TRAPPES - Karima mempunyai rencana, jika polisi menghentikan dia karena dia menggunakan cadar, maka dia akan melepas sementara, kemudian memakainya kembali setelah polisi pergi. Jika itu tidak berhasil, dia berencana akan tinggal di rumah saja, atau bahkan meninggalkan Perancis.
Bagi wanita Muslim yang memakai cadar, ini adalah saatnya untuk membuat rencana. Sebab, mulai 11 April akan diberlakukan peraturan baru yang melarang semua pakaian yang menutupi wajah. Wanita yang melanggar aturan tersebut berisiko mendapatkan denda dan catatan kepolisian.
Peraturan baru ini dipandang Muslim sebagai pukulan baru bagi agama mereka. Di Perancis, pada hari Selasa ini akan diadakan perdebatan mengenai ibadah dalam Islam, Islam itu sendiri dalam sebuah negara sekuler tapi tradisional Katolik seperti di Perancis.
Fokusnya adalah pada peningkatan Muslim Perancis, yang jumlahnya kini lebih dari 5 juta, ini merupakan penduduk Muslim terbesar di Eropa Barat. Negara ini juga menghadapi kekhawatiran akan migrasi massa Muslim karena kekacauan di dunia Arab belakangan ini.
"Aku punya pilihan untuk melepas cadar ini, tapi aku memilij untuk tidak," kata Karima 25 tahun, diwawancara saat sedang belanja di pasar terbuka di kota Trappes, barat daya Perancis yang bependuduk 29.000.
Karima salah satu wanita jujur, walaupun ia menolak memberikan nama lengkapnya karena sikapnya yang menantang atas larangan tersebut. Sedangkan wanita bercadar lainnya tidak begitu bersedia untuk berbicara. Dua wanita berkerudung hitam dan bercadar bergegas pergi ketika didekati wartawan.
Topik perdebatan hari Selasa yang diadakan parta konservatif UMP milik Sarkozy adalah Sekularisma Nilai Dasar Perancis. Namun pembicaraan akan diarahkan kepada isu-isu sosial Muslim seperti makanan halal di kafetaria sekolah atau tuntutan beberapa jam terpisah bagi perempuan di kolam renang umum.
Muslim telah merasakan stigma oleh hukum sejak 2004 yang melarang jilbab di ruang kelas, apalagi dengan larangan cadar yang diberlakukan beberapa hari mendatang. Ditambah lagi dengan acara perdebatan ini yang membuat Muslim Perancis semakin kesal.
Acara perdebatan ini tentu saja mendapat banyak tentangan keras, bahkan penasihat Sarkozy menyatakan pertentangannya yang mengakibatkan pemecatan dirinya. Abderrahmane Dahmane, penasihat untuk integrasi dipecat bulan lalu setelah dirinya mengkritik pimpinan partai UMP Jean-Francois Cope yang mengusulkan ide perdebatan Islam.
"Francois Cope UMP adalah wabah bagi Muslim," kata Dahmane dalam sebuah wawancara.
Para pemimpin tertinggi agama di Perancis - Katolik, Protestan, Kristen Ortodoks, Yahudi, Muslim dan Budha - menerbitkan pernyataan bersama pekan lalu yang menyatakan bahwa perdebatan tersebut bisa menambahkan "kebingungan pada masa-masa menghadapi masalah kita."
Dahmane adalah tokoh "kontroversial" yang menyerukan Muslim Perancis untuk memakai bintang hijau pada hari Selasa ini, protes ini mirip dengan bintang kuning yang dahulu dipakai Yahudi saat berada di bawah pendudukan NAZI.
Serta, seorang anggota partai UMP juga merobek-robek kartau partainya dalam sebuah acara di masjid Paris. Abdallah Zekri, anggota Dewan Tinggi Masjid Perancis dari barat daya kota Nimes mengatakan, "Arab menjadi sasaran."
"Muslim akan selalu menjadi kambing hitam," katanya dalam sebuah konferensi pers di Paris. "Kami tidak lagi bicara tentang imigran, kami berbicara tentang Muslim."
Pihak berwenang sudang memperkirakan paling banyak terdapat 2000 wanita di Perancis yang akan dilarang memakai cadar.
Padahal, "dibalik cadar ini adalah spiritualitas," kata Karima, seorang mahasiswa calon doktor sejarah yang merupakan keturunan Aljazair. [muslimdaily.net/AP]