Majalah jilid kedua Al Qoidah Inspire yang beberapa waktu lalu terbit, menampilkan dua tokoh Al Qoidah Semenanjung Arab yang merupakan mantan tahanan teluk Guantanamo. Pertama adalah Usman Ahmad al Ghamidi, yang merupakan komandan militer AQAP. Al Ghamidi juga muncul dalam sebuah pesan rekaman AQAP yang dirilis bulan Mei lalu.
Mantan tahanan Guantanamo yang kedua yang mengisi halaman majalah Inspire adalah Said al Shihri yang terdaftar sebagai "wakil Amir" dari AQAP. Al Shihri sudah muncul di beberapa komunike sejak awal 2009, saat pembentukan AQAP pertama kali diumumkan. Al Shihri sendiri merupakan salah satu tokoh pendiri awal AQAP.
Dalam majalah Inspire tersebut pada bagian pertama menceritakan kisah Usman Ahmad al Ghamdi, kisah perjalanan jihadnya. Ia pernah menjadi tentara dan tidak puas dengan kehidupan militer di Saudi, ia ingin pergi dari negara itu. Tapi karena itu adalah proses yang rumit, al Ghamidi mengatakan ia memutuskan untuk menyelinap keluar dari Arab Saudi menggunakan paspor palsu yang diberikan oleh fasilisator dari Al Qoidah pada saat itu.
Al Ghamidi pernah melewati berbagai tempat tinggal Al Qoidah di Pakistan dan Afghanistan sebelum tiba di kamp pelatihan Al Qoidah "Kamp al Farouq" dimana "lelaki sejati berada". Di kamp tersebut ia mengatakan disambut oleh Usamah bin Ladin sendiri yang juga datang ke kamp tersebut dari "waktu ke waktu untuk memberikan semangat dan dorongan."
Usamah di kamp itu mengatakan kepada kelompok pelatihan al Ghamdi "bahwa beberapa saudara-saudara kita akan menyerang Amerika dan meminta agar mendoakan mereka." Ketika berita tentang serangan 11 September sampai kepada al Ghamidi maka ia bersuka cita.
"Kami tidak bisa percaya pada awalnya," kata al Ghamidi. "Kami telah dihina oleh Amerika dan kami akhirnya menghantam Amerika di tanah mereka menggunakan pesawat mereka sendiri sebagai senjatanya. Kami rusak ekonomi mereka dan melemahkan kekuatan mereka."
Al Ghamidi melanjutkan: "Sekarang kita sejajar, mengirim pesan jelas: Kami bunuh kalian seperti ketika kalian membunuhi kami dan ketika kalian menteror kami, maka kami juga menteror kalian. Itu adalah hari yang spesial. Mujahidin sangat gembira dan mereka lebih bahagia lagi ketika umat Muslim merayakan itu, terutama saudara-saudara kita di Palestina."
Setelah serangan 9/11, Al Ghamidi mengatakan ia terpilih untuk menemani bin Ladin. Ketika Al Qoidah dan pasukan Taliban diperintah untuk mundur ke pegunungan Tora Bora, al Ghamidi memenuhi perintah itu. "Kami mulai mempersiapkan daerah tersebut untuk bertarung dengan Amerika dan sekutunya dengan menggali parit dan mengambil posisi defensif kami di gunung-gunung," kata al Ghamidi.
Al Ghamidi menceritakan keberanian Usamah bin Ladin dan Ayman al Zawahiri di Tora-Bora dimana mereka menghadapi "hujan bom tanpa henti." Mereka bersama kami dan mereka merasakan apa yang kami alami," kata al Ghamidi. "Mereka menolak untuk meninggalkan kami kecuali satu hari sebelum kami menarik diri dan setelah kami mendesak bahwa mereka harus dievakuasi dari daerah tersebut."
Setelah lolos dari Tora Bora, Al Ghamidi tertangkap di Pakistan dan secara licik diserahkan kepada pasukan Amerika di sebuah pangkalan di Afghanistan. Al Ghamidi mengatakan Amerika menggunakan berbagai cara untuk menghina agama kita. Setelah itu al Ghamidi pun dibawa ke penjara Teluk Guantanamo.
Di Guantanamo, al Ghamidi menceritakan bahwa penghinaan agama juga dilakukan tentara Amerika disana, ia mengalami siksaan dalam bentuk fisik dan psikologis. Ia dan para tahanan lain digunakan sebagai kelinci percobaan untuk eksperimen mereka menggunakan obat-obatan tertentu, kata al Ghamidi.
