Presiden AS, Barack Obama sebagaimana dalam kampanye pemilunya pernah berjanji akan menutup penjara Guantanamo di Kuba. Tetapi setelah setahun berlalu, janji tersebut hingga saat ini tidak kunjung ia penuhi. Obama bahkan tampak tidak berdaya menanggapi permasalahan penjara paling kontroversial tersebut.
Dari bocoran informasi yang dikirimkan WikiLeaks kepada New York Times dan media cetak lain, menyebutkan kurang lebih ada 700-an dokumen militer AS yang memerinci jumlah tahanan di Guantanamo, termasuk data lengkap ratusan tahanan.
Beberapa tahanan disebutkan telah ditahan lebih dari sembilan tahun tanpa pengadilan, meskipun AS mengatakan memiliki jaminan konstitusional dan jaminan internasional terhadap tawanan perang sesuai konvensi Jenewa.
Selama ini pemerintah AS sendiri memang menempatkan masalah Guantanamo sebagai rahasia tingkat tinggi tinggi (top secret, red.). Dengan demikian, dokumen militer AS yang dipublasikan baru-baru ini secara substansial menambah pengetahuan masyarakat berkenaan dengan apa yang terjadi di sana. Dari data yang ada, diketahui kalau para tahanan Guantanamo berasal dari 47 negara yang berbeda termasuk Palestina. Jumlah tahanan terbesar adalah para tahanan dari Afghanistan, kemudian menyusul dari Pakistan, Arab Saudi dan Yaman. Sekitar 600 tahanan dikabarkan telah bebas, sedangkan beberapa tahanan ada yang masih ditahan karena dianggap "berisiko tinggi" (membahayakan masa depan Amerika Serikat, red.) dan ada juga yang dibebaskan dengan tugas mengawal misi pemberontakan di Libya terhadap presiden Gaddafi.
Laporan terkini menunjukkan sekitar 172 tahanan yang masih berada di Guantanamo pada prinsipnya dijadwalkan akan diadili secara terbatas sebelum pengadilan militer AS digelar. Tapi setiap hari, masalah demi masalah tetap berlanjut di Guantanamo karena banyak tahanan yang mendapat berbagai bentuk perlakuan kasar, interogasi kasar, teknik interogasi yang keras atau interogasi dengan paksaan yang semuanya kembali kepada kata ‘penyiksaan’.
Tontonan penyiksaan yang sedang berlangsung di Guantanamo berimbas pada reputasi Amerika sebagai negara yang mengaku berpayung hukum. Selain itu kasus-kasus memprihatinkan yang selama ini terjadi Guantanamo justru membuat orang-orang memiliki kebencian mendalam dan kekal terhadap Amerika, sebuah modal berbahaya bagi masa depan negara adidaya tersebut.
[muslimdaily/wnn]