View Full Version
Senin, 11 Jun 2012

Penelitian: Di Twitter, Pemuka Agama Lebih Berpengaruh Dari Selebritis Sekelas Lady Gaga Sekalipun

Lady Gaga, seorang penyanyi terkenal dan kontroversial asal Amerika Serikat memang orang yang memiliki jumlah follower terbanyak di seluruh jagat hingga saat ini.

Tapi meskipun jumlah followernya terbanyak di Twitter, pengaruh Lady Gaga ternyata masih kalah oleh para pemuka-pemuka agama.

Sebuah studi melaporkan bahwa sukses di Twitter tidak bisa diukur dengan berapa banyak jumlah pengikut (follower) yang dimiliki oleh seorang pengguna (user). Menurut laporan studi tersebut, kesuksesan di Twitter diukur dari apa yang mereka kicaukan (Tweet).

Temuan hasil studi itu juga mengungkapkan, wawasan yang menarik dan mendalam-lah yang menjadi populer di situs microblogging seperti Twitter.

Penelitian terakhir yang dilakukan oleh seorang anggota staf Twitter menemukan seperangkat pesan tertentu yang memantul di sekitar lokasi "diteruskan dan ditanggapi pada tingkat tertentu," laporan New York Times pekan lalu.

Pada awalnya, nama pengguna di balik materi kicauan (tweet) tak dikenali, kata Robin Sloan, salah seorang anggota staf Twitter. Setelah ditelusuri ternyata jawabannya mengejutkan. Orang yang ada di balik tweet itu ternyata para pemimpin Kristen Evangelis yang sengaja menuliskan pesan-pesan inspiratif berisi kasih Tuhan.

"Kicauan-kicauan mereka 30 kali lebih populer daripada pesan Twitter dari bintang pop sekelas Lady Gaga," demikian laporan studi tersebut.

Mereka telah berhasil membangun "sebuah jaringan pengikut setia baik di dalam maupun di luar jaringan sosial mereka," kata laporan yang menempatkan beberapa nama pemimpin Kristen yang berpengaruh di Twitter seperti Joyce Meyer, Max Lucado dan Andy Stanley.

Jumlah rata-rata reaksi pengguna Twitter terhadap pesan-pesan pendeta dan pemuka agama sering sangat mengejutkan, terutama bila dibandingkan dengan pengguna Twitter dari kalangan selebriti. Meyer berada di daftar paling atas dengan 170 reaksi per setiap 50.000 pengikut.

Seorang televangelis Amerika Joel Osteen berada pada urutan kedua dengan 147 mentions, diikuti oleh Lucado. Rata-rata, tweets mereka memperoleh respon dan perhatian 30 kali lebih banyak dibanding selebritis, kata laporan surat kabar New York Times.

Sebagai gambaran, satu kicauan tweet yang ditulis oleh TD Jakes yang berbunyi, "Kata-kata Anda akan memberitahu orang lain apa yang Anda pikirkan. Tindakan Anda akan memberitahu mereka apa yang Anda yakini," itu diteruskan (di-forward) sebanyak 2.490 kali.

Sementara kicauan tweet yang ditulis oleh Katy Perry yang berbunyi "Terkadang jet lag membuat saya merasakan seperti kepala retak #muststayawake" pada bulan yang sama hanya direspon oleh 2.491 orang pengguna.

Meskipun sama jumlah retweet-nya, letak kunci perbedaan antara keduanya adalah pada jumlah follower masing-masing. Uskup Jakes hanya memiliki 450.000 pengikut, sementara Katy Perry memiliki 20 juta. Tentu saja persentase pengaruhnya jauh lebih besar Uskup Jakes dibanding penyanyi Katy Perry.

Setelah menemukan anomali itu, pihak Twitter kemudian sengaja mengirim seorang eksekutif senior, Claire Diaz-Ortiz, dengan membawa sebuah misi yaitu mengajak para pendeta dan sejumlah pemuka agama lebih banyak lagi agar membuat akun Twitter. Dia juga menyelidiki lebih dalam mengapa para follower sejumlah pemimpin Kristen 'begitu terikat dan setia'.

"Pastur itu mengatakan bahwa Twitter dibuat untuk Alkitab," kata Diaz-Ortiz seperti dikutip dari NYT, setelah ia memimpin sesi lokakarya dalam sebuah konferensi Kristen bulan lalu di Dallas dengan bantuan Twitter.

Dia menyoroti konferensi yang diposting di Twitter dan bertemu dengan sejumlah pastur yang katanya, memiliki 3.000 sampai 4.000 pengikut di gereja mereka, sebuah jaringan pengguna Twitter yang potensial.

Gema dari pesan-pesan agama dalam dunia Twitter hadir sebagai platform bagi orang-orang dari semua kalangan agama untuk terlibat dengan orang lain. Hal itu sangat mirip dengan peran situs media sosial dalam arena pembicaraan politik sengit seperti dalam kasus pemberontakan di negara-negara Arab tahun lalu yang dengan cepat menyebarkan info ke seluruh dunia.

Twitter dan Umat Islam

Umat Muslim juga memuji kenaikan media sosial yang kemudian menginspirasi munculnya diskusi-diskusi tentang Islam.

"Sosial media telah membuka kesempatan bagi pemuda Muslim untuk terikat dengan diskusi-diskusi tentang keyakinan agama dan saudara-saudara seagama mereka (ukhuwah)," laporan Shelina Zahra Janmohamed, seorang wartawan di UAE.

"Umat muslim seperti menjadi umat yang satu (dalam komunitas Muslim di seluruh dunia), meskipun masyarakat Muslim dipisahkan oleh jarak, bahasa, dan geografis. Sosial media telah menjadi solusi atas hambatan-hambatan itu. Media sosial menghubungkan pemuda Muslim terlepas dari mana mereka berada. Hal ini memungkinkan mereka untuk membahas apa artinya menjadi seorang Muslim di era modern. Selebihnya, mereka bisa mengakses berbagai beasiswa studi agama," tambahnya seperti dikutip dari Al Arabiyya.

Namun tidak seperti popularitas pendeta Kristen di Twitter, sebagian besar pengguna Twitter Muslim yang berpengaruh bukanlah datang dari para pemimpin-pemimpin Islam, tapi justru datang dari tokoh-tokoh populer Muslim yang telah naik ketenarannya di Twitter (berdasarkan pesan yang diteruskan, bukan jumlah pengikut). Biasanya tokoh-tokoh itu populer karena kultwi-kultwitnya mengenai Islam dan memberikan saran-saran tertentu terkait masalah keislaman.

"Selama Ramadhan [bulan suci puasa], orang-orang sering menulis tweet-tweet potongan ayat-ayat Al Quran. Selama musim haji ada semacam gairah merasakan kehadiran di tanah suci," kata Janmohamed.

Pendeta Kristen di Twitter juga mengetahui bahwa situs tersebut merupakan alat untuk menghubungkan pendeta dengan jemaat kecil juga, Christian Post melaporkan.

Bagi Pastor Rick Warren, seorang yang oleh Forbes dianugerahi sebagai salah satu pengguna Twitter paling berpengaruh di dunia, idenya adalah menggunakan Twitter untuk membangun hubungan yang nyata. (Muslimdaily)

*Keterangan gambar: ilustrasi


latestnews

View Full Version