View Full Version
Jum'at, 21 Dec 2012

JK Mengabaikan Fatwa MUI Soal Ucapan Selamat Natal

Jakarta (voa-islam.com) Entahlah kalau almarhum Buya Hamka masih hidup, bagaimana sikapnya ketika mantan wakil Presiden Jusuf Kalla mengabaikan imbauan Majelis Ulama Indonesia (MUI) agar umat Muslim tidak usah memberikan ucapan Natal kepada kaum Nasrani.

"Saya ucapkan selamat Natal bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT)," ucap Jusuf Kalla di Kupang, Kamis, 20 Desember 2012. Pernyataan Jusuf Kalla itu, bersamaan dengan kunjungannya  ke NTT, yang mayoritas penduduknya Katolik.

Apakah ini berkorelasi dengan kepentingannya tahun 2014, di mana Jusuf Kalla salah satu tokoh, yang namanya akhir-akhir ini mendapatkan dukungan yang tinggi, berdasarkan polling, khususnya menapaki calon presiden mendatang.

Tentu, Jusuf Kalla yang berambisi menjadi calon presiden 2014, ingin mendapatkan dukungan seluruh rakyat Indonesia,termasuk kalangan Nasrani. Apalagi, kaum Nasrani walaupun mereka jumlahnya minoritas, tetapi secara ekonomi mereka, terutama dari kalangan pengusaha Cina, mempunyai peran yang setrategis.

Bahkan, ketika Jusuf Kalla menjadi partnernya SBY, menarik Marie Pangestu (Cina) menjadi menteri perdagangan. Di mana Marie Pangestu adalah salah tokoh di CSIS, yang sangat anti terhadap Islam.

Sekarang pun, Jusuf Kalla mendapatkan dukungan politik dari tokoh Angkatan 66, yang dikenal dengan Liem Bian Koen , dan Liem Bian Kie, yang mempunyai pengaruh yang sangat luas, terutama dikalangan pengusaha, dan sekarang menjadi Ketua APINDO (Assosiasi Pengusaha Indonesia). Liem Bian Koen yang juga dikenal dengan Sofyan Wanandi itu, nampaknya sekarang menjadi figur penting dibelakang Jusuf Kalla.

Liem Bian Koen dan Liem Bian Kie aktivis mahasiswa Katolik (PMKRI), yang ikut dalam perubahan politik menjatuhkan Soekarno, yang konon, mempunyai hubungan dekat Amerika Serikat dan Eropa, dan kemudian terlibat dalam usaha penggulingan Soekarno di tahun l965.

Liem Bian Koen alias Sofyan Wanandi, bersama dengan Hary Tjan Silalahi, yang juga keturunan Cina, mendirikan CSIS, yang menukangi umat Islam bersama Jenderal Ali Murtopo, di awal Orde Baru,  dan membuat golongan Cina, berhasil mentake over (mengambil alih) ekonomi Indonesia seperti sekarang ini, dan membonsai pengusaha Muslim, dan sekarang terpuruk.

Tentu, Jusuf Kalla sangat sadar dengan rencananya yang ingin menjadi kandidat atau calon presiden di tahun 2014, dan berusaha memperluas dukungna politiknya, termasuk dengan golongan Katolik atau Nasrani.
Dengan mengharapkan dukungan kalangan Katolik dan Nasrani lainnya, perlu menciptakan langkah yang dipandang penting, terutama dalam momentum Natal seperti sekarang ini.

Sebaliknya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang ingin menjaga akidah Muslim, melakukan langkah-langkah yang sifatnya preventif, dan  menyarankan umat Islam tidak mengucapkan selamat Natal kepada pemeluk agama Nasrani. Selain itu, ada fatwa MUI yang melarang untuk mengikuti ritual Natal. Karena, mengucapkan selamat Natal, dapat berimplikasi terhadap batalnya iman seorang Muslim.

Tetapik, justeru Jusuf Kalla juga mengimbau agar masyarakat Sulawesi Selatan yang tergabung dalam Kerukunan Keluarga Sulawesi Sealatan (KKSS) di Kupang untuk tetap menjaga kerukunan antarumat beragama di daerah ini. "KKSS harus tetap menjaga kerukunan di daerah ini," katanya.

MUI telah mengeluarkan fatwa pada 1981 di masa Ketua Umum MUI Prof. Dr. Buya Hamka. Fatwa MUI yang ditandatangani Ketua Komisi Fatwa K.H. Syukri Ghazali dan Sekretaris H. Masudi. Isi fatwa ini menyatakan haram bagi umat muslim untuk mengikuti perayaan dan kegiatan Natal.

Tokoh-tokoh yang mengaku Islam, dan sudah kebelet ingin mendapatkan kekuasaan,  tak peduli lagi rambu-rambu akidah, dan yang penting mendapatkan dukungan yang luas, serta berbagai kalangan dan golongan.

Inilah yang menyebabkan banyak tokok Islam, yang berubah, dan menjadi pragmatis, serta tidak lagi memandang penting akidah dan iman. Kekuasaan menjadi segalanya. Wallahu'alam.


latestnews

View Full Version