View Full Version
Kamis, 21 Feb 2013

Pejuang Islam Suriah Menjelang Kemenangan

Cairo (voa-islam.com) Perang di Suriah antara para pejuang Islam dengan rezim Bashar al-Assad, sudah sampai pada ujungnya. Dengan kekalahan rezim Bashar al-Assad yang merupakan bentuk rezim yang melakukan kejahatan kemanusiaan, dan tanpa ada bandingannya dalam sejarah kemanusiaan.

Satu-satunya negara kunci yang menjadi pendukung rezim Bashar al-Assad, yaitu Rusia, mengakui bahwa kekalahan Bashar al-Assad soal waktu. Sudah tidak mungkin lagi mempertahankan Bashar al-Assad, karena sudah posisinya sudah sangat melemah.

Banyak faktor yang menyebabkan melemahnya rezim Bashar al-Assad, yang sekarang ini berusaha mempertahankan kekuasaannya, yang semakin rapuh. Usaha-usaha diplomatik terus diupayakan, mengakhiri pertumpahan darah di Suriah.Meskipun, Bashar al-Assad, masih bergeming dengan kekuasaannya, tetapi kondisinya sudah sangat rapuh.

Pertama, rezim Bashar al-Assad, menghadapi embargo internasional, termasuk Dunia Arab, dan negara-negara di daerah  "front line" (garis depan) dengan Suriah, semua melakukan embargo terhadap Suriah. Seperti Mesir, Turki, Jordan, dan Arab Saudi, melakukan embargo terhadap Suriah. Kecuali, Lebanon dan Iran, yang memang memiliki kesamaan ideologis, yaitu Syiah.

Kedua, rezim Bashar al-Assad, menghadapi begitu banyak tokoh militer yang membelot ke Turki, Jordan, dan Eropa. Termasuk sejumlah pejabat penting yang  menjadi orang kepercayaan Bashar al-Assad, membelot, dan meninggalkan Bashar al-Assad. Orang-orang yang menjadi tokoh utama dalam pemerintahannya, sebagian besar telah meninggalkan Bashar al-Assad.

Ketiga, kondisi ekonomi yang semakin memburuk, akibat situasi perang, dan embargo ekonomi, yang dilakukan oleh sejumlah negara, termasuk Barat, semua itu membuat  rezim Bashar al-Assad, sulit akan terus bertahan di dalam kekuasaannya. Bashar kehilangan dukungan ekonomi yang semakin sulit, dan ini  sulit Bashar lebih lama. Satu-satunya dukungan ekonomi kepada Bashar sekarang ini, hanyalah dari Iran, dan dalam bentuk dana tunai, guna mempertahankan kekuasaannya.

Keempat, Bashar  al-Assad telah kehilangan kontrol terhadap kekuasaan, terutama kalangan militer, dan badan intelijen yang semakin melemah, akibat banyak pembelotan, yang terus berlangsung, sampai saat ini. Posisi Bashar al-Assad, semakin memburuk, banyak informasi yang penting, bocor kepada fihak pejuang Islam, yang bersumber dari para pejabat intelijen, yang masih ada dalam pemerintahannya, tetapi sudah tidak lagi loyak terhadap Bashar.

Kelima, kekuatan pejuang Islam, yang sekarang mulai terkoordinasi, dan dukungan senjata, serta banyak pejuang Islam dari berbagai masuk ke Suriah,melalui Turki, Lebanon, Jordania, dan Irak, membuat kekuatan pejuang Islam Suriah, semakin membaik, dan mempu melakukan perlawanan terhadap pasukan elite Suriah,terutama dari Garda Republik, yang selama ini menjadi tulang punggung Bashar al-Assad.

Dengan kondisi seperti itu, posisi Bashar al-Assad, sudah sangat lemah, dan menurut kabar, Bashar al-Assad, dan keluarganya telah melarikan diri, ke Latakia, kota pesisir yang menjadi pusat gerakan kelompok Syiah, yang selama ini menjadi tulang punggung Bashar al-Assad.

Karena itu, situasi yang sudah sangat kritis, yang dihadapi oleh rezim Bashar al-Assad itu, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov mengunjungi Cairo, dan bertemu dengan Sekjen Liga Arab Nabil Elaraby, dan ingin melakukan pengalihan kekuasaan, secara damai, guna menyelamatkan Bashar al-Assad. Karena serangan pejuang Islam di Suriah, sekarang terus maju, sampai ke Istana di Damaskus, yang menjadi pusat pemerintahan Bashar.

"Ada tanda-tanda kecenderungan positif untuk memulai dialog dan kedua perwakilan pemerintah dan oposisi telah mulai berbicara tentang hal ini," kata Lavrov dalam konferensi pers bersama dengan Elaraby.

"Untuk saat ini kedua belah pihak masih mengajukan prasyarat bagi dialog, tetapi, menurut pandangan kita bersama, adanya kesiapan memulai dialog, kemudian menyetujui parameter bagi penyelesaian konflik di Suriah", ujarnya

Rusia, sekutu lama Presiden Bashar al-Assad, dan menjadi pemasok utama senjata Suriah dalam skala besar. Ini yang ikut menghancurkan kehidupan di Suriah. Rusia sudah tiga melakukan veto terhadap tiga resolusi Dewan Keamanan PBB, guna mengakhiri perang yang terjadi di Suriah, yang sudah menelan korban sipil lebih 100.000 orang tewas.

Menteri Luar Negeri Suriah Walid al-Moualim, yang mengunjungi Moskow, dan bertemu dengan Lavrov, kemungkinan akan melakukan pembicaraan dengan tokoh oposisi Suriah, Muaz al-Khatib, Maret mendatang, ujarnya,  Senin. Pertemuan itu, sudah membahasa cara-cara mengkhiri konflik, dan sekaligus, membuat persetujuan, di mana Bashar al-Assad, mengundurkan diri dengan jaminan, dan mendapatkan suaka politik di negera yang aman..

"Kami menyambut baik inisiatif Rusia. Dan,  Alkhatib mengusulkan memulai dialog dengan pemerintah, dan saya pikir kita akan mencapai tujuan ini," kata Elaraby, sesudah melakukan pembicaraan dengan para Menteri Luar Negeri, seperti Mesir, Jordania, Irak, Kuwait, dan Lebanon.

Tentu, masa depan Suriah, nampaknya masih sangast jauh akan mencapai stabilitas, dan tranformasi politik, karena masalah yang paling pokok, pasca jatuhnya Bashar al-Assad, yaitu bentuk pemerintahan baru. Karena, para pejuang Islam ingin dibentuk model pemerintahan Islam, menggantikan pemerintahan sekuler Alawiyyin-Syiah.

Barat dan Eropa serta sejumlah negara Arab, termasuk Arab Saudi, belum mau mendukung pemerintahan baru, yang diinginkan oleh para pejuang Islam, sebuah pemerintahan baru yang bercorak Islam, seperti yang diinginkan oleh para pejuang Islam, yang sekarang sudah mendekati ibukota  Suriah, Damaskus. Wallahu'alam.


latestnews

View Full Version