View Full Version
Selasa, 30 Dec 2025

'Abu Ubaidah' Tidak Meniggal!

Oleh: Budi Ashari

Senin, 9 Rajab 1447 H / 29 Desember 2025 H, kita dikejutkan oleh ramainya pemberitaan yang menyebar sangat cepat dan menjadi tagar paling tren di Palestina dan Dunia Arab: Abu Ubaidah syahid…

Setelah berbulan-bulan berita tentang meninggalnya Abu Ubaidah simpang siur di media sosial, Israel menyatakan bahwa mereka berhasil membunuhnya. Sementara berita lain memberi harapan bahwa Abu Ubaidah hanya terluka berat dan masih dalam keadaan hidup. Namun, juru bicara Al-Qassam yang telah bertugas selama dua dekade tersebut hari ini resmi diumumkan syahid oleh juru bicara Al-Qassam yang baru.

Sebenarnya, yang diumumkan syahid bukan hanya Abu Ubaidah. Bahkan, pemimpin militer Al-Qassam tertinggi pun diumumkan syahid. Beliau adalah Muhammad Sinwar Abu Ibrahim, saudara dari Yahya Sinwar yang telah lebih dahulu syahid.

Muhammad Sinwar merupakan Panglima Militer Al-Qassam tertinggi yang menggantikan panglima sebelumnya, Muhammad Dheif, yang mengumumkan dimulainya Thufan Al-Aqsha dan juga telah syahid. Muhammad Sinwar dikenal sebagai “akal besar” yang bukan hanya mendesain pertempuran, tetapi juga merancang kehebatan jaringan terowongan bawah tanah Gaza.

Di antara yang diumumkan syahid juga adalah Muhammad Syabanah Abu Anas, Panglima Brigade Al-Qassam Rafah. Disebutkan bahwa beliau syahid saat mengawal Muhammad Sinwar dalam tugas militernya, khususnya di wilayah selatan Gaza.

Hakam Al Isa Abu Umar juga termasuk dalam daftar para pemimpin Al-Qassam yang syahid. Selama ini beliau bertugas mempelajari berbagai strategi militer dan bertanggung jawab atas pelatihan strategi pertempuran.

Panglima yang memimpin bidang produksi dan pengembangan persenjataan Al-Qassam, Raid Saad Abu Muadz, juga termasuk yang syahid. Beliau berperan besar dalam produksi peluru, senjata, hingga drone yang berhasil dikembangkan di tengah blokade Gaza.

Namun, dari sekian panglima Al-Qassam, sosok yang paling ditunggu kabarnya oleh dunia adalah Abu Ubaidah. Dan kini telah dinyatakan resmi bahwa Abu Ubaidah pun telah syahid. Bahkan, kafeyah yang selama ini menutupi wajahnya dibuka, dan disebutkan nama serta kunyah aslinya: Hudzaifah Samir Abdullah Al Kahlut Abu Ibrahim.

Diberitakan pula bahwa yang syahid bukan hanya Abu Ubaidah, tetapi juga istri dan anak-anaknya. Hanya anak pertamanya, Ibrahim, yang disebut selamat, meski mengalami luka parah.

Abu Ubaidah menjadi sangat terkenal bukan sekadar karena laporan angka-angka pertempuran. Ia selalu menyirami informasinya dengan ayat-ayat Al-Qur’an dan ruh yang membakar semangat para mujahid, masyarakat Gaza, Palestina, Arab, dan dunia Islam.

Saat media arus utama banyak dikuasai sumber informasi Israel, Abu Ubaidah menghadirkan berita dengan kacamata para mujahid. Karena itulah, ia selalu menebarkan kabar gembira dan harapan. Tak heran jika sebagian orang menjulukinya sebagai “menteri kebahagiaan.”

Jubir Baru Al-Qassam

Abu Ubaidah yang baru tampil untuk pertama kalinya mengumumkan kesyahidan para panglima tampil dengan penampilan yang sama seperti Abu Ubaidah Al-Kahlut. Suaranya tegas, getar imannya terasa sama, postur tubuhnya pun serupa. Pilihan katanya lugas namun sarat makna.

Isi pernyataannya—ayat, data, salam hormat atas pengorbanan dan kesabaran rakyat Gaza, ucapan terima kasih kepada siapa pun yang membantu, serta kutukan dan ancaman kehancuran bagi Israel dan para pendukungnya—semuanya terasa sama persis.

Dari kabar tentang Abu Ubaidah, kita akhirnya mengetahui bahwa nama tersebut sejatinya tidak memiliki hubungan dengan nama aslinya. Abu Ubaidah murni merupakan nama jihad media Al-Qassam.

“Kami mewarisi dari Hudzaifah Al-Kahlut panggilan: Abu Ubaidah,” ujar juru bicara baru yang kini juga menggunakan nama yang sama: Abu Ubaidah.

Puncaknya Tentang Kaderisasi

Peristiwa di depan mata kita ini semestinya membangunkan tidur panjang, kelesuan, serta pergerakan sporadis tanpa kejelasan arah.

Semestinya…

Pengumuman syahidnya para panglima tinggi di berbagai bidang memastikan bahwa pergerakan para mujahid bukanlah pergerakan asal-asalan. Ia adalah sebuah kebenaran yang berjalan dalam desain rapi, berada di bawah satu komando.

Kerapian dan kerasahasiaan itu juga menjadi pukulan keras bagi kita yang kerap ingin menampilkan segalanya di media sosial. Hingga syahidnya Abu Ubaidah, kita tidak pernah tahu siapa nama aslinya. Hingga syahidnya para panglima, barulah kita mengetahui apa tugas masing-masing dari mereka.

Puncaknya adalah tentang kaderisasi. Ya, kaderisasi adalah nyawa yang memastikan sebuah pergerakan tidak akan mati. Masalahnya, kaderisasi memang kerja berat, melelahkan, dan jauh dari gemerlap ketenaran. Namun tanpanya, syahidnya Muhammad Dheif akan menjadi kehancuran Al-Qassam.

Nyatanya, justru muncul Muhammad Sinwar dengan kualitas yang sama.

Kini, meskipun kita tidak mengetahui siapa pengganti para panglima mujahid yang telah syahid, kita dapat yakin sepenuhnya bahwa para panglima berikutnya—dengan kualitas yang sama hebatnya—telah dipersiapkan.

Terlebih lagi, Abu Ubaidah yang baru telah berjanji kepada Abu Ubaidah Al-Kahlut: “Kami berjanji akan melanjutkan pergerakan ini!”

Derajat paling mulia, surga paling tinggi, nama paling harum, serta pahala yang tak pernah terputus—untuk kalian para panglima kami.

Entah apa karya kami, yang pasti kami memiliki cinta yang tulus kepada kalian, dengan harapan akan kalimat Rasul kita: انت مع من احببت (Engkau akan bersama dengan yang kau cintai). Termasuk tulisan ini: Ya Rabb, jadikan ini saksi…

 

Pelataran Masjidil Haram, Makkah Al-Mukarramah
Menara jam menunjukkan pukul 22.10


latestnews

View Full Version