Setelah tiga tahun bekerja sama dalam blokade Israel di Gaza, Mesir mengatakan pada hari Senin bahwa pihaknya akan membuka perbatasan dengan wilayah Palestina tanpa batas waktu untuk bantuan kemanusiaan dan perjalanan terbatas.
Dengan tekanan internasional untuk mengurangi blokade, seorang pejabat keamanan Mesir mengatakan bahwa pemerintahan Hamas di Gaza hanya mengembangbiakan lebih banyak pejuang.
Keputusan untuk mengurangi blokade yang dilakukan penjajah Israel tersebut datang seminggu setelah serangan mematikan Israel pada armada kemanusiaan menuju Gaza.
Langkah ini sedikit mengembalikan jalan ke dunia luar untuk setidaknya 1,5 juta penduduk Gaza.
Namun, Mesir tidak akan mengijinkan pengiriman kargo besar atau bahan konstruksi karena perbatasan dirancang hanya untuk perorangan, demikian pejabat keamanan mengatakan.
Salah satu konvoi yang membawa bantuan besar, yang diselenggarakan oleh gerakan Islam Mesir, Ikhwanul Muslimin, dihentikan hari Senin sebelum mendekat ke perbatasan.
Tahun lalu, Mesir membangun tembok baja di bawah tanah sepanjang perbatasannya dengan Jalur Gaza.
Hal itu disampaikan oleh Menlu Mesir, Ahmad Abul Ghaith kemarin Jumat (18/12) bahwa, merupakan hak Mesir menerapkan kekuasaannya di perbatasannya dengan cara apapun.
Dalam wawancara dengan majalah Mesir “Al-Ahram Arabi” yang terbit Sabtu (19/12), Abul Ghaith menegaskan, masalah pembangunan tembok, perangkat pengintai dan alat penyadap sering dibicarakan. “Yang penting adalah Mesir harus dijaga” tegasnya.
[muslimdaily.net/yho-AP]