|
Saudara perempuan Omar Hammami, Dena, adalah seorang wanita mungil yang anggun berusia 28 tahun. Dia tinggal dengan suami dan bayi perempuannya di sebuah rumah di kawasan beriklim sejuk yang menghadap ke sebuah kota kecil di Amerika. Detail tempat tinggal mereka dirahasiakan demi keamanan.
Suatu pagi di bulan September, ketika Dena duduk di dapur dan membuka laptop, ia membaca sebuah pesan pada akun Facebooknya yang berbunyi,“Berputarlah mengenakan pakaian senam sambil kau kentut.” Jantungnya pun mulai berdegup kencang. Ia teringat bahwa setahun yang lalu pernah memasukkan sebuah catatan lelucon ke dalam binder sekolah adik laki-lakinya agar adiknya ikut tertawa.
Saat itu, ia meyuruh adiknya tersebut melihat gambar gadis gendut yang mengenakan pakaian senam dan berputar-putar sambil buang angin. Lelucon tersebut kemudian menjadi salah satu lelucon akrab dari sekian banyak bahan candaan diantara mereka. Dia sadar bahwa pengirim pesan itu adalah adiknya yang berada di Somalia dan sedang berusaha berkomunikasi dengannya. Dengan pesan tersebut, adiknya ingin mengatakan bahwa profil Facebook fiktif yang mencantumkan Stanford dan Harvard sebagai almamaternya adalah dirinya.
"Semuanya berjalan lancar," tulisnya. Dia dan istrinya yang berkebangsaan Somalia ("Ummi" begitu dia memanggil istrinya) telah dikaruniai bayi perempuan. "Kadang pernikahanku berjalan baik," tulisnya. "Kadang dipenuhi rintangan. Kehidupan yang kami jalani tidaklah seperti kehidupan normal lainnya." Hammami tidak mengatakan keberadaannya dengan pasti namun dia meyakinkan Dena untuk tidak mengkhawatirkan dirinya. Dia pun mengatakan bahwa dia sedang mempersiapkan kematiannya. Omar berkata, "Aku tidak melakukan sesuatu yang terlalu berbahaya kecuali sekali dalam setiap bulan atau lebih," tambahnya. "Semua telah diatur oleh Sang Pencipta."
Kehidupan Hammami di Somalia nampaknya lebih berbahaya daripada yang dia ceritakan. Menurut salah seorang pejabat intelijen Somalia, dia menghabiskan banyak waktunya untuk hilir mudik mendatangi desa-desa di Somalia selatan, tempat markas Mujahidin Al Shabaab berada.
Selain perannya sebagai pengatur strategi militer, menurut info pejabat tersebut, Hammami membantu merancang strategi perekrutan Mujahidin Al Shabaab dan bertanggung jawab untuk mengelola keuangan kelompok tersebut – suatu kepercayaan luar biasa untuk seorang pendatang baru di Somalia yang usianya baru mencapai 22 tahun.
Pemerintah Boneka Somalia sebenarnya sedang berusaha mencari tambahan bantuan dana dari Amerika untuk melawan Mujahidin Al Shabaab dan mereka mempunyai alasan untuk menggunakan peran orang-orang asing seperti Hammami. Tapi Omar tak mau mengubah perannya dalam barisan mujahidin. "Orang ini berbahaya," kata Abdullahi Mohamed Ali, menteri keamanan nasional Somalia. "Dia merupakan ancaman bagi wilayah ini. Saya menginginkan dia disingkirkan."
Menurut salah seorang mantan komandan Al Shobab, Sheikh Mohamed Sheikh Abdullahi Sheikh Mohamed, ketika Hammami memimpin peperangan maka dia akan membuat kelompok mujahidin lainnya terkesan dengan aksinya tersebut. "Dia tidak berkedip ketika berhadapan dengan wajah musuhnya." kata Mohamed sambil mengingat empat pertempuran yang dipimpin oleh Hammami di tahun 2008 dan 2009.
Dalam berperang, Hammami biasanya menggunakan senapan yang biasa dipakai oleh para penembak jitu. “Ia akan menembak dengan tenang dan akurat,” kata Mohamed pada sebuah wawancara melalui telepon di bulan ini dari sebuah gedung pemerintahan boneka di Mogadishu setelah dia mengkhianati barisan mujahidin dan bergabung dengan pihak pemerintah murtad. Para pejabat Somalia mengatakan akan menjamin dirinya dalam perlindungan mereka.
Sampai saat ini, beberapa mujahid asal Amerika terkesan memiliki gambaran sebagai pemuda-pemuda yang berasal dari kalangan marginal. Contohnya John Walker Lindh, seorang penyendiri dari California yang mengembara ke Afghanistan untuk bergabung dengan Mujahidin Taliban. Atau Adam Gadahn yang sekarang menjadi juru bicara Al-Qaidah, sebelumnya adalah seorang pemuda yang menjalani pendidikan home-schooling dan dibesarkan di daerah peternakan kambing. Ia memiliki hobi untuk menyalurkan energi mudanya pada musik death-metal. Namun Omar Hammami memiliki kisah tersendiri, dan orang lain pun berusaha untuk mengikutinya. Bertahun-tahun kemudian, banyak teman-teman sekolahnya yang pada saat ini sering membandingkannya dengan pahlawan seperti di film tahun 1986, "Ferris Bueller's Day Off."
Perjalanan Hammami dari sebuah kota yang terkenal sebagai daerah Sabuk Injil di Amerika menuju kamp-kamp pelatihan militer mujahidin di Somalia merupakan hasil penggabungan potongan-potongan wawancara dengan orang tuanya, saudara, teman-teman akrabnya, aparat penegak hukum yang terlibat, rekaman-rekaman video kehidupannya dan kabar-kabar yang dikirimkannya melalui e-mail kepada keluarganya, jurnal-jurnal dan ratusan tulisan yang tersebar di berbagai forum di internet.
Satu hal yang tidak berubah dalam kehidupan Hammami, yaitu keinginannya untuk berjuang demi merasakan suatu hal yang berbeda dalam hidupnya di tempat yang berbeda dari kehidupan yang biasa dijalaninya. Hal ini tergambar pada untaian puisi yang ditulis saat Omar berusia 12 tahun :
"Kehidupanku amatlah membosankan. Aku berharap, berkeinginan, dan membutuhkan sesuatu untuk meruntuhkan tembok serta menaklukan raksasa sehingga aku bisa terbebas, terlepas dari tali yang mengikat, dan memutuskan rantai yang membelenggu…
Aku dapat merasakan kejayaan, dan memiliki tiketnya, tetapi di mana keretaku berada ?"
____________________________________________________________
diterjemahkan dari artikel "The Jihadist Next Door" karya Andrea Elliot--wartawati new york times.
diterjemahkan oleh meillyssach.multiply.com
edited by tegoeh al banna.
sumber: New York Times
[muslimdaily.net]