View Full Version
Kamis, 14 Feb 2013

Hari Jilbab vs Hari Valentine di Pakistan

ISLAMABAD, muslimdaily.net, - Partai-partai keagamaan dan kelompok-kelompok mahasiswa mengumumkan bahwa mereka akan merayakan 14 Februari sebagai Hari Hijab/jilbab di Pakistan.

"Kami akan menggunakan 14 Februari sebagai Hari Hijab di seluruh negeri, terutama di lembaga-lembaga pendidikan dalam rangka untuk menunjukkan kepada dunia bahwa rakyat Pakistan benar-benar menolak perayaan itu (hari Valentine), yang merupakan serangan langsung pada budaya kesopanan," ujar Asadullah Bhutto, seorang advokat senior, dan pemimpin pusat Jamaat-e-Islami, partai Islam terbesar di negara itu, mengatakan kepada OnIslam.net.

Langkah itu muncul setelah mahasiswi dari Universitas Karachi mengajak anak perempuan untuk mengenakan jilbab sebagai respon terhadap Hari Valentine. Beberapa kelompok, termasuk Islami Jamiat Talaba (IJT), sayap mahasiswa terbesar di Pakistan, Anjuman-e-Islam Talba (ATI) dan Jamiat Talaba Islam (JTI), juga telah bergabung tangan untuk melaksanakan Hari Hijab.

Tanzeem-e-Islami, sebuah kelompok non-politik keagamaan, juga telah menerbitkan pamflet luar masjid dan lembaga pendidikan menyoroti sejarah dan latar belakang Valentine.

Para pendukung gerakan ini berpendapat bahwa kampanye mereka ditujukan untuk melindungi norma-norma dan nilai-nilai kesopanan yang sesuai adat dan agama dari budaya barat yang merusak.

"Budaya ini (hari valentine) tidak ada hubungannya dengan agama apapun," ujar Bhutto yang juga mantan anggota parlemen.

Media elektronik Pakistan saat ini cukup gencar menyiarkan berbagai tayangan dan iklan berkenaan dengan hadiah dan komoditas berkenaan dengan Hari valentine, tidak menghiraukan sepenuhnya gerakan hari Jilbab yang dilakukan berbagai kalangan.

"Dampak dari kegiatan komersial berbahaya, khususnya di negara-negara Muslim, di mana kesopanan masih merupakan budaya mayoritas," kata Bhutto.

"Jika kita tidak menentang hari ini dan duduk diam, itu akan merusak fondasi masyarakat kita dan kesopanan."

Dia berpendapat bahwa cara terbaik untuk melawan tradisi atau kebiasaan adalah dengan dmemberikan alternatif.

"Itulah sebabnya kami berikan alternatif seperti jilbab, yang merupakan bagian integral dari masyarakat Muslim," katanya.

"Kami ingin memberikan pesan ini kepada pemuda kami bahwa dalam lingkungan di mana saat peradaban jahat memperdayakan perempuan Muslim dengan nama kebebasan, kita harus teguh untuk menjaga budaya kesopanan." [har]

berita terkait:


latestnews

View Full Version