View Full Version
Rabu, 18 Aug 2010

Para Ahli khawatir 80 persen Daging Halal Perancis Palsu

Tidak adanya badan pusat di Perancis untuk mengawasi keaslian daging halal telah membuat beberapa ahli ragu bahwa binatang ternak tersebut telah disembelih mengikuti prosedur yang benar dalam Islam.

Perkiraan jumlah daging berlabel halal yang tidak memenuhi standar keagamaan yang ketat berkisar dari 40 sampai setinggi 80 persen.

Perancis memiliki penduduk terbesar Muslim Eropa Barat dan produsen berlomba-lomba mendapatkan pasar daging halal yang bernilai sekitar 7.05 miliar dollar/ 5.5 miliar dollar.

Menurut hukum Islam, daging halal harus berasal dari hewan yang penyembelihnya mengucap asma Allah sebelum memotong dan disembelih menghadap ka'bah. Hewan secara tradisional dipotong di tenggorokan untuk memungkinkan darah mengalir keluar, dengan pandangan bahwa daging lebih bersih.

Ala'a Gafouri dari Halal Institute of Food Management Industry (HIFMI) di Paris memperkirakan bahwa sampai 80 persen daging dan produk lainnya yang berlabel halal mungkin tidak memenuhi kriteria tersebut.

"Mereka memberikan sertifikat sendiri," kata Gafouri, yang bertugas melatih tukang jagal dan pengawas makanan.

Kamel Kabtane, pimpinan Masjid Agung Lyon, memperkirakan sekitar 40-50 persen produk halal yang dijual di Prancis belum diverifikasi dengan ketat.

Para pakar tersebut tidak memberikan rincian tentang bagaimana perkiraan mereka dibuat.

Tidak ada badan pusat untuk memeriksa keaslian produk halal dan tidak ada standar tunggal, sehingga sulit untuk menentukan keaslian produk halal.


Pemerintah Prancis telah resmi hanya menunjuk masjid besar di Paris, Lyon dan Evry untuk mengawasi penyembelihan halal dan sertifikasinya, namun kelompok-kelompok tidak resmi di Prancis telah muncul untuk mengeluarkan sertifikat mereka sendiri.


Dewan resmi Muslim Perancis (CFCM) ingin masjid negara dan kelompok Islam untuk berkumpul untuk menyepakati piagam nasional yang menjabarkan panduan yang jelas mengenai daging halal untuk membantu Muslim Prancis saat mereka melakukan pembelian.

Pasar halal adalah dua kali lebih besar dibanding makanan organik di Perancis, di mana lima juta Muslim tinggal, dan diharapkan tumbuh sebesar 20 persen per tahun seiring dengan meningkatnya kelas keluarha Muslim menengah .

Sebuah jajak pendapat baru-baru menunjukkan bahwa 60 persen muslim Prancis secara teratur membeli produk halal, kategori yang mencakup makanan kaleng dan kosmetik bersertifikat bebas dari bahan-bahan yang berbasis daging.

Cheikh Al Sid Cheick, asisten pimpinan Masjid Agung Paris, mengatakan menempel logo "halal" pada label kemasan makanan adalah cara bagi para produsen untuk menarik perhatian konsumen Muslim.

"Tapi itu tidak berarti bahwa mereka bisa melakukan apa pun yang mereka inginkan," katanya. "Kami perlu satu set spesifikasi, satu sertifikasi dan satu logo."

Isu ini sensitif pada saat pemerintah berupaya melarang cadar dan mengetatkan hukum imigrasi.

[muslimdaily.net/alarby]


latestnews

View Full Version