Jakarta (voa-islam.com) Nasib kaum gembel akan semakin terpuruk oleh kebijakan SBY. Kaum gembel akan terus digerus oleh berbagai kebijakan kapitalistik oleh rezim SBY. Tanpa belas kasihan sedikitpun. Rezim SBY akan dengan bangga dan menikmati kemelaratan kaum gembel yang terus bertambah seperti deret ukur.
Bayangkan. Menteri ESDM Jero Wacik, sudah menegaskan TDL (Tarif Dasar Listrik) akan naik empat kali dalam setahun. Sementara listrik terus "byar pet" (hidup mati). Menko Ekuin Hatta, sudah pula menegaskan subsidi BBM akan dihapus, karena akibat subsidi BBM itu, terlalu membebani anggaran (APBN).
Sudah dapat diprediksi dampak negatif yang akan langsung diterima oleh kaum gembel. Bagi orang kaya diperkotaan, tak ada masalah kenaikan TDL maupun BBM.
Tetapi, bagi kaum gembel, nasib mereka semakin suram, dan mereka menjadi lebih buruk lagi nasibnya. Rezim SBY tak peduli dengan nasib kaum gembel.
Nasib kaum gembel akan lebih menderita lagi ditambah dengan kebijakan penghapusan kereta ekonomi.
Mereka tidak lagi dapat bepergian dengan keputusan PT KAI yang akan menghapus kreta ekonomi Bogor-Jakarta, mulai bulan Juni, nanti. Kaum gembel tidak lagi memiliki sarana mobilitas transportasi yang murah dan dapat mereka jangkau.
Berapa banyak kaum gembel akan kehilangan kesempatan mencari kehidupan di Jakarta? Akibat penghapusan kreta ekonomi Bogor-Jakarta?
Dengan dihapuskan kreta ekonomi Bogor-Jakarta, tak ada lagi para pengamen, pengemis, pedagang, dan para pencari kerja lainnya.
Mereka tidak mungkin lagi, mengamen, mengemis, melakukan dagang, dan semuanya itu menjadi sumber kehidupan mereka sehari-hari. Mereka benar-benar dimatikan kehidupan mereka. Dengan diganti monorel, maka kaum gembel seperti dimusnahkan.
Sebelumnya, para pedagang, pengamen, dan para pekerja kasar lainnya, sudah digusur, mulai dari Bogor sampai Jakarta (Manggarai). Stasiun kreta bersih. Tak ada satupun pedagang yang berjualan di stasiun.
Berapa banyak mereka kehilangan pendapatan dari hasil kerja di setiap stasiun? Kaum gembel sekarang tak dapat lagi mengais rezeki di stasiun.
Paradoknya, sekarang setiap stasiun dari Bogor sampai Kota sudah berdiri toko Alfamart.
Para pedagang yang gembel digusur. Seakan mereka tidak diberi hak hidup mencari sesuap makan, atau mengais rezeki di stasiun-stasiun, dan yang diizinkan hidup dan mendapatkan keuntungan para pemilik modal, dan orang-orang kaya.
Setiap stasiun berdiri Alfamart yang dimiliki para pengusaha Cina, dan berjualan dengn "single price", dan tentu dengan keuntungan yang berlipat. Dibagian lain, para pedagang kecil dan kaum gembel habis.
Benar-benar rezim SBY tak memiliki belas kasihan kepada rakyat jelata alias kaum gembel. Mereka dibiarkan dengan nasibnya sendiri. Tak peduli. Apakah mereka esok masih hidup atau mati. Itu tidak lagi menjadi perhatian pemerintah.
Pemerintah SBY hanya berpikir, tentu yang paling diutamakan para pemilik modal. Terutama kalangan pengusaha Cina, yang sekarang ini sudah mengangkangi ekonomi Indonesia.
Mereka bisa bertambah kaya. Mereka memiliki kekayaan yang berlipat-lipat. Sementara, kaum gembel semakin gembel, tak penting lagi.
Harga-harga kebutuhan pokok terus membubung tinggi, akibat kenaikan komponen yang paling dasar bagi kebutuhn rakyat, seperti TDL dan BBM, dan akan berdampak sangat buruk.
Sementara para pemimpin partai politik dengan enaknya menggerogoti uang negara berupa APBN. Mereka tak peduli. Itu tercermin dengan banyaknya tokoh-tokoh utama yang menjadi tersangka kasus korupsi. Partai hanya menjadi tempat "bunker" para koruptor.
Para penjahat alias koruptor bisa nyenyak di "bunker" partai politik sekarang. Bahkan, pedihnya lagi, MK (Mahkamah Konstitusi) membolehkan para penjahat (koruptor) mencalonkan diri lagi dalam pemilu legislatif nanti.
Mulai dari kasus besar seperti BLBI yang menghabiskan uang rakyat sebesar Rp 650 triliun, sampai Bank Century, nilai Rp 6,7 triliun, karena tersentuh oleh hukum. Dibiarkan. Karena kasus besar itu sudah menyentuh kekuasaan. Banyak para pejabat negara yang ikut terlibat.
Bahkan, pemerintah akibat BLBI, sekarang APBN, harus masih dibebani dengan bungi BLBI, sebesar Rp 60 triliun setiap tahunnya, selama tiga puluh tahun mendatang.
Jadi, rakyat dibikin lebih gembel lagi, menjelang pemilu mendatang, dan dengan kemelaratan yang masive (luas), rakyat akan dengan mudah digiring dengan uang yang sedikit.
Rakyat dengan mudah akan diumpani uang hasil korupsi, dan merampok ABPN oleh para partai politik. Mungkin berupa BLT (Bantuan Langsung Tunai), yang sekarang sedang digarap, dan sebentar akan dikucurkan, menjelang pemilu.
Begitulah nasib kaum gembel, dari waktu ke waktu terus digerus dan dihancurkan, tak ada lagi mereka yang membelanya. Dibiakran mati perlahan-lahan dengan berbagi kebijakan kepilistik.
Apalagi sekarang Menteri BUMN dipegang Dahlan Iskan, semakin jauh dari keberpihakan kepada kepentingan rakyat banyak. Termasuk penghapusan kreta ekonomi Bogor-Jakarta.
Dahlan Iskan, tak lain, tokoh "Freemason", dan menjadi bagian kepentingan kapitalis global, yang dibelakangnya kepentingan kaum Yahudi.
Kemudian, Dahlan membiarkan orang-orang miskin dan gembel tergusur dari kehidupan, dan memberi peluang luas kepada para pemillik modal menjarah dan mengangkangi Republik ini. Wallahu'alam.