View Full Version
Sabtu, 21 Apr 2012

Kartini-Kartini Korup dan Selingkuh

Masih adakah makna memperingati hari Kartini? Masih adakah perempuan sekarang yang dapat menjadi tauladan? Perempuan yang mulia. Sekarang tak ada lagi tokoh perempuan yang dapat diteladani dengan layak. Kita hanya dapat melihat  perempuan dengan getir. Begitu banyak noda dan kesedihan. Akibat perempuan telah berubah. Berubah orientasi dan tujuan hidupnya.

Kita hari ini hanya disuguhi perempuan yang menuntut hak-hak kesetaraan mereka. Di segala aspek kehidupan. Mereka tidak mau lagi di bawah dominasi laki-laki. Mereka ingin hidup setara dengan laki-laki. Mereka ingin memiliki hak dan otoritas yang sama dengan laki-laki. Maka para perempuan sekarang sedang memperjuangkan hak-hak mereka, dan membuat rancangan undang-undang kesetaraan gender.

Memang. Dari tahun ke tahun emansipasi semakin tumbuh luas. Dalam kehidupan. Sudah pernah ada perempuan menjadi presiden. Sudah banyak perempuan menjadi menteri dan wakil gubernur.  Sudah banyak perempuan menjadi pejabat. Menjadi bupati, walikota, camat, dan lurah. Pejabat eselon satu sudah banyak. Sudah banyak perempuan menjadi anggota DPR. Bahkan banyak pula menjadi CEO perusahaan.

Perubahan itu semakin signifikan. Setiap tahunnya. Tahun 2000 dalam undang-undang politik, kuato perempuan menjadii 30 persen. Naiknya kuota perempuan dalam undang-undang politik itu, menandai era baru. Berdampak sangat luas. Perempuan menjadi aktivis politik, sosial, dan tokoh gerakan.

Dampaknya banyak  perempuan yang menjadi pejabat publik. Rela meninggalkan keluarganya demi karir politiknya. Keluarga tidak penting lagi. Mereka bisa rapat hingga larut malam. Meninggalkan keluarga mereka. Mereka terlibat dalam lobi politik di tingkat tinggi. Mereka berperan dengan sangat kuat. Banyak perempuan yang menjadi tokoh bayangan dalam kekuasaan. Mengendalikan suaminya yang menjadi presiden, menteri, pejabat tinggi sipil dan militer.

Tetapi, perempuan tak juga puas dengan posisinya yang ada sekarang, dan terus menuntut perannya yang lebih besar lagi. Di era reformasi ini semakin kuat tuntutan perempuan dalam emansipasi itu. Sekalipun, tak nampak ada tokoh-tokoh seperti Kartini,yang bisa diteladani oleh kaum perempuan.

Sekarang hanya ada sosok, seperti Nunun Nurbaeti yang pernah buron, Angelina Sondakh yang menjadi buah bibir, Wa Ode yang menjadi tersangka, karena sogok, Miranda Gultom, dan banyak lagi perempuan lagi yang nista, dan menyebabkan korupsi semakin marak.

Ekses dari kehidupan yang dituntut perempuan berupa emasipasi, dan banyaknya perempuan  keluar rumah, hanyalah mengakibatkan terjadinya perselingkuhan di mana-mana. Kantor-kantor  swasta dan pemerintah, dan pabrik-pabrik, banyak yang  menjadi ajang perslingkuhan. Karena akibat campur aduk antara laki-laki dan perempuan di tempat-tempat kerja mereka  yang bukan muhrimnya. Selingkuh menjadi "habit" dikalangan atas dan artis. Selingkuh  seperti menjadi kebutuhan makan dan minum.

Sekarang ditopang dengan usaha-usaha legalisasi melalui undang-undang kesetaraan gender, maka  akan lebih menghancurkan lagi bagi kehidupan keluarga, di mana kelompok-kelompok emansipasi perempuan berjuang ingin mendapatkan hak-hak mereka.

Di era reformasi sekarang ini, tak nampak lagi, perempuan teladan, dan dapat menjadi panutan kaum perempuan. Tetapi,  hanya lahir perempuan  yang korup  dan tukang selingkuh. Mereka  dipenuhi dengan ambisi-ambisi kehidupan duniawi, tanpa ada lagi yang melarangnya. Mereka dapat berbuat bebas.  Sesuai dengan naluri perempuannya. Wallahu’alam.

 


latestnews

View Full Version