Diposting Senin, 01-04-2013 | 13:44:24 WIB
WASHINGTON, muslimdaily.net, - Sebuah kelompok advokasi Muslim AS telah mengajukan gugatan ke pengadilan federal terhadap perusahaan Amerika karena melakukan pemecatan terhadap delapan belas pekerja Muslim yang melakukan shalat di tempat kerja.
"Mereka bahkan tidak mau membahas segala jenis bantuan," kata Jennifer Nimer, direktur hukum dari dari Council on American-Islamic Relations cabang Ohio, mengatakan kepada Columbia Dispatch sebagaimana dilansir onislam.net, Sabtu 30 Maret.
"Mereka berkata, 'Kamu shalat saat jam istirahat, dan itu saja."
Lembaga muslim Amerika ini telah mengajukan gugatan awal pekan kemarin terhadap Exel Inc, anak perusahaan dari Deutsche Post DHL, karena pemecatan 18 pekerja Muslim dari perusahaan logistik yang berbasis Westerville tersebut.
Para pekerja, asal Somalia, dipecat karena mereka shalat dua kali selama jam kerja selama sekitar 10 menit setiap kali. Gugatan itu mengatakan bahwa perusahaan itu menolak permintaan untuk menyesuaikan waktu istirahat bagi para pekerja yang bisa memungkinkan mereka melakukan shalat.
Meskipun manajer sebelumnya telah membuat modifikasi pada jadwal istirahat, manajer baru menolak untuk melakukannya.
"Ini tidak akomodatif ketika mereka menyadari waktu istirahat membuat mereka kehilangan kesempatan untuk shalat," kata Nimer.
Namun pejabat perusahaan menyangkal melakukan kesalahan, mengatakan bahwa Exel didedikasikan sebagi tempat kerja yang peka dan menghormati praktik keagamaan dan budaya dari karyawan.
"Tuduhan itu tidak sesuai atau selaras dengan cara kami melakukan bisnis di salah satu perusahaan kami," kata pejabat Exel dalam sebuah pernyataan.
Para pekerja dipecat mengeluh bahwa perusahaan memiliki sejarah diskriminasi terhadap karyawan yang beragama Islam.
"Perusahaan ini memiliki sejarah diskriminasi terhadap Muslim, terutama Muslim asal Somalia," kata Nimer.
Para pekerja mengatakan bahwa mereka awalnya ditolak menuju akses ke departemen sumber daya manusia perusahaan. Seorang manajer juga diduga telah mengatakan kepada karyawan untuk beribadah di toilet sehingga mereka tidak akan terlihat.
Kelompok advokasi Muslim mengatakan pemecatan beberapa pekerja dilakukan saat pertemuan 8 Februari di mana seorang manajer mengatakan kepada karyawan lain bahwa kebijakan tidak akan berubah. Karena pekerja bersikeras melakukan ibadah, lebih banyak karyawan yang kemudian dipecat.
Keluhan yang sama juga dilakukan tahun lalu oleh dua karyawan muslim. Salah satunya mengatakan dia dipecat setelah meminta kelanjutan akomodasi sebelumnya yang memungkinkan dia untuk melakuan shalat Jumat sementara yang lain mengatakan ia dipecat karena beribadah selama waktu istirahat. [har]