Said al Shihri
Dalam interview yang diterbitkan majalah Inspire, Said al Shihri mengakui bahwa ia terluka dalam "pertempuran di bandara Kandahar," yang merupakan salah satu benteng Usamah bin Ladin pra 11 September di Afghanistan. Setelah menolak berbicara kepada interogator Shihri pun dikirim ke penjara Teluk Guantanamo.
Al Shihri membuat klaim tentang penjara Guantanamo: "Ini adalah bagian dari peradaban mereka yang disebut mengubah wanita menjadi toilet yang dapat digunakan para laki-laki dengan biasa."
Al Shihri juga menyimpan sebagian besar permusuhannya untuk House Of Saud dan program rehabilitasi untuk para jihadis, dimana baik keduanya al Shihri dan al Ghamidi dipaksa ikut dalam program itu setelah mereka dipindahkan dari Guantanamo.
"Program rehabilitasi.... pada dasarnya adalah satu set keyakinan agama baru yang dipaksakan oleh tiran Amerika kepada masyarakat Muslim yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah pengkhianat di dunia Islam," kata al Shihri.
Al Shihri mengatakan bahwa House of Saud diisi oleh orang-orang murtad. "Jihad melawan pemerintah al Saud adalah kewajiban agama dan saya mengundang umat Muslim di tanah Dua Masjid Suci untuk memberontak melawan mereka dengan ucapan dan perbuatan dan saya meminta mereka untuk mendukung para mujahidin sesuai dengan kemampuan mereka," kata al Shihri.
Al Shihri menjelaskan bahwa AQAP tidak mematuhi batas-batas negara yang memisahkan Arab Saudi dan Yaman dan bahwa organisasi ini berusaha untuk mendirikan negara Islam yang diatur oleh hukum syariah di Semenanjung Arab. Pengawas proyek ini adalah Amir AQAP Nasser al Wuhayshi, atau yang juga dikenal sebagai Abu Basir al Yaman.
Al Shihri mengatakan bahwa kepemimpinan Wuhayshi telah disetujui oleh pimpinan umum Al Qoidah di tanah Khurasan, dimana AQAP telah berjanji setia dibawah kepemimpinan Al Qoidah Khurasan (sebuah wilayah yang mencakup daerah yang luas di Afghanistan, Pakistan, Uzbekistan, Tajikistan dan Iran) sebagai pusatnya, al Shihri merujuk kepada Usamah bin Ladin dan Ayman al Zawahiri. Dengan demikian, Said al Shahri memperjelas bahwa AQAP setia kepada anggota paling senior Al Qoidah.
Ketika ditanya, apa yang harus dilakukan Muslim di Barat, al Shihri merespon: "Mereka harus bermigrasi atau jihad melawan Barat dengan jihad individu atau melalui komunikasi dengan saudara-saudara mereka di tanah jihad."
Tak lupa al Shihri juga memuji dua Muslim yang tinggal di Barat yang telah melakukan operasi: "Operasi saudara-saudara kita, Nidal Hassan dan Umar al Farouk, semoga Allah memberi mereka ketabahan, adalah tindakan heroik besar sehingga siapapun dapat menambahkan dirinya sendiri untuk melakukan seperti itu dan kami meminta kepada Allah agar memberikan mereka kesuksesan. Dan segala puji hanya milik Allah."
Mayor Nidal Malik Hassan yang disebut al Shihri diatas adalah orang yang melakukan penembakan di Fort Hood, Texas pada bulan November 2009, dan Umar Farouk Abdulmutallab, yang berusaha meledakkan penerbangan pesawat 253 pada hari Natal 2009, memiliki kaitan erat dengan AQAP.
Mayor Hassan berulang kali melakukan kontak dengan ulama AQAP syaikh Anwar al Awlaki yang juga ditampilkan dalam edisi kedua majalah Al Qoidah tersebut.
Umar Farouk Abdulmutallab direkrut oleh AQAP dan melakukan perjalanan ke Yaman untuk pelatihan di kamp Al Qoidah. Dalam rekaman video yang dirilis tahun ini, syaikh Anwar al Awlaki menyebut baik Hassan dan Abdulmutallab sebagai "mahasiswanya." [muslimdaily.net]