View Full Version
Kamis, 06 Sep 2012

Presiden Barack Obama : Jerusalem Ibukota Israel Abadi

Washington (voa-islam) Pertarungan pemilihan presiden Amerika Serkat bukan antara Presiden Barack Obama dengan Mitt Romney, dan bukan pertarungan antara Partai Republik dan Demokrat.

Tetapi, ini pertarungan antara siapa yang lebih menunjukkan kesetiaannya terhadap Zionis-Israel. Antara partai yang lebih membela kepentingan keamanan Zionis-Israel. Maka, sekarang ini sejatinya pertarungan diantara para "pion" Zionis-Israel.

Para tokoh Zionis-Israel akan melihat tokoh dan partai mana yang lebih menampakkan kesetiaan mereka terhadap rezim Zionis-Israel. Inilah yang akan menjadi ukuran kepada siapa dukungan akan diberikan oleh kekuatan Zionis-Israel.

Ada parameter yang sangat jelas, terutama bagi seorang kandidat atau partai politik, yang menginginkan dukungan dari komunitas Yahudi dan Jaringan Zionis-Israel. Kekuatan Zionis-Israel tetap menjadi faktor yang determinan (penting) dalam menentukan kemenangan bagi seorang kandidat presiden.

Kampanye hanya menjadi perlomban atau ajang penampilan tokoh yang akan mengekspresikan (menampakkan) pandangan dan sikapnya, terhadap sejumnlah isu politik, khususnya yang akan terkait dengan kepentingan Zionsis-Israel.

Isu politik yang disampaikan para tokoh dari Partai Republik dan Demokrat, serta komitmen mereka akan sangat penting, kepada siapa dijatuhkan pilihan dukungan para tokoh Zionis itu.

Para konglomerat (billionair) Yahudi di Amerka Serkat,  jumlahnya hanya 1 persen, tetapi mereka menguasai seluruh sektor, terutama sektor ekonomi, perbankan, bursa saham, media, kampus, dan sekarang merambah ke pemerintahan, kongres, dan senat. Semuanya dibawah kendali jaringan Zionis-Israel. Karena itu, denyut di Gedung Putih, hanyalah merefleksikan kepentingan rezim di Tel Aviv, yang disuarakan oleh Benyamin Netanyahu semata.

Ada masalah yang sangat mendasar dalam kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat saat ini. Di mana, kali ini Presiden Barack Obama melakukan intervensi terhadap Komite Nasional Partai Demokrat, dan mengubah agenda dan isu kampanyenya dengan memasukkan masalah Jerusalem sebagai ibukota Israel, dan bersifat final (abadi). Tidak akan bisa diubah dan dinegosiasikan lagi.

Keputusan Obama dan menjadikan masalah status Jerusalem sebagai ibukota Israel yang bersifat final, pasti akan mempunyai implikasi dalam setiap pembicaraan perdamaian Timur Tengah.

Mustahil akan melakukan pembicaraan damai, bila Amerika Serikat sudah meletakkan status Jerusalem sebagai ibukota Zionis-Israel, dan bersifat final. Karena, hakekatnya Jerusalem adalah wilayah Arab Palestina, yang dianeksasi (dicaplok) Zionis-Israel sejak perang tahun l967.

Posisi Mitt Romney lebih dahulu dengan sangat keras, bukan hanya berkomitmen menjadikan Jerusalem menjadi ibukota abadi Zionis-Israel, tetapi Mitt Romney, tidak akan pernah memberikan peluang sedikitpun bagi lahirnya negara Palestina.

Romney akan bertindak lebih keras lagi terhadap kekuatan perlawanan di Palestina, yang menginginkan kemerdekaan tanah air mereka. Hamas adalah musuh yang jelas-jelas harus diperangi, bukan kekuatan perlawanan yang memperjuangkan kemerdekaan, tetapi kelompok teroris yang harus dibasmi sampai ke akar-akarnya. 

Romney juga berjanji akan meningkatkan bantjuan militernya kepada Zionis-Israel, sebagai bentuk komitmen Amerika Serikat terhadap keamanan negara Zionis itu.

Lalu, apa yang membedakan antara Barack Obama dengan Mitt Romney? Antara Demokrat dengan Republik? Nothing.  Tidak ada.

Ketika Republik di bawah George Bush Senior dan Bush Junior. Keduanya menghancurkan leburkan negara-negara Islam, seperti Irak, Kuwait, Afghanistan, dan Palestina. Negeri-negeri itu luluh-lantak. Bekeping.  Jutaan orang menjadi pengungsi. Jutaan lainnya tewas. Kemudian, dilanjutkan dengan perang melawan terorisme global. Sampai hari ini belum usai.

Ketika Barack Obama masuk ke Gedung Putih, kenyataannya tak ada perubahan apapun atas kebijakan luar negerinya. Obama terus menguras anggarannya memerangi terosisme di seluruh kawasan dunia Islam. Tanpa henti. Dengan menggunakan kekuatan militernya.

Usamah bin Laden, Anwar al-Aulaqi, dan sejumlah tokoh gerakan jihad, tewas oleh pesawat tanpa awak (drone), yang dikendalkan oleh CIA. Menghancurkan semua jaringan dan kekuatan Islam, yang ingin menegakkan nilai-nilai Islam, yang mereka yakini.

Perang yang dilancarkan oleh Amerika tidak pernah usai. Karena, hakikatnya Amerika Serikat, siapapun yang menjadi pemimpin di negeri itu, hanyalah menjalankan skenario Zionis-Israel. Mitt Romney dan Obama hanyalah menjadi "pion" Zionis-Israel.

Dengan menjadikan Jerusalem sebagai platform kampanye mereka, Barack Obama dan Mitt Romney, secara sadar-sesadarnya tidak pernah menginginkan perdamaian di Timur Tengah. Menjadikan Jerusalem sebagai ibukota Zionis-Israel oleh Partai Republik dan Demokrat, sama halnya dengan mengabadikan konflik di Timur Tengah.

Memang,  konflik di Timur Tengah tidak  akan pernah berakhir, bersamaan dengan sikap Partai Republik dan Demokrat, antara Mitt Romney dan Barack Obama yang menjadikan Jerusalem sebagai ibukota Zionis-Israel.

Keputusan itu menjadikan konflik Arab-Israel menjadi abadi. Sampai orang-orang Mukmin dapat mengalahkan Zionis-Israel. Maka segala perundingan dan negosiasi dengan Israel hanyalah sia-sia belaka. Wallahu'alam.


latestnews

View Full Version