View Full Version
Rabu, 23 Jun 2010

Mereka Seharusnya Menjadi Pembela, Bukan Pencela! (Risalah Terbuka Kepada Hizbut Tahrir Indonesia) Bagian 4

Hari ini saya menjumpai apa yang sering diungkapkan oleh Syekh Abdullah Azzam, kita meyaksikan orang yang tidak sholat mengomentari orang yang sholat, kita menyaksikan orang yang tidak puasa mengomentari orang yang berpuasa. Kita menyaksikan para pimpinan jihad dikomentari oleh mereka yang belum pernah menanggung beban separuhpun dari beban yang ditanggung oleh pimpinan jihad !

 

Syekh Hikmatyar… Subhanalloh, beliaulah pencetus jihad yang berbarokah itu pertamakali. Telunjuk beliaulah yang pertamakali menarik pelatuk menembakan senjata ke arah tentara musuh dalam pertempuran di Pansyir. Sementara telunjuk kita baru bisa bertasyahud. Syekh sayyaf … beliau amirul mujahidin yang termuda, beliau penyatu faksi-faksi mujahidin, kepemimpinan beliau yang diterima oleh semua pimpinan jihad. Beliau memulai peperangan ini dengan tongkat dan batu. Syekh Robbani … beliaulah yang pertama-tama bahu membahu bersama Syekh Hikmatyar, dibawah bimbingan Prof. Ghulam Muhammad Niazi, melawan perkembangan mahasiswa komunis. Jamaah Islamiyah pimpinan beliau disebut sebagai organisasi perjuangan Afghan yang pertama berdiri. Syekh Yunus Kholis … inilah pimpinan faksi Mujahidin terbesar, ulama sepuh yang dihormati oleh semua pimpinan jihad. Syekh Jalaludin Haqqoni…orang yang pernah dalam satu pengepungan oleh musuh, musuh menggunakan bom-bom pembakar gua, sehingga tangan beliau terbakar sampai ke siku. Salah seorang mujahid menyarankan : “marilah ikut saya, luka syekh akan ditangani dengan baik di Pesyawar (Maktab Khidmat Mujahidin)”. Jawab beliau : ”Menurut Syara’ saya tidak boleh pergi ke Pesyawar untuk berobat, karena meninggalkan pasukan dalam keadaan seperti ini bisa membahayakan Islam dan kaum Muslimin”.

 

Adalah Syekh Usamah, dibalik jaket militer yang sering dipakainya yang seolah-olah menampakkan bahwa tubuhnya kuat berisi, tubuhnya kurus dan ringan. Beliau mengidap tekanan darah rendah sehingga beliau senantiasa membawa sebotol air putih dan sekantong garam dalam setiap perjalanannya. Dengan begitu beliau bisa minum dan menelan sejumput garam agar sedikit naik tekanan darahnya. Tetapi demikian berapa banyak front pertempuran yang ditempuhi dan dimenangkan. Sedangkan kita dengan sedikit sakit saja sudah menyatakan uzur dari pertempuran. Maulawi Muhammad Mir … inilah orang yang ditakuti oleh tentara Sovyet, sebagaimana pengakuan mereka yang ditawan mujahidin, ketika ditanyakan kepada mereka : “Siapakah yang paling kalian takuti?” Jawab mereka : “Muhammad Mir”. Mereka kira Muhammad Mir adalah seorang yang tinggi besar dan kuat sehingga bisa sewaktu-waktu masuk ke camp mereka (di bandara) dan menyembelih mereka ketika lengah, seketika dihadapkan kepada mereka Maulawi Muhammad Mir, mereka ternganga karena  beliau adalah seorang yang kurus dan kecil badannya. Alloh telah mengkaruniakan kekuatan kepada beliau dan menanamkan rasa takut terhadapnya ke dalam hati musuh-musuhnya. Bayangkan…tentara Sovyet itu berada di camp bandara yang dilengkapi tank, missile-missile canggih, radar canggih, pasukan dalam jumlah besar, tetapi ketakutan itu begitu menghantui mereka. Tidak ada artinya kecanggihan mesin perang dihadapan orang yang hanya takut kepada Alloh !

Dan apa yang kita saksikan adalah orang-orang yang baru bisa mengepalkan tangan mengomentari orang yang tangannya terbakar di medan jihad. Orang-orang yang matanya masih dua mengomentari orang yang telah mempersembahkan satu matanya di medan jihad. Orang-orang yang belum pernah meneteskan darah mengomentari mereka yang setiap bagian tubuhnya pernah terluka dan meneteskan darah di dalam peperangan. Lantas apa yang harus saya katakan kepada mereka itu? Tahanlah lisan anda ! sebagaimana apa yang pernah Rosul saw. ucapkan :

“Apabila disebut nama sahabat-sahabatku, maka cegahlah diri kalian !”

