkan sebagai pemimpin Harokah Jihad bersenjata yg diiringi lagu rap. (sepertinya video tersebut bukan rilisan resmi mujahidin, tapi dibuat oleh pendukung mujahidin di amerika,-ed).

Beliau disebut oleh pengikutnya sebagai Abu Manshur Al-Amriki, artinya "Seorang Amerika" yang memiliki kemampuan berbicara pada kamera dengan lemah lembut dan tingkat kepercayaan diri yang mengagumkan. "Kami sedang menunggu musuh datang," bisik Hammami dengan wajah tersenyum. Kemudian beliau bersumpah, "Kami akan membunuh mereka semua."

Dalam waktu tiga tahun sejak Hammami berjihad di Somalia, menurut data kepolisian Amerika Serikat dan pihak intelijen, perjalanan karir kepemimpinannya di Al Shabaab telah menempatkannya dalam kelas tersendiri. Ketika para tersangka teror Amerika yang lain sibuk mencari publisitas, Hammami justru lebih menekankan peran pelatihan kekuatan (i'dad) yang lebih kuat, memimpin langsung pasukan untuk berperang gerilya, mengatur serangan dan merencanakan strategi dengan operator Al-Qaeda. Dia juga muncul sebagai simbol jihad yang terkenal dengan kampanye perekrutannya dan telah berhasil menarik ratusan pejuang asing ke Somalia. "Saya belum pernah melihat seorang warga negara Amerika yang memiliki kredibilitas tinggi sebesar ini dalam suatu organisasi teroris." kata seorang pejabat keamanan senior Amerika pada awal bulan ini.

Belum lama ini, ancaman teroris keturunan Amerika tampaknya makin berkembang luas. Aparat penegak hukum berteori bahwa umat Islam di Amerika Serikat --dibandingkan dengan banyak rekan-rekan mereka di Eropa-- memiliki aktivitas keseharian yang padat, lebih membaur dengan masyarakat dan budaya Amerika sehingga seharusnya kurang rentan terhadap radikalisasi. Bukti terbesar yang mendukung teori ini adalah tidak adanya serangan teroris domestik setelah 9/11, yaitu periode yang telah membawa pukulan menghancurkan di Eropa dari basis perjuangan Islam yang berawal di Madrid dan London.

Amerika saat ini berada di titik penentuan. Beberapa tahun terakhir, setidaknya ada dua puluh orang di Amerika Serikat yang didakwa melanggar pasal terorisme. Mereka termasuk Najibullah Zazi, seorang imigran Afghanistan yang bekerja sebagai sopir di Denver yang dituduh bersekongkol melakukan aksi jihad lokal. Lalu David Coleman Headley, seorang keturunan Pakistan-Amerika dari Chicago yang dicurigai membantu rencana serangan di Mumbai pada tahun 2008. Dan lima pemuda lainnya berasal dari Virginia yang dituduh oleh pihak keamanan menjalani pelatihan di Pakistan untuk memerangi tentara Amerika di Afghanistan.

Kasus-kasus ini telah membuat pihak intelijen bergegas menganalisa dan berusaha menemukan jawaban atas peningkatan aksi terorisme tersebut. Para tersangka berkewarganegaraan Amerika berasal dari berbagai latar belakang dan strata sosial ekonomi, tetapi mereka memiliki banyak kesamaan dengan mujahidin Eropa. Mereka cenderung mudah termotivasi bahkan orang-orang berbakatnya dibesarkan di Barat dan juga aktif di dunia Muslim. Orang lain mungkin melihat mereka sebagai seorang yang kaku atau taat tetapi mereka membayangkan diri mereka sebagai seseorang yang sangat berprinsip. Mereka memiliki sesuatu yang disebut oleh Robert Pape, seorang profesor di Universitas Chicago, "sifat mementingkan kepentingan orang lain yang berkembang secara liar dan salah." Walaupun tingkat kesalehan agama mereka bervariasi, namun mereka sering terikat oleh kemarahan secara aqidah yang diperkuat dg deklarasi Perang Salib yg diumumkan oleh Presiden Amerika (Bush) sepanjang 9 tahun ini.

Kehadiran pasukan kafir Barat di Afghanistan dan Irak telah membawa konflik tersebut menjadi lebih dekat untuk diperhatikan oleh banyak umat muslim di Amerika. Melalui televisi satelit dan internet, maka jarak antara Fort Hood, Texas, dan Yaman dengan Daphne, Alabama, dan Somalia, telah menyempit. Untuk Omar Hammami, perang di Irak memberikan percikan kritis ketika ia berbalik ke arah militansi.

Dalam sebuah email pada bulan Desember, Hammami menanggapi pertanyaan melalu perantaranya tentang evolusi kepribadian dan pandang politik yang dianutnya. "Kami mendukung keyakinan yang sama dan menggunakan metolodologi Al-Qaeda," tulisnya. Mengenai Syaikh Usamah bin Ladin, ia berkata,"Kita semua siap dan bersedia untuk mematuhi perintahnya." Apakah Hammami, seperti halnya dengan Syaikh Usamah, mempertimbangkan Amerika sebagai target yang sah untuk diserang ? Tulisnya, "Ini sangat jelas bahwa saya percaya Amerika adalah target."

halaman 1 dari 11
diterjemahkan dari artikel "The Jihadist Next Door" karya Andrea Elliot--wartawati new york times.
diterjemahkan oleh meillyssach.multiply.com
edited by tegoeh al banna.
sumber: New York Times

[muslimdaily.net]


latestnews

View Full Version