Diposting Sabtu, 11-05-2013 | 09:15:32 WIB
PARIS, muslimdaily.net, - Berupaya untuk menyatukan penetapan awal bulan Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha, para tokoh Islam di Prancis untuk menggunakan metode astronomu untuk menentukan waktu-waktu tersebut.
"Ini bersejarah," kata tokoh Muslim asal Lyon, Azzedine Gaci, kepada Reuters Kamis 9 Mei, sebagaimana dilansir onislam.net.
"Sekarang semua Muslim di Prancis dapat memulai Ramadhan pada hari yang sama."
Menghadapi masalah menetukan awal bulan Ramadhan setiap tahun, Dewan Muslim Prancis (Le Conseil français du culte musulman/CFCM), pada hari Kamis memutuskan menggunakan perhitungan astronomi atau hisab untuk mentukan penetapan awal Ramadhan.
Presiden CFCM, Mohammad Moussaoui, mengatakan metode rukyat menimbulkan perbedaan jadwal Muslim Prancis, sehingga mempengaruhi waktu untuk bekerja, sekolah dan perayaan.
"Sekarang semua ini akan disederhanakan," kata Moussaoui.
Oleh karena itu, CFCM mengumumkan bahwa, bulan suci Ramadhan akan dimulai pada hari Selasa, 9 Juli berdasarkan perhitungan astronomi.
Penetapan seperti ini memungkinkan Muslim meminta libur Idul Fitri dan Idul Adha untuk dimasukkan dalam kalender nasional.
"Ini akan menjadi lebih penting bagi kita bahwa liburan itu dipertimbangkan, itu saja," kata Moussaoui.
Prancis bukanlah negara pertama di mana umat Islam telah memutuskan untuk beralih ke perhitungan astronomi. Turki mulai menggunakan perhitungan untuk menetapkan penanggalan awal dekade Ramadhan lalu. Muslim di Jerman, yang sebagian besar berasal dari Turki, dan orang-orang di Bosnia juga menggunakan metode ini. [ahr]