Kairo (voa-islam.com) Pertanyaan yang sangat mendasar kepada Jamaah Ikhwan, yang didirikan oleh Hasan al-Banna, sejak tahun 1928, dan selama hampir seratus tahun, menjadi sebuah gerakan bawah tanah (underground), dan sekarang harus mengelola negara. Sanggupkah Jamaah Ikhwan mengelola negara, dan menyelamatkan Mesir dari bencana?
Jamaah Ikhwan berhasil melewati phase yang sangat luar biasa, selama hampir seratus, secara terus-menerus berjuang, membangun gerakan dakwah, membangun jaringan gerakan di seluruh dunia, dan hampir sepanjang umurnya gerakan itu, tanpa henti berhadap-hadapan dengan rezim-rezim yang sangat otoriter dan menindas, dan Jamaah Ikhwan, berhasil melewati phase yang sangat sulit itu.
Jamaah Ikhwan, sebagai sebuah gerakan, sekarang memiliki cabang dihampir seluruh dunia, lebih dari 100 cabang Ikhwan berdiri di berbagai negara. Mereka fokus membangun dakwah, menyebarkan Islam, menegakkan Islam, dan memperjuangkan prinsip dan nilai Islam, ke seluruh pelosok bumi.
Mungkin hanya Jamaah Ikhwan satu-satunya Gerakan Islam yang memiliki jaringan yang begitu luas di seluruh dunia, dibandingka dengan gerakan lainnya.
Sesudah berhasil menggulingkan Presiden Hosni Mubarak, Jamaah Ikhwan muncul menjadi sebuah gerakan terbuka, dan mendirikan partai politik. Partai Kebebasan dan Keadilan menjadi wadah politik bagi gerakan Ikhwan. Sekarang Jamaah Ikhwan benar-benar diuji kemampuannya mengelola negara, dan menyelamatkan Mesir dari kebangkrutan.
Jika Jamaah Ikhwan mampu bertahan menghadapi berbagai rezim diktator Mesir, dan mengakhiri kekuasaan mereka. Apakah Jamaah Ikhwan bisa mengeluarkan Mesir dari krisis yang begitu hebat, yang menjadi warisan rezim sebelumnya.
Apalagi, pemerintahan baru di bawah Presiden Mohammad Mursi, yang merupakan sosok tokoh Ikhwan, selanjutnya akan terus menghadapi rongrongan dari kalangan sekuler dan liberal, dan tidak menginginkan stabilitas politik di Mesir.
Sekarang Presiden Mesir Mohammad Mursi menata kembali pemerintahan di negeri Spinx, dan berusaha keluar dari kekacauan, dan fokus pada bidang ekonomi.
Mursi ingin agar Mesir segera keluar dari krisis ekonomi, yang sudah menjadi taruhan kekuasaannya. Tidak mudah Mursi mengeluarkan Mesir bisa keluar dari krisis ekonomi Mesir, yang sudah sangat akut itu. Krisis ini merupakan warisan dari rezim sebelumnya.
Mursi melakukan langkah-langkah yang sangat penting, dan melakukan reshufle kabinet, sesudah selesai menghadapi krisis politik, sejak beberapa bulan terakhir ini.
Mursi mengangkat Menteri Keuangan yang baru, yaitu Al-Mursi Al-Sayed Hegazy, yang sangat dikenal ahli dibidang keuangan Islam dan memiliki pandangan yang sama dengan tujuan dan pemikiran Presiden Mohamed Mursi. Mursi juga mengganti Menteri Dalam Negeri Mesir, yang bertanggungjawab masalah keamanan dalam negeri.
Al-Mursi juga tokoh Ikhwan, yang selama ini disembunyikan, dan tidak pernah tampil. Ikhwan nampaknya ingin menyelamatkan ekonomi Mesir, dan mengambil resiko dengan mengambil posisi penting dibidang ekonomi. Ikhwan mempercayakan kepada tokoh lainnya, yang akan bertanggungjawab dibidang monoter (keuangan) Mesir.
Para menteri baru sebagian besar masih dipegang para teknokrat non-partisan, mereka akan lebih fokus mengatasi krisis ekonomi yang telah mengakibatkan terjadinya resesi, dan jatuhnya mata uang Mesir, sejak revolusi dua tahun lalu yang menggulingkan Hosni Mubarak.
Mesir diguncang oleh kerusuhan politik yang menolak konstitusi baru yang dianggap terlalu berorientasi kepada prinsip-prinsip Islam. Kerusahan ini mengakibatkan tertundanya usaha-usaha perbaikan ekonomi Mesir.
Sementara itu, Menteri Keuangan al-Mursi menegasksan bahwa Mesir benar-benar siap melakukan negosiasi dengan fihak manapun, yang ingin terlibat dalam usaha pemulihan ekonomi Mesir, tanpa syarat apapun, termasuk dengan IMF, tegasnya.
Hegazy berbicara pada hari Minggu, mengatakan pound mencapai titik terendah, diperdagangkan pada 6,45 terhadap dolar. Ini kehilangan lebih dari 4 persen dari nilainya terhadap dolar sejak bank sentral membawa sistem baru lelang mata uang pada 30 Desember dalam upaya melestarikan cadangan berkurang negara asing.
Hegazy, yang menggantikan Mumtaaz Al-Saeed, seorang birokrat karir, mengajar ekonomi di Universitas Alexandria. Pada tahun 1985, ia meraih gelar doktor dari University of Connecticut, menurut sebuah biografi yang ditulis Universitas Alexandria. Mumtaz menulis berbagai karya ilmiah dibidang ekonomi, dan tersebar di berbagai kampus di Cairo.
Ikhwanul Muslimin saat ini menguasai delapan kursi di kabinet yang baru dari sekitar 35 portofolio pada kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri Hisham Kandil, termasuk kementerian yang sangat berpengaruh, seperti informasi dan kementerian perumahan.
"Mursi ingin memastikan bahwa ia memiliki berbagai kebijakan yang akan mengeluarkan Mesir dari krisis ekonomi", ujar kata Mustapha Kamel Al-Sayyid, seorang profesor ilmu politik di Universitas Kairo.
Jika terjadi perubahan yang signifikan terhadap Mesir, dibawah Presiden Mohammad Mursi, yang merupakan tokoh Ikhwan, maka ini akan menjadi sebuh model, di mana Gerakan Islam tampil dipanggung politik, dan mengelola negara.
Keberhasilan Mursi mengeluarkan Mesir dari krisis ekonomi, sangat berdampak terhadap situasi regional, khususnya di Timur Tengah. Ikhwan akan menjadi sebuah model Gerakan Islam di Timur Tengah, yang sekarang mengelola negara. Wallahu'alam.