View Full Version
Kamis, 18 Oct 2012

Siapa Presiden Amerika Serikat, Mitt Romney atau Obama?

Washington DC (voa-islam.com) Tidak penting siapa yang akan terpilih menjadi presiden Amerika Serikat. Mitt Romney atau Obama.

Dalam debat putaran kedua antara Mitt Romney dan Obama, keduanya paling banyak menyoroti masalah domestik, terutama dibidang ekonomi, dan lapangan kerja yang menjadi masalah utama di negeri itu, akibat resesi ekonomi.

Kedua tokoh itu, nantinya tidak akan berdampak secara signifikan bagi kehidupan masyarakat dunia. Mitt Romney dan Obama sebagai pemimpin negara kapitalis dunia, selamanya akan menjaga kepentingan nasionalnya, dan tidak akan bertindak yang lebih menguntungkan bagi negara-negara periferal (pinggiran). Di mana sekarang terdapat 850 juta penduduk dunia, yang hidup dibawah garis kemiskinan secara akut.

Sepanjang sejarah kehidupan manusia di Barat dan Timur, yang diperbudak oleh sistem bikinan manusia bernama kapitalismen itu, tak pernah mendapatkan keadilan, sebagaimana yang mereka impikan. Justeru terjadi disparitas (kesenjangan) diantara kehidupan umat manusia. Barat yang hanya berpenduduk 20 persen dari populasi dunia, justeru menguasai 85 persen sumber daya alam.

Perbudakan dan penjajahan serta perampasan sumber daya alam, yang dilakukan rezim-rezim kapitalis Barat, yang sangat rakus dan tamak, berdampak kehancuran lingkungan, serta kemiskinan yang sangat akut. Seperti yang terjadi di benua Afrika, saat ini. Kelaparan dan kemiskinan, menyebabkan jutaan orang mati. Seperti di Somalia, Ethiopia, Sudan Selatan, Uganda, dan wilayah Sahara, semuanya hanya korban dari kerakusan Barat, yang menganut  kapitalisme. Belum lagi yang menjadi korban perang, seperti di Irak, Afghanistan, Yaman dan sejumlah negara lainnya.

Ketika mereka melihat kelaparan yang luas, dan kemiskinan yang dihadapi di negera-negara pinggiran itu, mereka para rezim kapitalis, hanya cukup dengan memberikan derma alias karitas, yang jumlahnya tidak seberapa dibandingkan dengan kekayaan alam yang dikeruk dan dirampok oleh perusahaan-perusahaan raksasa di Barat.

Triliun barel minyak yang mengalir ke Barat, dan menghidupi industri mereka, dan terus mengalir tanpa henti. Belum lagi gas, emas, perak,  tembaga, nekel, uranium, semuanya mengalir ke Barat. Belum lagi hutan-hutan di negara-negara pinggiran, habis dibabat dan diangkut bagi kepentingan negara-negara Barat. Pengerukan dan perampokkan yang dilakukan Barat tidak akan pernah berhenti, sejak Perang Dunia I, sampai hari ini.

Tetapi, semuanya bisa berlangsung karena adanya dukungan dari para elite politik di setiap negara pinggiran, yang mereka bersedia menjadi kolaborator, dan menyediakan sumber daya alam mereka, dan tidak terbatas bagi kepentingan Barat. Para penguasa di negara-negara pinggiran yang selalu mengaku nasionlis, sejatinya mereka para pengkhianat bangsa dan negaranya.

Para penguasa di negara-negara pinggiran itu, hanya sekadar menadapatkan dukungan politik bagi mendapatkan kekuasaan. Sampai hari ini, masih begitu banyak para penguasa yang bergantung kepada kapitalis Barat, tanpa merasa perlu mendapatkan dukungan rakyatnya.

Sekarang mulai digugat, tentang teori kapitalisme yang selama ini diagungkan, dan mulai jelas kegagalan kapitalisme, ketika  membangun kesejahteran umat manusia. Maka isu tentang  "The Death of Economics" tersebut, antara lain Paul Omerod, Umar Ibrahim Vadillo,dan Critovan Buarque, menggambarkan betapa kegagalan teori kapitalisme.

Adalah Paul Omerod menulis buku  berjudul The Death of Economics (1994) (Matinya Ilmu Ekonomi). Omerrod menandaskan bahwa ahli ekonomi terjebak pada ideologi kapitalisme yang mekanistik yang ternyata tidak memiliki kekuatan dalam membantu dan mengatasi resesi ekonomi yang melanda dunia. Seperti yang terjadi sekarang ini. Resesi telah menghantam Amerika Serikat, dan sekarang meluluh-lantakkan daratan Eropa.

