View Full Version
Senin, 16 May 2011

Ibaratnya, Sigit Sudah Dibunuh, Sekalian Dibunuh Karakternya

SOLO - Istilahnya, sudah orangnya dibunuh, karakternya sekalian dibunuh.

Hanya karena saat digeledah rumahnya ditemukan dokumen daftar nama pengusaha hiburan malam, polisi menyatakan kelompok Sigit Qordhowi suka melakukan pemerasan.

Dokumen-dokumen dalam bentuk buku ditemukan Densus 88 di rumah Sigit usai menembak mati Sigit dan Hendro di Jalan Pelajar Pejuang, Cemani, Sukoharjo, pada Sabtu (14/5/2011) dini hari.

Seperti dilansir tribunnews.com, Polri mengimbau kepada para pengusaha hiburan malam di Jawa Tengah untuk melapor ke kepolisian terdekat jika merasa menjadi korban pemerasan kelompok teror pimpinan Sigit Qurdowi.

Imbauan ini disampaikan guna membantu kepolisian mengusut kasus pemerasan di balik kasus terorisme yang diduga dilakukan kelompok Sigit.

"Kami mengimbau yang pernah diperas, silakan melapor polisi," kata Kadiv Humas Polri Irjen Pol Anton Bachrul Alam, di Jakarta, Sabtu (14/5/2011).

Anton Bachrul Alam mengatakan jika ada pengusaha hiburan malam menolak permintaan dana yang diminta oleh kelompok Sigit, maka tempat usahanya dirusak. "Yang tidak mau menyumbang, akan dirusak. Kalau menyumbang aman," kata Anton yang entah darimana mendapatkan informasi ini. Padahal semua orang tahu, kepada siapa biasanya pengusaha hiburan malam dan kafe remang-remang membayar "upeti" atau mencari beking agar usaha "maksiatnya" lancar jaya.

Hal tersebut dibantah Koordinator Indonesian Crime Analys Forum dan Pengamat Terorisme

Teroris tak mungkin cari dana lewat pemerasan. Koordinator Indonesian Crime Analys Forum (ICAF) Pusat, Mustofa B Nahrawardaya menerangkan, agak sulit menerima keterangan yang disampaikan polisi terkait penggerebekan ini. Pasalnya, Sigit dan Hendro telah diintai sejak lama oleh anggota Densus 88.

"Mereka (Sigit dan Hendro) tahu diburu, tidak mungkin mereka lakukan pemerasan," kata Mustofa kepada detikcom, Ahad (15/5/2011).  

"Tindak pidana yang dilakukan sama saja memberi petunjuk kepada polisi," tutur Mustofa.

Hal yang sama juga disampaikan oleh pengamat intelijen, Wawan Purwanto. Menurut Wawan, tidak mungkin seorang teroris melakukan pemerasan dengan cara terbuka.

"Tujuan mereka belum terlaksana, tapi mereka sudah terlilit kasus lain," terang Wawan. [muslimdaily.net]


latestnews

View Full Version