Diposting Selasa, 11-06-2013 | 14:25:02 WIB
JAKARTA, muslimdaily.net - Komisaris Komnas HAM Siane Indriani mengatakan kronologi insiden penembakan seorang pria di Poso yang dituduh teroris berbeda dengan kronologi yang disampikan polisi.
Pada Senin (10/06) kemarin seorang pria bernama Nudin ditembak Tim Densus 88 di Poso, Sulawesi Tengah. Akibat insiden ini, sejumlah warga Poso sempat memblokir jalan selama beberapa jam serta meluapkan kemarahan mereka dengan melempari polisi dengan batu.
Siane mengatakan, insiden penembakan tersebut berawal ketika Nudin bersama temannya naik sepeda motor jenis Honda Revo pada sekitar pukul 03.35 waktu setempat.
"Pukul 03.40 di depan Lorong Pulau Seribu, motornya ditabrak oleh polisi yang mengikutinya. Namun dalam kronologi polisi mereka mengatakan Nudin yang menabrak mobil polisi," kata Siane seperti dikutip The Jakarta Post dari Kantor Berita Antara.
Komnas HAM mengatakan, setelah jatuh dari sepeda motor, kedua pengendara itu melarikan diri ke Lorong Pulau Seribu untuk menghindari penangkapan. Polisi kemudian menghamburkan delapan tembakan dan mengenai Nudin, sementara satu orang berhasil melarikan diri.
Kontradiksi
Menurut Siane Indriani, "Dalam kronologi mereka, polisi mengatakan tersangka teroris berulang kali menembaki mereka, sehingga mereka menembak teroris."
Akibat insiden itu, massa dari warga Poso mendatangi Mapolres Poso pada pukul 8 malam waktu setempat untuk meminta jenazah Nudin dikembalikan, tapi polisi menolak.
Siane mengatakan Komnas HAM menyesalkan pernyataan polisi yang tidak sesuai dengan fakta di Lapangan. Ia juga mendesak polisi untuk mengklarifikasi fakta agar warga Poso tenang.
"Kami sangat menyesalkan tindakan represif Densus 88, yang telah menimbulkan kemarahan warga setempat," kata Siane.
Sumber: The Jakarta Post