Kairo (voa-islam.com) Perdana Menteri Turki, Recep Tayyib Erdogan, hari Sabtu dan Ahad, melakukan kunjungan resmi ke Mesir. Erdogan mendapatkan sambutan yang sangat luar biasa.
Begitu antusias Muslim di negeri Spinx itu, menerima kehadiran tokoh dari Partai AKP yang berhasil mengakhiri dominasi militer Turki, dan sekaligus mengakhiri supremasi sekuler di Turki.
Erdogan yang merupakan tokoh Gerakan Islam Turki itu, bertemu dengan sahabatnya Mohammad Mursi, yang sekarang terpilih menjadi presiden Mesir. Erdogan dari AKP dan Mursi dari FJP yang menjadi bagian dari Jamaah Ikhwanul Muslimin. Kedua tokoh itu mempunyai obsesi membangun Dunia Islam, dan mengembalikan kejayaan peradaban Islam.
Erdogan dan Mursi keduanya sama-sama aktivis pergerakan yang memiliki visi perjuangan yang sangat kuat dan jelas, ketika hendak membangun kedua negara itu, yang sekarang berada di tangan mereka. Dipundak kedua tokoh itu, Dunia Islam akan diarahkan menuju sebuah bangunan baru, yang lebih berwibawa, dan mandiri, tidak lagi menjadi bagian dari kepentingan Barat, yang menjajah.
Erdogan dan Mursi, keduanya mempunyai komitmen yang sangat tinggi terhadap nasib bangsa Palestina. Maka, ketika rezim Zionis menghantam Gaza, Erdogan dan Mursi, bersama para pemimpin Arab, berusaha keras menghentikan segala kejahatan Zionis itu terhadap rakyat Palestina. Erdogan dan Mursi tidak ingin membiarkan rakyat Palestina terus dihancurkan oleh Zionis-Israel.
Erdogan dan Mursi telah bersikap keras terhadap rezim Zionis-Israel. Erdogan relah menurunkan tingkat hubungan diplomatik dengan Israel, dan Turki telah menarik duta besar dari Tel Aviv, sejak Zionis Israel menyerang kapal yang membawa misi kemanusiaan Mavi Marmara. Turki tidak mau lagi berkompromi dan mentolerir segala kejahatan Zionis terhadap rakyat Israel.
Mursi dengan sangat tegas, ketika mesin perang Zionis-Israel menderu diatas langit Gaza, dan memuntahkan peluru rudal yang menghancurkan, Mursi langsung memanggil duta besar Mesir di Tel Aviv, dan mengosongkan kedutaan Mesir di Tel Aviv. Mursi tidak ingin lagi didekte oleh Zionis-Israel. Mursi bukanlah Hosni Mubarak, yang bersedia menjadi pelayan Zionis-Israel.
Mursi yang hafal qur'an bersama dengan anak dan isterinya itu, sekarang harus menghadapi situasi yang penuh komplikasi di Timur Tengah. Pidatonya di Teheran sebagai pidato yang sangat momumental, dan keberaniannya meminta agar Bashar al-Assad mengundurkan diri. Padahal, Mursi berada di Teheran.
Betapapun, Obama ingin menjadikan Mesir yang sekarang berpeduduk 87 juta jiwa itu, sebagai sekutunya barunya, tetapi Mesir dibawah Mursi, tak ingin menjadi pelayan Amerika Serikat, siapapun presidennya.
Erdogan yang berada di Kairo dan bertemu dengan Mursi dan sejumlah pejabat Mesir, menggalang dukungan kekuatan bagi masa depan Palestina. Sejatinya Erdogan ingin melangsungkan kunjungannya ke Gaza, sebagaimana telah dijadwalkan selama kunjungannya ke Kairo.
Tetapi, Zionis-Israel melakukan agresi militer terhadap Gaza, dan membunuh orang-orang sipil yang tidak berdosa. Tak ada yang dapat dimaafkan terhadap Zionis-Israel atas segala kejahatan yang sudah dilakukannya. Erbakan menutup pintu bagi Zionis Israel, betapapun ada usaha-usaha menormalisasi hubungan antara Turki-Israel, tetapi Erbakan tidak bertindak gegabah.
Sambutan Muslim di Kairo luar biasa terhadap Erbakan, seperti dua orang yang sudah lama tidak bertemu. Erdogan dan Mursi akan mengukir kembali sejarah kejayaan Islam di masa depan. Wallahu'alam.