( Ditakhrij Ath Thabrani, Shohiih Al-Jamii’ 545 )

Yakni, kita harus menahan lisan kita jangan sampai membicarakan hal-hal yang buruk mengenai mereka ataupun bicara seenaknya tentang mereka dengan cara yang tak sesuai dengan keutamaan dan kedudukan mereka yang besar.

Kenapa Rosul saw. memerintahkan kita menahan lisan terhadap generasi sahabat? Karena inilah generasi utama umat ini. Generasi yang mempersembahkan segalanya untuk Alloh dan rosul-Nya. Ada dua kemungkinan jika seseorang ketahuan mencela sahabat diantaranya pertama mereka memang dari golongan yang memusuhi yang kedua adalah mereka orang-orang jahil (bodoh) yang tidak tahu keutamaan para sahabat. Maka saya berharap orang-orang yang mencela para pimpinan jihad dan jihad Afghan adalah orang-orang yang tidak tahu keutamaan mereka, maka inilah saya sampaikan sebagian keutamaan mereka. Ada yang kemudian mengatakan, tetapi mereka itu kan sering bertikai, bahkan semenjak futuh, Afghan tenggelam dalam perang saudara yang berkepanjanagan. Kepada mereka yang mengatakan seperti itu saya jawab : “Bahkan generasi sahabat-pun terlibat perang saudara yang dahsyat di antaranya perang Jamal dan Shiffin”. Tidak ada yang maksum melainkan nabi, tetapi apakah lantas kita boleh mencela para sahabat yang terlibat perang jamal dan shiffin? Atau bahkan mengkafirkannya, sehingga halal kehormatannya (dengan menjelek-jelekkan mereka)? Apakah dengan perang saudara antar sahabat kemudian jaminan masuk surga untuk mereka tercabut? Tidak ada yang menyangkal bahwa Ali ra adalah sahabat yang dijamin masuk surga, dan tidak ada juga yang menyangkal bahwa Aisyah ra juga dijamin masuk surga, tapi mereka bertikai pada pihak yang berseberangan. Lantas apalah derajat para pimpinan jihad Afghan jika dibandingkan dengan para sahabat, semestinya mereka jauh lebih banyak khilaf dan perbedaan dibanding para sahabat yang telah di bina langsung oleh rosululloh saw.

Yang harus kita lakukan adalah menelusuri dari riwayat-riwayat yang terpercaya untuk mengetahui fitnah yang terjadi. Kita harus lihat ada banyak Abdullah bin Saba dibelakang setiap fitnah. Janganlah seperti orientalis dan liberalis yang ingin menghancurkan Islam, maka yang disebarkan oleh mereka adalah islam itu ya hanya perang Jamal dan Shiffin saja. Mereka tidak melihat lainnya. Demikian pula dengan jihad Afghan, yang diketahui dan beredar di media massa hanyalah perang saudaranya saja, tentang kemenangan mujahidin sepi dari berita. Adakah yang tahu berapa syuhada yang syahid dalam pertempuran Joji? Pertempuran yang diyakini pertempuran terdahsyat sebelum rusia hengkang, dan dengan pertolongan Alloh, pertempuran ini dimenangkan oleh mujahidin. Adakah yang tahu berapa bulan waktu yang dibutuhkan dalam pengepungan dan pertempuran merebut Jalalabad. Saat itu semua faksi-faksi mujahidin bergabung, termasuk faksi Ahmad Syah Masuud. Dan apa berita yang beredar? Sewaktu pasukan Masuud, yang bertugas menghadang laju pasukan bantuan dari luar Jalalabad, terpaksa menarik diri karena kewalahan akibat korban yang terlalu banyak, dihembuskan berita dari bin saba-bin saba laknatulloh ‘alaihim, bahwa “Masuud berkhianat, masuud berkhianat !”. Akibatnya mujahidin yang mengepung Jalalabad goncang dan kewalahan. Berita seperti ini mengakibatkan dendam dan kemarahan di kalangan mujahidin. Alhamdulillah banyak tokoh-tokoh pemersatu yang bisa meluruskan fitnah. Akhirnya Jalalabad berhasil dikuasai Mujahidin, bukan hanya satu atau dua faksi, tapi semua faksi ikut didalamnya. Demikian juga ketika kita melihat perang saudara di afghan, pasti ada bin saba laknatulloh dibalik itu, bukan malah memperbesar fitnah dan mengecilkan keutamaan mujahidin melalui kemenangan-kemenangan mereka.

