View Full Version
Kamis, 06 Dec 2012

Time : Mohammad Mursi, Tokoh Paling Berpengaruh di Timur Tengah

Kairo (voa-islam.com)  Majalah Time Internasional, menurunkan wawancara eksklusif dengan Presiden Mesir Mohammad Mursi.

Time menyebutkan bahwa Mursi, merupakan orang yang paling berpengaruh  di Timur Tengah. Mohammad Mursi, di tahun 2012, nampaknya akan menjadi tokoh pilihan Majalah Time, sebagai tokoh yang  paling berpengaruh diantara para presiden dan raja yang berkuasa di seluruh dunia.

Meskipun Mohammed Morsi sudah lama diketahui menjadi bagian dari kepemimpinan inti dari Ikhwanul Muslimin Mesir. Mursi dipandang sebagai tokoh yang sekarang sebagai pelaku politik, dan sebelumnya, tidak banyak diketahui perannya diantara tokoh-tokoh Ikhwan yang lebih karismatik di dalam partai Islam, dan hanya sedikit orang-orang yang ekspert di Departemen Luar Negeri di Washington  mendengar namanya.

Namun, nama Mursi menjelang akhir tahun ini, namanya segera menjulang di seluruh dunia. Termasuk di Mesir. Sebelumnya nama Mursi belum begitu terkenal. Baru, sesudah ia memimpin Partai Kebebasan dan Keadilan, lelaki lulusan Phd di Amerika Serikat itu, namanya bagaikan roket melesat di tengah-tengah rakyat Mesir.

Dalam beberapa pekan terakhir, Mursi dipuji sebagai tokoh yang membawa prakarsa gencatan senjata antara Palestina-Israel. Betapa Presiden Barack Obama berulang kali menelpon Mursi memintanya agar Mursi berperan menghentikan serangan Hamas terhadap Israel.

Mursi menjadi lambang baru bagi dunia Arab, yang sebelumnya digenggam oleh para tiran. Bersamaan dengan kejatuhan Marsekal Hosni Mubarak, sekarang Mursi menjad pemimpin baru di Mesir, dan pengaruhnya secara regional sangat terasa.

Tetapi, kalangan kubu nasionalis-sekuler tidak mau menerima langkah-langkah yang diambil Mursi, dan mereka menggerakkan aksi, dan berusaha menggulingkan Mursi.

Sejak November 22, kelompok nasionalis-sekuler melakukan aksi menentangnya dengan gerakan demonstrasi, seperti ketika menjatuhkan Mubarak, dan berpusat di Tahrir Square.  ... "Apakah Mursi seorang pahlawan atau penjahat?"

Majalah Time melakukan wawancara dengan Presiden Mesir Mohammad Mursi, dan  laporan utama Time itu bertajuk,  'Kita Belajar Kebebasan'.

Mursi tidak bisa berpura-pura tentang masa jabatannya sebagai presiden. Mursi berbicara dengan Majalah Time dalam wawancara pertamanya dengan media internasional sejak krisis Gaza.

Mursi menunjukkan bahwa pemerintahnya adalah pengalaman pertama Mesir dalam demokrasi yang sesungguhnya. "Jadi apa yang Anda harapkan tentang perubahan yang terjadi di Mesir? Mursi memberikan kesan tentang pemerintahannya yang baru berumur satu tahun. 

"Tahun 2012 adalah tahun terbaik bagi Mesir dalam hidup mereka, dalam sejarah mereka," katanya. "Kami menderita, tapi sekarang seperti adanya kelahiran baru, dan ini  bukanlah hal yang mudah, terutama jika itu adalah kelahiran bangsa."

Ketika wawancara berlangsung, Mursi populeritasnya sedang tinggi. Mohammad Mursi menjadi orang yang dengan  kecanggihannya berhasil menghentikan perang Hamas-Israel, ini merupakna  sukses pertama yang dicapai Mursi. Kemampuannya menjadi mediator antara Hamas-Zionis Israel itu, telah memperluas dukungan internasional dan domestik, sebuah prestasi tak tertandingi oleh pemimpin Arab lainnya di era modern ini.

