View Full Version
Kamis, 13 Sep 2012

Belajarlah Dari Siti Hartati Murdaya Poo

Jakarta (voa-islam.com) Cantik, flamboyan, kaya raya, cerdas, punya kekuasaan, dekat dengan istana, dan menjadi pemimpin tertinggi umat Budha (Walubi). Tak kurang apapun. Segalanya dimilikinya. Setiap orang yag melihat si-Siti, pasti akan berdecah, kagum.

Seperti ketika, menjadi anggota DPD, betapa saat berlangsung paripurna, si-Siti masuk ruangan gedung paripurna, semua mata melihat ke arah si-Siti. Tanpa henti.

Siti sangat dekat dengan Presiden Soeharto dan SBY. Di Partai Demokrat berada di jajaran Dewan Pembina. Posisi yang sangat prestisius di dalam partai. Tak ada lagi yang lebih tinggi. Duduknya selalu berderetan dengan Presiden SBY, setiap kali acara. Siti Hartati Murdaya Poo, menurut Majalah Forbes, termasuk urutan nomor 50 orang terkaya di Indonesia.

Rabu malam, (12/9), bersamaan akan digelar persiapan akhir konser "Multimedia Tembang Harmoni" di Hall D Jakarta Internasional Expo, yang dihadiri Presiden SBY dan Ibu Ani, tetapi takdir menentukan lain, Siti tak dapat hadir dan duduk bersama dengan Presiden SBY dan Ibu Ani, dan harus masuk bui. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), menahannya. Presiden SBY pun tak dapat menyelamatkannya, meskipun keduanya sangat karib.

Siti Hartati Murdaya, yang selama ini dielu-elukan, dihormati, dan menjadi salah satu "ikon" Partai Demokrat, hanya bisa menitikkan air mata, dan dengan wajah yang kuyu dan lesu.Tak ada yang dapat menolongnya. Presiden SBY, koleganya di Partai Demokrat, kekayaan dan harta yang begitu banyak, tak dapat juga menolongnya, sebagai pemimpin Budha, tak ada Bikshu, yang berani pula menolongnya. Sekarang Siti hanya sendirian di bui, menikmati kehidupan yang baru, yang sama sekali asing baginya.

Sebagai orang yang terpandang, sebagai orang terkaya, sebagai orang yang sangat dekat pusat kekuasaan, semua menjadi pupus. Siti masuk bui. Dirinya menjadi hina dina. Martabatnya runtuh. Tak berharga lagi. Ternyata Siti yang kaya raya, punya kekuasaan dengan kekuasaan ditangannya, dihormati dikalangan umat Budha, ternyata hanya tukang "sogok" belaka. Tak lebih dari itu. KPK memasukkan ke dalam bui, karena KPK mempunyai bukti materiil yang cukup.

Sekarang Siti hanya dapat merenungi nasibnya sendirian. Siti hanya bisa menghujat bawahannya yang dituduhnya berkianat. Karena, dianggap sengaja menjebloskannya ke bui, dan tetap mengaku Siti tidak bersalah. Malah, berani dengan ungkapan, yang seakan sangat bijak, "Saya difitnah dan saya terima. Saya tidak sedih untuk diri saya sendiri, tetapi saya begitu sedih memikirkan bagi banyak orang yang hidupnya bergantung kepada saya", tutur Siti.

Siti yang cantik itu, tak lain, tipe perempuan yang sangat tamak. Ingin memiliki kekayaan yang sangat banyak. Ingin memiliki harta yang banyak. Siti sudah  memiliki berbagai pabrik, termasuk diantara sepatu merk Nike, kalau tidak salah Jakarta Internasional Expo itu, yang letaknya di Kemayoran itu, juga menjadi milik dia. Tetapi, kekayaan yang sudah begitu banyak, masih terasa kurang, dan terus merasa kurang, tidak puas.

Siti sejak tahun l994, di zamannya Soeharto, melalui perusahaan perkebunan sawit miliknya, PT Hardaya Inti Plantation (HIP) punya izin lokasi seluas 75.090 hektar di Buol. Sungguh sangat pantastis. Begitu luasnya tanah yang dikuasi oleh Siti. Tanah yang sudah menjadi milik Siti itu, tahun l996, diantaranya 22.780.76 sudah mendapatkan hak guna usaha (HGU).

Sisanya 52.309,24 hektar belum mendapatkan HGU. Siti ingin mendapatkan sisanya itu. Padahal, Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No.2 Tahun l999, satu grup perusahaan hanya dibolehkan punya HGU di satu propinsi hanya 20.000 hektar. Disitulah asal muasal Siti harus masuk bui, karena keserakahannya, ingin mendapatkan tanah yang lebih luas, dan caranya hanya menggunakan jurus yang paling jitu dikalangan pengusaha cina, yaitu sogok (guanxi).

Deputi Riset dan Kampanye Konsursium Pembaharuan Agraria, Iwan Nurdin, mengatakan, penyuapan sudah lazim dipakai untuk mendapatkan izin lokasi, izin usaha, hingga penerbitan HGU. "Korupsi ini sebenarnya salah satu hulu konflik pertanahan, khususnya penyalahgunaan wewenang pejabat publik", tuturnya. Seperti yang terjadi Lampung, NTB, dan daerah-daerah lainnya.

Kalau mau ditelusuri semua konglomerat yang sekarang menguasai ekonomi dan asset negara, tak jauh-jauh dari cara yang dilakukan Siti. Sekarang mereka ngendon di Singapura. Mereka mengendalikan kekayaannya dari Singapura. Singapura sampai hari ini menolak perjanjian ekstradisi. Singapura yang menjadi pemimpin cina perantauan (Chinise Ovesease) selalu menolak menandatangani perjanjian ekstradisi, sejak tahun l974.

Kaum pribumi hanya bisa menjadi gembel, dan kulinya cina di negerinya sendiri. Orang-orang cina yang dekat dengan kekuasaan, sejak zamannya Soekarno, Soehato, sampai SBY, mereka yang hidup "gemah ripah loh jinawe. Toto tentrem". Sementara itu, pribumi hidupnya miskin, sehari makan sehari tidak, tinggal di kolong jembatan, di pinggir rel kereta, dan di bantaran kali. Justeru yang menikmati semuanya itu, hanya bangsanya si-Siti.

Sekarang, betapa ironinya nasib Siti, ternyata semua yang dimilikinya sudah tidak ada gunanya lagi. Harta, kekayaan, jabatan, kekuasaan, dan dekatnya dengan kekuasaan, tak dapat menyelamatkan dirinya. Siti hanya tinggal sendirian dengan nasibnya.Mengapa harus terobsesi dengan kehidupan dunia?

Rabu malam, Siti meringkuk di bui, saat di Jakarta International Expo, Kemayoran, di mana sedang dilantunkan lagu wajib kampanye 2009, ciptaan SBY oleh Rio Feberbrian dan Linda Sitinjak, "Ku Yakin Sampai di Sana". Ternyata benar belaka. Sekarang Siti sudah sampai di tempat bui KPK. Siapa lagi yang akan menyusul Siti? Wallahu'alam.


latestnews

View Full Version