Inilah sekelumit kisah tentang Ahmad Syah Masuud …

Sesungguhnya saya tidak melihat kaum yang lebih mulia daripada Mujahidin Afghan kendatipun mereka miskin. Ahmad Syah pernah pergi ke salah satu negara eropa untuk membeli senjata. Telah beres transaksi pembelian senjata tersebut, uang ada, transaksinyapun ada. Pedagang tersebut datang padanya dengan membawa lembaran kertas, “Saya minta kamu menandatangani persetujuan untuk tidak menggunakan senjata ini melawan Israil.” Dengan enteng Ahmad Syah berkata : “Kami batalkan transaksi ini” Pedagang itu bertanya padanya : “Apakah kalian benar-benar akan menggunakan senjata ini untuk memerangi Israil?” Ahmad Syah menjawab : “Kamu tahu, bahwa kami tidak akan menggunakannya untuk memerangi Israil oleh karena jarak negara kami dengan Israil beribu-ribu mil, akan tetapi kamu menghendaki saya menandatangai dokumen untuk menghentikan perang yang telah diperintahkan Alloh sejak 1400 tahun yang lalu terhadap orang-orang Yahudi. Kamu menghendaki saya menandatangani dokumen yang isinya menentang perintah Alloh. Saya tidak mau senjata itu, silahkan batalkan transaksi tersebut!” Maka baliklah Ahmad Syah tanpa membawa satu butir pelurupun, meski sangat membutuhkan senjata.

 Singkatnya, ketika pedagang senjata itu melihat Ahmad Syah menolak transaksi pembelian itu meski senjata-senjata tersebut tidak dipergunakan untuk melawan bangsa Yahudi, maka berkomentarlah si pedagang itu : “Saya tidak pernah melihat kaum yang lebih bermartabat daripada kalian”.

(“Tarbiyah Jihadiyah jilid 11”, Abdullah Azzam, hal. 106-107)

Silahkan direnungkan, dengan akhlaq seperti ini apakah Ahmad Syah Masuud rela menerima bantuan Amerika, yang tentu saja tidak gratis. Kita lihat, orang kafir saja mengakui ketinggian martabat mujahidin (Syah Masuud), tetapi mengapa yang orang islam malah mencela mereka? Sampai tidak habis pikir saya.

Adakah yang sanggup mengatakan bahwa persaksian lidah lebih berat dibanding amal dihadapan Alloh kelak? Adakah yang ingin mengatakan persaksian keringat lebih berat dibanding persaksian darah dihadapan Alloh kelak? Adakah yang mau mengatakan kepedihan dan penderitaan para pimpinan jihad tidak melebihi kepedihan kita? Inilah apa yang dikatakan oleh orang yang hidup bersama para pimpinan jihad :

Ketahuilah, bahwa para tokoh pimpinan (jihad) itu telah mengalami pahit getirnya perjalanan jihad ini. Mereka melangkah di atas jalan yang penuh bara, jalan yang penuh onak dan duri, jalan yang dipenuhi ceceran darah, anak-anak yatim dan air mata. Mereka melangkah diatas jalan yang amat panjang. Mereka berani berkorban dan membayar harga. Mereka berani mengorbankan apa saja yang mereka miliki. Jika anda masuk salah satu dari rumah pemimpin-pemimpin itu, niscaya akan anda temui karib kerabatnya yang telah kehilangan keluarga mereka. Ada yang kehilangan anak-anaknya, ada yang yatim piatu dan ada pula yang menjadi janda. Semua itu akan membuat kacau fikiranmu dan membuat susah hatimu.

(“Tarbiyah Jihadiyah Jilid 2”, Abdullah Azzam, hal. 221-222)

 …Dari hampir tidak percaya, saya mulai menyeru lantang. Saya berkunjung ke dunia Islam dan meneriakkan kepada Jama’ah Islam yang ada : “Wahai saudara-saudaraku, kalian tak tahu bahwa di sebongkah bumi Islam yang bernama Afghanistan ada peperangan. Mereka hendak menegakkan dienulloh di bumi. Mereka semua memanggul senjata! Semuanya siap mati untuk membela dien-nya. Dan orang-orang yang memimpin pertempuran adalah tokoh-tokoh yang dikenal jelas Diennya. Jadi apalagi yang kalian kehendaki sesudah itu?”

(“Tarbiyah Jihadiyah Jilid 8”, Abdullah Azzam, hal. 64)

 Dan kita menemukan Afghanistan ketika jihad telah timbul disana. Dipimpin oleh sekelompok kecil manusia yang tumbuh sejak kecilnya menurut ajaran Islam. Mereka adalah orang-orang yang bersih hatinya dan ternama di seluruh penjuru Afghanistan. Disinilah tempat kita beristirahat dan melabuhkan harapan.

(“Runtuhnya Khilafah dan Upaya Menegakkannya”, Abdullah Azzam, hal.188)

Bersambung ke bagian 5.....

Oleh : Sam Fadil A
Jl. Dago Asri III no. J2, Komp. Istana Dago, Bandung
Email : [email protected]
0818220921 / 08886046959 


latestnews

View Full Version