Keberhasilan Mursi menawarkan prospek bahwa Mesir mungkin akan lahir tokoh atau pemimpin sekaliber Gamal Abdel Nasser pada tahun 1950. Mursi sudah menampakkan keterampilannya dalam berpolitik yang tak terduga, dan begitu gesit untuk membongkar kekuasaan eksekutif dari militer Mesir.

Bahkan, hanya dalam waktu singkat  Morsi telah mengakumulasikan posisi dirinya dan  kredibilitasnya di panggung  internasional dan akan menjadi modal politik dalam negeri, khususnya dalam kepemimpinan di dunia Arab.

Tetapi, sekarang Mursi harus bertahan menghadapi kalangan nasionalis sekuler yang tidak suka dengan peran politik Mursi, yang dianggap sangat mengancam mereka, khususnya kalangan liberal dan koptik.

Seperti ketika  Morsi berbicara dengan Majalah Time, di istana presiden di pinggiran kota Heliopolis, Kairo, sebagian besar kota-kota besar Mesir yang lagi dihentak nyanyian tentang seruan Revolusi Arab: "Rakyat ingin jatuhnya rezim."

Kejatuhan Mubarak telah membawa Mesir, terpililhnya presiden sipil pertama yang dipilih secara demokratis oleh rakyat Mesir.

Di Tahrir Square, hakim yang ditunjuk oleh diktator Mubarak, banyak dari mereka memungkinkan selama beberapa dekade melakukan  represi karena adanya perbedaan politik, kemudian sekarang mereka bergabung dengan aktivis liberal dan sekuler. Lelucon yang paling populer di Mesir hari ini adalah bahwa Mursi telah melakukan sesuatu yang mustahil: ia telah bersatu oposisi.

Morsi dicapai bahwa dengan mengeluarkan dekrit darurat pada 22 November yang ingin memperkuat dirinya, khususnya guna mempercepat perubahan dan reformasi, yang mendapatkan hambatan dari orang-orang yang menjadi kroni Mubarak. Selama ini Mursi menghadapi tantangan dari kalangan hakim yang menguasai pengadilan.

Presiden Mursi menegaskan keputusan itu adalah tindakan sementara yang dirancang untuk mencegah hakim bermotif politik dari merusak proses pembuatan konstitusi baru.

Tapi, kalangan yang menentang, satu ketentuan tertentu, memberinya "kekuatan untuk mengambil semua langkah yang diperlukan" terhadap ancaman terhadap keamanan nasional dan revolusi tahun lalu, bau kediktatoran. Mohamed El-Baradei, pemenang Nobel Perdamaian dan politisi liberal, menjuluki Morsi firaun baru.

Masyarakat dunia, dan tokoh-tokoh dunia sekarang mengamati dengan sangat seksama apa yang bakal terjadi di Mesir. Terutama bagi Amerika Serikat, ini m menjadi taruhan yang sasngat besar. Para pemimpin Barat sangat kawatir, bahwa Mursi akan menjadi seorang theokrat, yang mirp mullah di Iran, yang akan menciptakan diktator baru.

Barat menginginkan Mesir menjadi negara yang stabil dan mengambil peran yang konstruksif, khususnya dalam menciptakan perdamaian di Timur Tengah antara Arab-Israel. "Kami akan mempelajari Mursi jenis pemimpin seperti apa?" kata seorang pejabat Gedung Putih.

Tentu, Barat tidak menginginkan Mesir akan jatuh ke dalam pelukan kaum Islalmis, yang mengancam kepentingan mereka, dan menjadi  ancaman keamanan bagi Zionis-Israel.

Maka, mereka sekarang sepertinya tidak menginginkan Mursi memiliki kekuasaan, apalagi dengan konstitusi baru yang memberikan peluang yang lebih besar kepada kalangan Islamis. af/hh.


latestnews

View Full Version