Diposting Kamis, 01-11-2012 | 00:16:06 WIB
LONDON, muslimdaily.net - Seorang pemuda Inggris keturunan Somalia dicabut kewarganegaraannya oleh Sekretaris Dalam Negri karena menolak menjadi informan Dinas Intelijen Inggris MI5. Pemuda itu mungkin juga akan diderportasi ke Amerika untuk ditempatkan di penjara rahasia.
Mahdi Hashi dibesarkan di Inggris sejak usia lima tahun, dan dia adalah warga negara resmi Inggris. Pada musim panas tahun ini, pemuda 23 tahun itu menghilang. Keluarga Mahdi akhirnya mengetahui bahwa Kantor Sekretaris Dalam Negri telah mencabut paspor Mahdi karena dituduh terlibat dalam "kegiatan ekstrimis".
Orang tua Mahdi sekarang bingung. Mereka mengatakan bahwa anaknya adalah korban tak bersalah akibat rencana jahat intelijen Inggris. Orang tua Mahdi juga menuding, bahwa anaknya dihukum karena menolak bekerja sebagai informan MI5.
"Yang bisa saya katakan adalah, bahwa Mahdi adalah seorang Muslim yang taat. Tapi menjadi Muslim tidak berarti menjadi ekstrimis. Itu sebabnya dia menjadi korban," kata Mohammad Hashi ayah dari Mahdi seperti dikutip Kantor Berita Rusia RT.COM.
Pada tahun 2009, Mahdi Hashi bekerja merawat gedung di pusat komunitas di London utara. Saat itulah ia adan empat rekannya menceritakan, mereka telah didekati dan dilecehkan secara terpisah oleh agen keamanan Inggris. Mahdi bercerita bahwa MI5 mengancam mereka dan akan memberi mereka label "ekstrimis Islam" jika mereka menolak menjadi informan agen intelijen Inggris dan memata-matai komunitas Muslim mereka.
Mahdi menolak menjadi informan. Ia kemudian mengajukan komplain kepada Anggota Parlemen Frank Dobson dan Pengadilan yang mengawasi MI5. Mahdi juga berbicara kepada media dalam upaya melindungi dirinya.
Dua tahun terakhir ini Mahdi pulang ke Mogadhisu Somalia untuk merawat neneknya dan membesarkan anaknya sendiri. Pada musim panas ini secara misterius Mahdi menghilang. Keluarga Mahdi yakin jika MI5 menculiknya.
"Anak saya hilang dan saya tidak tahu apakah dia sudah mati atau masih hidup. Kami sangat khawatir, seluruh keluarga," kata Kaltum Muhammad, ibu Mahdi.
Pada saat Mahdi berada di Somalia untuk merawat neneknya tersebut, Menteri Dalam Negeri Theresa May memberi perintah untuk mencabut kewarganegaraan Mahdi dengan alasan "kebaikan publik".
Pemerintah Inggris memutuskan bahwa Mahdi harus ditolak hak-hak istimewanya dan perlindungan kewarganegaraannya karena "kegiatan ekstrimisnya".
Satu-satunya informasi yang didapat keluarga Hashi saat ini datang dari seorang pria yang menghubungi keluarga mereka di Somalia yang mengatakan bahwa Mahdi kini berada di penjara Afrika bagian negara Djibouti.
"Informasi yang kami dengar bahwa Mahdi telah diambil sidik jari dan DNA nya oleh orang Amerika. Saat diketahui bahwa Mahdi mempunyai paspor Inggris, kemudian pihak Amerika menghubungi konsulat Inggris dan konsulat Inggris menyatakan paspor Mahdi sekaligus kewarganegaraannya dicabut. Kemudian orang Amerika itu membawa Mahdi ke suatu tempat yang kami tidak tahu," kata Mohammad Hashi seperti dikutip RT.COM.
Keluarga Mahdi ketakutan jika anaknya sampai ditahan di Camp Lemmonier di Djibouti. Tempat tersebut terkenal sebagai fasilitas penjara anti-teroris milik Amerika. Di penjara ini tersangka terorisme ditahan secara ilegal dan mendapatkan penyiksaan saat interogasi. [zk]