View Full Version
Selasa, 25 Sep 2012

Erdogan : Turki Harus Kembali ke Panggung Dunia Dengan Islam

Perebutan kekuasaan antara militer dan Erdogan menjadi sebuah simbol dari perjuangan kekuatan Islam melawan sekulerisme Turki di  masa depan.

Perjuangan dan pertarungan berlangsung sangat keras. Berlangsung selama beberapa dekade di Turki, antara kekuatan Islam dan sekuleris. Sampai perlahan-lahan Erdogan memenangkan pertarungan melawan kaum sekuleris, yang diwakili oleh militer.

Bangunan  sekulerisme yang terstruktur dalam bentuk kekuasaan, dibangun oleh Kemal Attaturk, sudah berlangsung sejak tahun 1924, bersamaan dengan keruntuhan Khilafah Otsmaniyah.

Keruntuhan Turki Otsmani itu,di formalkan oleh Jenderal Kemal Attaturk ke dalam konstitusi, yang secara tegas menyatakan Turki sebagai negara sekuler. Bukan negara agama. Islam tidak lagi menjadi sumber hukum bagi kehidupan bernegara.

Perjuangan pertarungan antara kalangan Islamis melawan sekuleris, yang berlangsung selama beberapa dekade itu, baru mencapai puncaknya, ketika Erdogan dengan Partai AKP, membangun kekuatan entitas politik di Turki. Erdogan seperti membangun kembali puing-puing reruntuhan Khilafah Otsmaniyah, dan mulai menampakkan wujudnya.

Turki di bawah Erdogan, seorang Muslim yang taat, kini berubah total. Sekulerisme mulai digerus, dan nilai-nilai Islam mulai nampak temaram. Seperti yang dituturkan oleh seorang pelancong dari Indonesia, baru saja meninggalkan Turki.

Turki benar-benar berubah. Bukan hanya kota-kota di Turki yang sangat bersih dan teratur. Tetapi, rakyat Turki jauh lebih makmur, dibandingkan ketika masih hidup dibawah kaum sekuleris.

Ekonomi Turki terbesar keempat di Eropa, tak terpengaruh oleh krisis di zona Eropa. Ekonominya tumbuh 5 persen, dan angka inflasi kurang dari dua digit. Income perkapita rakyatnya, sudah diatas $ 5.000 dollar. Perdagangan dengan negara-negara Eropa, Asia, dan Timur Tengah, terus mengalami surplus.

Sekolah, perguruan tinggi, rumah makan bagi rakyat, transportasi, dan perumahan, semuanya disubsidi oleh pemerintah. Pelancong dari Indonesia itu merasa senang berkunjung ke Turki.

Semua kebutuhan pokok rakyat tercukupi, tak ada yang kesulitan. Rakyat benar-benar makmur, dan aman di Turki, sekalipun sekarang masih sering terjadi pemboman oleh kelompok separatis Kurdi. Tetapi, Erdogan perlahan mencari solusi.

Di bawah Erdogan dan Partai AKP (Paratai Keadilan dan Pembangunan), segalanya telah berubah. Kebebasan keagamaan diberikan seluas-luasnya oleh pemerintah.

Perempuan di Turki sekarang di  mana-mana akan menemukan mereka dengan kerundung, seperti melihat bunga tulip di musim semi, yang begitu indah. Di kampus, dan sekolah, serta di mana saja akan bertemu dengan perempuan yang mengenakan jilbab.

Masjid-masjid di Turki semarak dengan mereka yang melakukan shalat, membaca al-Qur'an. Seperti membaca muratal al-Qur'an. Sangat luar biasa. Di mana saja masjid di Turki sekarang sangat ramai dengan  jemaah.

Masjid terkenal Aya Shopia, yang dikenal Masjid Biru, yang dulunya gereja, sekarang mulai digunakan kegiatan beribadah. Kehidupan keagamaan pulih kembali, di tengah-tengah kehidupan sekulerisme, yang menjadi warisan Kemal Attaturk.

Turki yang sangat modern dan maju  ekonomi, dan kehidupan rakyatnya sudah menyamai negara-negara di zona Eropa, kini menjadi salah satu  negara yang mengenakan pajak tertinggi di dunia terhadap alkohol dan rokok.

Jadi tidak sembarangan orang bisa minum dan merokok di Turki. Orang yang minum dan merokok, harus benar-benar orang kantungnya tebal. Inilah cara melarang pemerintah Turki terhadap alkohol dan rokok.

Tentu, perubahan yang radikal di Turki, di mana sekarang ini pemerintah membangun sekolah-sekolah yang kurikulumnya diisi dengan muatan agama, termasuk membaca dan mengahafal al-Qur'an, serta mengajarkan shirah Nabi Shallahu alaihi wasslam. Anak-anak diajarkan dan  dikenalkan sejak dini tentang kehidupan Nabi Shallahu alaihi wassalam.

"Dibalik layar sekarang sedang terjadi perubahan besar, siapa yang harus mewarisi negara Turki di masa depan?", ujar seorang wartawan Osman Ulagay, yang menulis buku: "Siapa Yang Akan Mewarisi Turki? Menurut Osman, secara umum, tesis Erdogan  bahwa dengan memilih modernisasi gaya Barat, Turki melakukan kesalahan besar.

Erdogan yang memegang kekuasaan sejak tahun 2003 itu, melihat pemerintah lebih selaras dengan keyakinan rakyat dan membayangkan sebuah negara kaya, lebih terkait dengan tradisi (Islam)... yang juga mengambil kembali posisi Turki di panggung dunia, sebagai kekuatan Islam", tuturnya. Erdogan menginginkan Turki menjadi kekuatan Islam dipanggung dunia, bukan sebagai negara modern yang sekuler, dan tidak memiliki pijakan yang nyata di kalangan rakyat Turki, yang mayoritas Muslim itu.

Salah satu warisan militer masa lalu bagi Turki adalah konstitusi, disusun setelah kudeta 1980. Saat ini sedang ditulis ulang oleh sebuah komisi parlemen, dan bagaimana Erdogan mengelola proses yang akan sangat penting bagi perubahan menuju sebuah negara yang lebih selaras dengan nilai-nilai Islam, tanpa harus menimbulkan konflik di kalangan rakyat.

Kekuatan sekulerisme masih ada, sudah kehilangan kekuasaannya, tetapi masih memiliki pijakan dalam konstitusi. Sekulerisme masih memiliki akar sejarah, yang diletakkan oleh Kemal Attaturk, dan menampakkan kegagalannya di  Turki, serta mulai redup, bersamaan dengan tumbuhnya kekuatan Islam di Turki, yang perlahan-lahan maju menggantikan sistem yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

Sekulerisme sebagai tesis atau teori sudah gagal, dan bahkan gagal menciptakan sistem kehidupan yang dapat memberikan solusi terhadap manusia modern sekarang ini. Termasuk adanya demokrasi yang sekarang ini menjadi sebuah "credo" (aqidah), dikalangan masyarakat Barat yang gagal, mencapai tujuan hidup mereka, dan terus didera berbagai kerusakan dan ketidak-harmonisan. Wallahu'allam.

 


latestnews

View Full Version