View Full Version
Selasa, 22 Nov 2011

Menyikapi Negara Anti Kritik

Carut-marut dalam mengurus Negara  dan ketidak mampuan memperbaiki kerusakan-kerusakan dalam menjalankan roda-roda pemerintahan menjadikan para penguasa  Indonesia kalang kabut ketika mendapat kritikan dari instrumen masyarakat yang mempunyai itikad untuk memperbaiki nasib bangsa. Penguasa hanya siap untuk dipuji untuk meningkatkan pecitraan diri mereka namun tidak siap untuk menerima kritikan membangun dan masukan untuk menjalankan roda pemerintahan dengan baik.

Pernyataan Ketua DPR, Marzuki Alie dalam menyikapi ormas-ormas yang  kritis terhadap kinerja penguasa terlihat tidak dewasa dan terkesan asal bicara. Peryataan bahwa Ormas mengancam kedaulatan NKRI, karena kerap memaparkan kebobrokan pemerintah. hal seperti itu dinilai DPR sebagai tindakan negatif, karena masyarakat nantinya akan semakin tidak percaya terhadap pemerintah adalah mengada-ada dan tidak berdasar sama sekali. ( Republika.co.id, Senin  21/11 )

Bila memang pemerintah beritikad baik untuk memperbaiki  kinerjanya pembeberan-pembeberan kebobrokan pemerintah dijadikan sebagai ajang untuk mengintropeksi diri dan bercermin dari kesalahan-kesalahan tersebut untuk segera memperbaikinya. Tapi memang unik pemerintah Indonesia, bukan segera melakukan perbaikan-perbaikan malah melempar bola panas dan menuduh ormas-ormas tersebut mengancam stabilitas kedaulatan NKRI.

Lebih lucu dan unik adalah RMS dan OPM yang sudah jelas mengangkat senjata dan memiliki perangkat pemerintah bayangan tidak pernah ditindak tegas, padahal gerakan-gerakan mereka  dengan gamblang ingin memisahkan diri dari NKRI dan menginginkan kedaulatan penuh sebagai sebuah Negara merdeka. Namun sikap dan perlakuan pemerintah Indonesia sangat berbeda, ormas yang bermodal data-data akurat dan bisa dipertanggung jawabkan dalam menyikapi kebobrokan pemerintah dianggap makar padahal niat mereka agar pemerintah segera memperbaiki kinerjanya menjadi lebih baik dan professional namun pemerintah Indonesia mandul bila menyikapi gerakan bersenjata RMS  dan OPM.

 Bercerminlah Kepada Dua Pemimpin Ummat

Penguasa Indonesia perlu belajar kepada teladan  umat Islam dalam menyikapi kritik dan saran, agar lebih bijaksana dan tidak asal bicara karena mereka sebagai pemimpin seharusnya lebih mengerti daripada rakyat biasa yang mereka pimpin. Pidato Abu Bakar Ash Shiddiq dan  'Umar ibn al-Khattab RA. ketika mereka berdua dilantik sebagai Khilafah mengemban amanah ummat.

 

Abu Bakar Ash Shiddiq di bai’at menjadi khalifah, beliau mengucapkan pidato politik pertamanya.

“amma ba’du. Wahai manusia, aku telah diserahi kekuasaan untuk mengurus kalian, padahal aku bukanlah orang terbaik dari kalian. untuk itu, jika aku melakukan kebaikan, maka bantulah aku, jika aku berbuat salah, maka ingatkanlah aku. jujur itu amanah, sedang dusta itu khianat. orang lemah di antara kalian adalah orang kuat di sisiku hingga aku berikan haknya insya Allah, dan orang kuat di antara kalian adalah orang lemah di sisiku hingga aku mengambil haknya darinya insya Allah. tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad di jalan Allah, melainkan Allah menjadikan hidup mereka hina dan dihinakan, tidaklah perbuatan zina menyebar di suatu kaum, melainkan Allah akan menyebarkan malapetaka di tengah-tengah mereka. untuk itu, taatlah kalian kepadaku selama aku masih taat kepada Allah dan RasulNya. jika aku bermaksiat kepada Allah dan RasulNya, maka bagi kalian tidak ada ketaatan kepadaku. dirikanlah shalat kalian, semoga Allah merahmati kalian.”

 

Sedangkan Umar, khalifah kedua umat Islam juga menegasikan hal serupa, seperti pendahulunya. Suatu ketika beliau berpidato: Wahai manusia, siapa saja yang mendapati hal bengkok padaku, maka luruskanlah. Salah seorang dari hadirin berdiri, lalu berkata: Apabila kami mendapati hal bengkok padamu, maka kami akan meluruskannya dengan pedang-pedang kami. Umarpun langsung menyambutnya, dengan berkata: Syukurlah, ternyata masih ada rakyat Umar yang meluruskan kebengkokan Umar dengan pedang.

Inilah ciri pemimpin sejati, siap menerima kritikan selama dalam koridor kebenaran bukan cengeng merasa seolah-olah terdzalimi lalu mengadu ke media-media agar rakyat berbelas-kasihan, sikap yang tak layak dimiliki oleh pemimpin.

Wallahu A’lam !

 

Referensi :

[1]. Tarikh al-Umam wa al-Muluk, Tabari, Juz 3, Hal 203, al-Bidayah wa an-Nihayah, Ibn Katsir, Juz 6, Hal 301.

[2]. Tarikh al-Umam wa al-Muluk, Tabari, Juz 4, Hal 58.

 

oleh : Abdullah Muhammad Hanif


latestnews

View Full Version