Tuntutan para pengunjuk rasa adalah reformasi politik, pergantian pemerintah dan perluasan kesempatan kerja. Demikian, pernyataan salah seorang anggota kelompok oposisi
Ahad kemarin. Sabtu lalu, di kota Aljir, sekitar dua ribu orang melancarkan aksi unjuk rasa menentang pemerintahan Presiden Abdelaziz Bouteflika.
Sebelumnya, pihak penguasa telah menyatakan, melarang aksi demo tersebut. Pemerintah mengerahkan sekitar 30.000 petugas keamanan, untuk mencegah agar aksi tidak berkembang, sebagaimana yang terjadi di Mesir.
Kalangan oposisi dan serikat buruh memang terinspirasi oleh keberhasilan aksi protes Mesir menggulingkan rezim Hosni Mubarak. Mereka berharap hal yang sama juga akan terjadi di Aljazair.
Kalangan oposisi merencanakan akan melancarkan aksi demo setiap hari Sabtu, sampai terbentuk pemerintah baru.
Polisi Yaman Bubarkan Demonstrasi
Di Sanaa, ibukota Yaman, Ahad kemarin polisi membubarkan aksi unjuk rasa. Kalangan oposisi melaporkan, polisi menangkap sepuluh orang demonstran.
Sekitar duaribu orang demonstran, terutama mahasiswa, mencoba memperluas wilayah aksi protes, dari lingkungan universitas ke arah istana kepresidenan. Namun, polisi berhasil menghadang mereka.
Di kota Taiz, di Yaman Selatan, polisi menggunakan tongkat untuk menghalau demonstran. Sebagaimana yang terjadi di kota Sanaa, ratusan orang melakukan aksi unjuk rasa menuntut turunnya Presiden Ali Abdullah Saleh. Menurut kalangan pihak oposisi, polisi menangkap sekitar 120 orang demonstran.
Para demonstran di Sanaa meneriakkan seruan-seruan seperti misalnya: "Setelah revolusi di Mesir, kini giliran revolusi Yaman .'' Dengan ini mereka merujuk pada mundurnya Presiden Mesir, Hosni Mubarak, Jum'at lalu, setelah berlangsungnya aksi perlawanan rakyat selama berhari-hari.
[muslimdaily.net/rnw]