KABUL - Dua tentara Amerika kembali tewas di Afghanistan pada hari Selasa, militer mengatakan, hal ini semakin memperluas pertumpahan darah hari kedua bagi Amerika dan mendorong kematian pasukan NATO di negara itu menjadi 23 tentara yang mati hanya dalam waktu seminggu.
Kematian tentara terbaru ini datang setelah Taliban meningkatkan pemboman dan serangan lainnya sebelum dimulainya operasi NATO untuk menyapu Taliban dari Kandahar.
Senin kemarin adalah hari yang paling berdarah di tahun ini bagi pasukan internasional di Afghanistan, ketika tujuh tentara Amerika, dua Australia dan Legiuner asal Perancis tewas dalam lima serangan terpisah mujahidin di bagian selatan dan timur negara itu. Dua sipil Amerika yang dikontrak dalam pelatihan polisi, seorang Amerika dan Nepal, juga tewas dalam serangan bom hari Senin di kota selatan Kandahar.
NATO menyatakan dua tentaranya tewas hari Selasa dalam ledakan bom di Afghanistan selatan, dan militer AS mengakui jika keduanya berkewarganegaraan Amerika. Tidak diberikan rincian lebih lanjut.
Kematian terakhir ini membawa korban pada pasukan NATO menjadi 23 untuk bulan Juni, termasuk 13 orang Amerika, menurut perhitungan The Associated Press.
Setengah dari yang mati pada hari Senin - adalah lima orang Amerika - mereka berada dalam satu ledakan di Afghanistan timur, kata juru bicara AS Kolonel Wayne Shanks tanpa memberikan rincian lebih lanjut. Itu bisa sebagai bagi Amerika bahwa Taliban bisa menyerang seluruh negara - tidak hanya di selatan, yang menjadi fokus utama dari kampanye AS.
Dua tentara AS lainnya tewas dalam serangan terpisah hari Senin di selatan - satu dalam pemboman dan yang lainnya tewas hanya oleh tembakan senjata kecil.
NATO mengatakan tiga anggota layanan lainnya tewas dalam serangan hari Senin di sebelah timur dan selatan, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut. Pemerintah Perancis mengumumkan salah satu korban adalah seorang sersan di Legiun Asing Prancis tewas oleh sebuah roket di provinsi Kapisa timur laut Kabul. Tiga legiuner lainnya luka-luka.
"Saya pikir kita baru saja melihat hari yang keras di teater," Letnan Jenderal David Hurley, komandan pasukan pertahanan Australia, mengatakan di Canberra, mengumumkan kematian tentara Australia ke 12 dan 13 di Afghanistan diantara sekitar 1.500 pasukan yang dikirimkan negeri Kanguru itu.
Senin adalah hari paling mematikan untuk NATO sejak 26 Oktober tahun lalu, ketika 11 tentara AS tewas, termasuk tujuh yang meninggal dalam kecelakaan helikopter di Afghanistan timur.
Desember tahun lalu, Presiden Barack Obama memerintahkan pengiriman lagi 30.000 tentara Amerika ke Afghanistan untuk mencoba membendung kekuatan Taliban, ratusan ribu pasukan penjajah asing dinilai Amerika tak mampu untuk menghadapi kekuatan Taliban yang menurut Amerika cuma berjumlah 25.000 saja.
[muslimdaily.net/ap]