Media mainstream AS sengaja menghindari pemberitaan kejahatan militer AS, seperti penerbitan foto tentara yang berpose dengan jenazah warga sipil Afghanistan yang telah mereka bunuh, laporan mengatakan.
"Fakta bahwa belum ada penyelidikan Kongres, belum ada penyelidikan PBB, belum ada protes publik adalah hal menakutkan," Daniel Goure, yang mempelajari kebijakan militer AS di Afghanistan, mengatakan kepada koresponden Press TV di Arlington, Virginia.
Pada akhir tahun 2009, tentara Amerika Jeremy Morlock dan para prajurit lain dalam kelompoknya mulai merencanakan untuk membunuh warga Afghanistan yang tidak bersenjata di propinsi Kandahar.
The Washington Post juga mencatat adanya kontroversi dari media mainstream.
Isu-isu seperti krisis nuklir Jepang, pemberontakan di Timur Tengah dan topik lainnya telah mendominasi media mainstream di AS.
Cerita seperti pasukan yang mendapatkan hukuman sering luput untuk ditampilkan dan beberapa ahli mengatakan tersembunyi dari publik, demikian berita presstv yang dipublikasikan 19 April.
Morlock menggunakan senjata yang secara ilegal diperoleh di Afghanistan untuk membuatnya tampak bahwa korbannya adalah pejuang. Untuk membuat pembenaran terhadap pembunuhan tersebut, para prajurit menaruh senjata di dekat tubuh korban.
Kemudian, beberapa foto mengejutkan dirilis menunjukkan Morlock dan tentara lainnya berpose dengan jasad penduduk Afghanistan. Satu gambar lain menampilkan Marlock yang meringis sambil mengangkat kepala sang korban.
Dia dijatuhi hukuman 24 tahun penjara setelah mengaku bersalah membunuh tiga warga sipil di Afghanistan tahun lalu.
Pejabat Pentagon menyebut insiden ini menjijikkan dan meminta maaf atas tindakan tentara yang telah melakukan kesalahan itu.
Akan tetapi media AS nampaknya memberlakukan standar ganda dengan tidak menampilkan tindakan tindakan keji tentaranya terhadap warga sipil Afghanistan.
Warga sipil telah menjadi korban utama kekerasan di Afghanistan, khususnya di provinsi bermasalah di selatan dan timur.
[muslimdaily.net/ptv]