View Full Version
Senin, 28 Jun 2010

Densus 88 Diminta Lepaskan Tangkapan Bawah Umur atau Dilaporkan ke Komnas Perlindungan Anak

SOLO - Penggerebekan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror di dua lokasi di Klaten (23/6), menuai kecaman. Pasalnya, dua dari beberapa orang yang diciduk korps berlambang burung hantu ini masih di bawah umur.

Dua orang dibawah umur yang ikut hilang saat Densus beraksi yakni kakak beradik Ainul Quratul Aini, 17, dan Faisal Rafiudin, 13. Keduanya adalah anak dari Medi, 41, warga RT 5 RW XIII Cemani, Sukoharjo. Medi dan ketiga anaknya yakni Soghir, 28, Ainul Quratul Aini, 17, dan Faisal Rafiudin, 13 diciduk Densus saat menggerebek rumah Mulyono di Kampung, Giri Mulyo, Kelurahan Gergunung, Klaten Utara.

Koordinator The Islamic Study an Action Center (ISAC) Muhammad Kurniawan mendesak agar Densus 88 segera membebaskan dua kakak beradik tersebut. Desakan tersebut, dilakukan mengingat kedua ini masih di bawah umur dan diyakini tidak memiliki keterkaitan dengan jaringan teroris. "Secara hukum keduanya masih berstatus di bawah umur. Kami harap keduanya segera dilepaskan mengingat kondisi yang bersangkutan dalam keadaan sakit," ujar Kurniawan.

Kurniawan mengaku tetap akan menghormati proses hukum yang sedang dilakukan oleh kepolisian. Hanya saja, dia berharap agar upaya penanganan terhadap para terduga pelaku teror tidak dilakukan secara amburadul seperti yang terjadi saat ini. "Kami harap polisi tetap melaksanakan semua prosedur hukum dan menjunjung tinggi asas praduga tidak bersalah. Apalagi kepada dua remaja uang masih berstatus sebagai pelajar itu," kata Kurniawan.

Dari hasil koordinasi dengan pihak kepolisian di Jakarta, Kurniawan mengatakan bahwa saat ini Ainul Quratal Aini dan Faisal Rafiudin belum tiba di Jakarta. Keduanya diduga saat ini masih disembunyikan oleh anggota Densus 88.

Sementara itu, Azamudin Haqoni, 23 anak ketiga Medi, didampingi pengurus ISAC saat memberikan keterangan di Masjid Baitussalam, Kelurahan Tipes, Kecamatan Grogol, Sukoharjo kemarin (26/6) dia berharap agar kedua adiknya segera dilepaskan.

Dia yakin kedua adiknya tak bersalah. Tak hanya itu, Azamudin, siap menjadi jaminan bagi pengganti kedua adiknya. Azamudin mengkhawatirkan kondisi kesehatan adiknya. Sebab beberapa saat sebelum dijemput oleh ayahnya Medi, Fasial Rafifudin sedang sakit.

Azamudin menjelaskan bahwa peristiwa hilangnya ayahnya beserta dua adiknya itu bermula saat Medi berangkat menjemput kedua adiknya yang sedang belajar di salah satu pondok pesantren di Purwokerto, Senin (22/6) lalu. Sesampai di Purwokerto, bersama kedua anaknya Medi langsung pulang ke Solo dengan mengendarai sepeda motor.

Lantaran capai usai melakukan perjalanan jauh, Medi mengajak Ainul Quratal Aini dan Faisal Rafiudin mampir sebentar ke rumah Shogir kakaknya di daerah Gergunung, Klaten. Namun apes, tak lama setelah ketiganya sampai di rumah Shogir, Densus tiba di lokasi dan langsung menangkap mereka. "Berdasar informasi yang kami dapat dari warga sekitar, mereka semua ikut dibawa polisi. Namun sampai sekarang tidak ada kepastian," kata Azamudin.

Hingga saat ini dia belum mendapatkan kejelasan resmi dari polisi mengenai keberadaan ayah dan kedua adiknya. Azamudin khawatir jika penanganan polisi akan berdampak buruk bagi psikologis dan perkembangan mental kedua adiknya. "Saya yakin adik saya tidak tahu apa-apa soal jaringan teroris," imbuhnya.

Hingga kini, nasib Mulyono, Istrinya, Istri Soghir (anak perempuan Mulyono), Ainul Quratul Aini, 17, dan Faisal Rafiudin, 13 tidak jelas dimana. Sebab dalam jumpa pers di Mabes Polri Jumat, 14 Mei 2010 tidak menyebutkan nasib Mulyono, Istrinya, Istri Soghir (anak perempuan Mulyono), Ainul Quratul Aini, 17, dan Faisal Rafiudin, 13.

[muslimdaily.net]


latestnews

View Full Version