Mekanisme pasar yang merupakan bentuk dari sistem  yang diterapkan kapitalis cenderung pada pemusatan kekayaan pada kelompok orang tertentu. Bagaimana kehidupan dunia sekarang ini, hanya berada di segelintir orang yang sangat berkuasa, dan mengendalikan kehidupan umat manuisa.

Mereka ini para kapitalis yang bercokol di Wall Street, New York, yang jumlahnya tidak sampai 2 persen. Tetapi, mereka inilah yang sejatinya menguasai kehidupan umat manusia. Dengan modal yang berada di tangan mereka, mereka dapat menentukan arah kehidupan umat manusia.

Mirip  dengan buku Omerod, muncul pula Umar Vadillo dari Scotlandia  yang menulis buku, ”The Ends of Economics” yang mengkritik secara tajam ketidakadilan sistem moneter kapitalisme.  Kapitalisme justru telah melakukan ”perampokan” terhadap kekayaan negara-negara berkembang melalui sistem moneter fiat money yang sesungguhnya adalah riba.

Ilmuwan ekonomi terkemuka Joseph E.Stigliz, pemegang hadiah Nobel  ekonomi pada tahun 2001, yang menulis buku, “Globalization and Descontents, ia mengupas dampak globalisasi dan peranan IMF (agen utama kapitalisme) dalam mengatasi krisis ekonomi global maupun  lokal. Stigliz menyatakan, globalisasi tidak banyak membantu negara miskin.

Akibat globalisasi ternyata pendapatan masyarakat juga tidak meningkat di berbagai belahan dunia. Penerapan ekonomi pasar bebas, privatisasi sebagaimana formula IMF selama ini menimbulkan ketidakstabilan ekonomi negara sedang berkembang, bukan sebaliknya seperti yang selama ini didengungkan Barat bahwa globalisasi itu mendatangkan manfaat. Stigliz mengungkapkan bahwa IMF gagal dalam misinya menciptakan stabilitas ekonomi yang stabil.

Karena kegagalan kapitalisme itulah, maka sejak awal, Joseph Schumpeter meragukan kapitalisme. Dalam konteks ini ia mempertanyakan, “Can Capitalism Survive”?. No, I do not think it can. (Dapatkah kapitalisme bertahan?) Tidak, saya tidak berfikir  bahwa kapitalisme dapat bertahan). Selanjutnya ia mengatakan, ” Capitalism would fade away with  a resign shrug of the shoulders”,Kapitalisme akan pudar/mati dengan terhentinya tanggung jawabnya  untuk kesejahteraan (Heilbroner,1992).

Maka, tidak penting Mitt Romney atau Barack Obama, keduanya pemimpin negara kapitalis, yang akan terus menyengsarakan rakyat Muslim, seperti sudah mereka praktekkan selama berabad-abad. Kapitalisme tidak akan berhenti menjajah dan memperbudak umat manusia termasuk Muslim, sampai tangan-tangan mereka dipotong dengan kekuatan.

Seperti yang diungkapkan oleh Sayyid Qutb dalam tafsir Fi Dzilalil Qur'an, tentang surah al-Anfal, yaitu tentang jihad. Betapa pentingnya jihad menghadapi para tiran, yang telah memperbudak manusia, termasuk memperbudak dengan sistem yang mereka ciptakan. Dengan jihad dan mengalahkan para tiran itu, maka lahirlah kebebasan bagi umat manusia. Kemudian, memberikan ruang bagi menyampaikan nilai-nilai Islam kepada seluruh umat manusia.

Di mana tidak ada lagi perbudakan antara sesama umat manusia. Misi seorang Mukmin membebaskan umat manusia dari perbudakan sesama manusia, sampai manusia hanya menyembah kepada Allah Ta'ala semata.

Membebaskan manusia dari perbudakan para tiran itu, hanyalah dengan jihad, dan mengalahkan mereka para "kafir harbi", yang menghalangi kemerdekaan dan kebebasan umat manusia untuk memilih aqidah yang benar.

Betapa pentingnya hari hari ini menegakkan misi membebaskan umat manusia  dari perbudakan para tiran, yang terus berkuasa dan bercokol di muka bumi, dan mereka terus memperbudak umat manusia, ketika mereka hendak menuju jalan hidayah, yang telah ditentukan oleh Allah Rabbul Alamin.

Manusia-manusia tiran itu, tak lain seperti Mitt Romney, Barack Obama, Angela Merkel, David Cameron, dan Benyamin Netanyahu, yang merupakan tiran, dan akan terus-menerus memperbudak umat manusia dengan sistem dan kekuatan militer yang mereka miliki.

Maka, menghadapi para tiran itu, hanya dengan jihad, seperti Rasulullah shallahu alaihi wassalam menghadapi kafir musyrik, yahudi dan nasrani. Wallahu'alam.


latestnews

View Full Version