View Full Version
Jum'at, 14 Jun 2013

Siswa Uighur Dilarang Berpuasa

STOCKHOLM, muslimdaily.net, - Tidak seperti jutaan umat Islam di seluruh dunia, siswa Uighur yang kembali dari liburan musim panas di wilayah barat laut China dilarang puasa selama bulan suci Ramadhan.

"Mereka mengeluarkan jaminan dari orang tua, menjanjikan bahwa anak-anak mereka tidak akan berpuasa pada bulan Ramadhan," kata Dilxat Raxit, juru bicara Kongres Uighur Dunia (WUC) yang berbasis di Swedia karena pengasingan, kepada Radio Free Asia pada hari Kamis, 13 Juni, demikian lansir onislam.net.

Pihak berwenang China dilaporkan telah memberlakukan pembatasan terhadap siswa Muslim Uighur pada liburan musim panas di Xinjiang menjelang Ramadhan.

Berdasarkan pembatasan ini, siswa Uighur di bawah 18 tahun dilarang berpuasa selama bulan Ramadhan atau ambil bagian dalam kegiatan keagamaan. Siswa yang menentang pembatasan akan dilaporkan kepada pihak berwenang untuk mendapatkan hukuman.

"Mereka juga telah membuat kelompok-kelompok dari 10 rumah tangga yang bertanggung jawab untuk memata-matai satu sama lain, sehingga jika seorang anak dari satu keluarga  berpuasa Ramadhan, atau mengambil bagian dalam kegiatan keagamaan, maka semua 10 keluarga akan didenda," kata Raxit.

"Ini disebut sistem jaminan 10-rumah tangga."

Ramadhan Yang Terlarang

Pejabat agama telah mengkonfirmasi bahwa puasa Ramadhan dilarang untuk siswa Muslim Uighur.

"[Puasa] tidak diperbolehkan," kata seorang pejabat di biro urusan agama di Hotan, distrik Yutian kepada Radio Free Asia.

"Para siswa dan guru harus melapor ke sekolah mereka setiap hari Jumat, bahkan selama liburan.

"Ini seperti pelajaran reguler," katanya, menambahkan bahwa siswa juga akan makan di sana.

Para aktivis juga mengeluhkan bahwa siswa Uighur dipaksa mematikan ponsel mereka menjelang Ramadhan.

"Setelah siswa kembali ke kampung halaman mereka, siswa-siswa yang memiliki ponsel dan komputer harus menyerahkannya ke polisi karena penggeledahan," kata Raxit.

"Jika mereka tidak menyerahkannya dan dilaporkan atau tertangkap oleh pihak berwenang, maka mereka harus menanggung akibatnya."

Pembatasan sebelum Ramadhan datang menjelang empat tahun kerusuhan di Xinjiang, yang menewaskan hampir 200 orang.

Xinjiang telah menjadi daerah otonom sejak tahun 1955, namun terus menjadi subyek tindakan keras keamanan besar-besaran oleh pemerintah Cina. Kelompok-kelompok HAM menuduh pihak berwenang China melakukan kekerasan agama terhadap Muslim Uighur atas nama kontra terorisme. [ahr]


latestnews

View Full Version